4 Fakta Terkait Efek Long Covid-19

Long Covid-19 atau gejala yang dialami setelah terinfeksi virus corona kebanyakan ditemukan dari varian Delta. Sedangkan pada kasus Omicron, belum ada data dampak long Covid.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 01 Mar 2022, 09:52 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2022, 09:43 WIB
Ilustrasi wanita lebih rentan alami gejala long COViD-19
Ilustrasi wanita lebih rentan alami gejala long COViD-19. Photo by Anna Shvets from Pexels

Liputan6.com, Jakarta - Long Covid atau gejala dialami setelah terinfeksi virus Corona yang menyebabkan Covid-19, kebanyakan ditemukan dari varian Delta. Sedangkan pada kasus Omicron, belum ada datanya.

Hal tersebut disampaikan Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan dalam konferensi pers daring bersama Kemenkes RI pada Jumat, 25 Februari 2022.

"Long Covid banyak ditemukan saat Delta, untuk Omicron belum banyak dan belum bisa disimpulkan. Jadi, kita belum bisa melihat data-data pada Omicron," ujar Erlina.

Erlina menilai, long Covid pada penyintas varian Omicron sedikit ditemukan. Pasalnya, kata dia, mayoritas pasien Omicron bergejala ringan atau tanpa gejala sama sekali.

"Menurut saya sih, asumsi saya akan sangat sedikit karena memang kejadian long Covid biasanya pada orang yang derajat penyakitnya sedang hingga berat atau kritis," papar Erlina.

Berikut sederet fakta terkait efek Long Covid pada para penyintas Covid-19, dihimpun Liputan6.com:

1. Kebanyakan Ditemukan pada Kasus Delta, Omicron Belum Ada Data

Long Covid
Long Covid-19 adalah kondisi pasien yang sudah pernah terinfeksi virus Covid-19 masih mengeluhkan gejala setelah dinyatakan sembuh.

Covid-19 varian Omicron belum bisa terkonfirmasi memiliki efek Long Covid seperti pada varian Delta. Hal itu diungkapkan, Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan.

"Long Covid banyak ditemukan saat Delta, untuk Omicron belum banyak dan belum bisa disimpulkan," ujar Erlina dalam konferensi pers daring bersama Kemenkes RI pada Jumat, 25 Februari 2022.

"Jadi, kita belum bisa melihat data-data pada Omicron," tambah dia.

 

2. Penyintas Omicron Kebanyakan Bergejala Ringan

FOTO: Hong Kong Hadapi Gelombang COVID-19 Terburuk
Orang-orang mengantre untuk tes COVID-19 di Distrik Yuen Long, Hong Kong, Selasa (15/2/2022). Hong Kong menghadapi gelombang virus corona COVID-19 terburuk hingga saat ini. (Peter PARKS/AFP)

Menurut Erlina, long Covid pada penyintas varian Omicron sedikit ditemukan. Pasalnya, mayoritas pasien Omicron bergejala ringan atau tanpa gejala sama sekali.

"Menurut saya sih, asumsi saya akan sangat sedikit karena memang kejadian long Covid biasanya pada orang yang derajat penyakitnya sedang hingga berat atau kritis," terang dia.

 

3. Didominasi Delta

FOTO: Amerika Serikat Mulai Vaksinasi Virus Corona COVID-19
Petugas kesehatan mempersiapkan pemberian vaksin COVID-19 di Long Island Jewish Medical Center, New York, AS, 14 Desember 2020. AS mulai memberikan vaksin COVID-19 pertamanya pada Senin (14/12), dengan dosis pertama disuntikkan kepada para petugas kesehatan dan staf panti wreda. (Xinhua/Wang Ying)

Pada saat varian Delta mendominasi, banyak negara melaporkan bahwa kejadian Long Covid pada penyintas mencapai 30-70 persen. Data PDPI juga menunjukkan, 30 persen penyintas di Indonesia mengalami Long Covid.

"Yang terbanyak gejalanya adalah kelelahan dan gejala ini merata di seluruh negara, rata-rata 60-70 persen. Diikuti batuk, sesak, gejala kognitif seperti pelupa, susah konsentrasi, susah tidur," kata Erlina.

Ia menambahkan, gejala long Covidsangat bervariasi dari orang ke orang. Gejala-gejala pasca Covid-19 juga dapat terjadi dengan durasi yang beragam.

"Ada yang satu hingga tiga bulan tidak sembuh. Bahkan, gejala ini dapat berlangsung hingga satu tahun atau lebih," ucap Erlina.

 

4. Tatalaksana Multidisiplin Long Covid-19

efek long covid pada anak
efek long covid pada anak. (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sejauh ini para ahli sudah memiliki pedoman untuk tatalaksana long COVID yang melibatkan pendekatan multidisiplin.

"Bukan hanya dokter paru, kita juga banyak melibatkan dokter jantung karena banyak juga yang mengalami deg-degan, kecemasan. Ada juga teman-teman dari neuro, psikiater, rehabilitasi medik dan biasanya di rumah sakit besar punya tim long Covid-19," jelas Erlina.

Oleh karena itu, dia menegaskan, pengobatan long Covid sangat dibutuhkan. Terutama latihan rehabilitasi medis dan latihan napas.

6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah

Infografis 6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya