Liputan6.com, Washington, DC - Seorang pejabat Hamas mengungkapkan kepada NPR bahwa Amerika Serikat (AS) telah melakukan pembicaraan langsung dengan mereka mengenai pembebasan beberapa warga negara ganda AS-Israel yang disandera selama serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Pembicaraan, yang dimulai sejak Januari dan masih berlangsung hingga kini, menandai pertama kalinya AS terlibat langsung dengan Hamas sejak menetapkannya sebagai organisasi teroris pada 1997. AS sendiri memiliki kebijakan lama untuk tidak bernegosiasi dengan kelompok yang dianggap teroris.
Advertisement
Baca Juga
Pejabat Hamas tersebut tidak menjelaskan apakah pembicaraan pada Januari dilakukan dengan pemerintahan Joe Biden atau pemerintahan Donald Trump yang resmi kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari. Anggota dari kedua tim hadir dalam pembicaraan gencatan senjata pada Januari, sebelum Trump resmi menjabat.
Advertisement
"Ini menghemat waktu, tenaga, dan meminimalkan hambatan. Meski pembicaraan tidak berjalan mudah, ini adalah langkah positif," kata pejabat Hamas tersebut kepada NPR, seperti dikutip, Kamis (6/3/2025).
Pejabat, yang tidak berwenang berbicara kepada media dan hanya bersedia berbicara secara anonim, itu juga menyebut bahwa AS meminta Hamas untuk tidak membocorkan informasi tentang pembicaraan ini.
Fase Pertama Gencatan Senjata Berakhir
Pada Rabu, juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengonfirmasi bahwa utusan khusus AS untuk urusan sandera, Adam Boehler, telah melakukan pembicaraan dengan Hamas. Leavitt menegaskan bahwa Boehler "memiliki wewenang untuk berbicara dengan siapa pun" dan bahwa Israel telah dikonsultasikan terkait pembicaraan tersebut. Dia menolak memberikan detail lebih lanjut.
Awalnya, Hamas menegaskan tidak bersedia membahas sandera berkewarganegaraan AS sebagai isu terpisah. Namun, pejabat Hamas itu kini menyatakan bahwa "tidak ada yang dikesampingkan".
Selain itu, pejabat terkait mengungkapkan bahwa AS dan Hamas juga sedang membahas sejumlah isu lain, meski tidak merinci lebih lanjut apa saja isu-isu tersebut.
Saat ini, terdapat 59 sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza, lima di antaranya adalah warga negara AS. Diperkirakan hanya satu dari kelima sandera AS yang masih hidup.
Fase pertama kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas selama enam minggu berakhir pekan lalu. Pertempuran sejauh ini belum dilanjutkan.
Namun, Israel menghentikan semua pengiriman barang dan pasokan ke Jalur Gaza, menyatakan bahwa Hamas menolak proposal AS untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata. Israel juga mengancam akan mengambil "konsekuensi lebih lanjut." Di sisi lain, Hamas menuduh Israel mencoba mengelak dari kerangka kesepakatan gencatan senjata asli yang telah disepakati kedua pihak pada Januari.
Advertisement
