Kisah Eks Napi Teroris yang Kini Bantu Densus 88 Sadarkan Pengikut Paham Radikal

Muhammad Iqbal adalah mantan narapidana teroris (napiter) yang pernah menyebarkan paham radikal dan berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 24 Feb 2022, 08:57 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2022, 08:40 WIB
FOTO: 22 Terduga Teroris dari Jawa Timur Dipindahkan ke Jakarta
Mata terduga teroris ditutup saat digiring anggota Densus 88 Antiteror setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (18/3/2021). Polri memindahkan 22 terduga teroris jaringan kelompok Jamaah Islamiyah (JI) dari Jawa Timur ke Jakarta. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Muhammad Iqbal adalah mantan narapidana teroris (napiter) yang pernah menyebarkan paham radikal dan berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS

Alumni sebuah pondok pesantren di Jawa Tengah itu pernah terlibat dengan organisasi Jamaah Ansharut Daulah (JAD) akibat mempelajari ajaran Wahabi.

Dia merupakan pengajar di JAD Tasikmalaya yang memberikan ilmu-ilmu tentang Wahabi kepada masyarakat.

"Saya sebarkan paham-paham ke masyarakat di Tasikmalaya. Jamaah di Tasikmalaya sangat besar. Sekali pengajian setiap minggu yang datang bisa sampai 100 orang," kata Muhammad Iqbal menceritakan masa lalunya kepada Liputan6.com.

Setahun berkecimpung di JAD Tasikmalaya, tepatnya pada 2015, dia memutuskan berangkat ke Suriah. Dia pun mengajak belasan murid-murid dari Tasikmalaya. Namun, digagalkan Densus 88 Antiteror. Iqbal pun menjalani hukuman selama dua tahun.

"Saya ditahan 1 tahun 8 bulan di Mako Brimob. Sisanya di Nusa Kambangan," ujar dia.

Iqbal mengirup udara bebas pada 2018 lalu. Dia pun memperdalam ilmu agamanya dengan mengikuti majelis-majelis ilmu dan mendengar kajian-kajian secara daring. Seriring bertambahnya wawasan, Iqbal menyadari metode beragama ala Wahabi adalah kesalahan besar.

"Pola pikir saya berubah, Wahabi itu ternyata salah, ISIS itu salah," tutur Iqbal.

Kini, Iqbal bersama tiga rekannya justru sibuk membantu berkolaborasi dengan Densus 88 Antiteror menyebarkan paham Islam ahlussunnah wal jama'ah melalui Yayasan Ansharul Islam.

Dia ingin mengembalikan pemahaman napiter tentang Islam sesuai sunnah nabi dan sunnah khulafaurrasyidin setelahnya. Iqbal juga mengajak mereka para kombatan maupun napiter meninggalkan JAD.

"Saya mengajak kita sudah punya dua organisasi besar Islam di Indonesia yang telah teruji seperti NU dan Muhammadiyah. Ikuti itu saja," ujar Iqbal.

Menurut dia, memang tak mudah memperbaiki pemahaman seorang narapidana teroris. Namun, melalui pendekatan kemanusiaan bersama-sama Indensos 88 Antiteror, Iqbal meyakni pelan-pelan para napiter akan berubah.

 

 

Permudah Densus

Pada Rabu 23 Februari lalu, Muhammad Iqbal diundang Direktorat Identifikasi dan Sosial (Idensos) Densus 88 Anti teror untuk memberikan tausiah kepada sejumlah narapidana melalui secara virtual.

Kegiatan itu diadakan di salah satu hotel kawasan, Jakarta. Ia berasal dari Tasikmalaya, sudah hampir 4 tahun membantu program deradikalisasi yang difasilitasi Densus 88 Antiteror. Sebuah program yang ditujukan bagi narapidana teroris demi membebaskan mereka dari paham radikal.

Satu sisi, penegakan hukum perlu dilakukan Densus 88 Antiteror terhadap aksi terorisme. Sisi lainnya, Densus 88 Antiteror melakukan pendekatan kemanusiaan. Karena itu, kehadiran Muhammad Iqbal memudahkan Densus 88 Antiteror mengubah pemikiran radikal para napiter.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya