Survei DTS Skenario Head to Head Capres 2024. Pengamat: Kans Anies Lebih Menjual

Anies, Ganjar dan Prabowo sama-sama masih punya panggung untuk terus menggelembungkan rating elektoralnya dari sekarang.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Mar 2022, 16:35 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2022, 13:33 WIB
FOTO: Anies Tinjau Hari Pertama Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun
Gunernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyapa salah seorang murid saat meninjau hari pertama pelaksanaan vaksinasi COVID-19 untuk anak 6-11 tahun di SDN Cempaka Putih Timur 03 Pagi, Jakarta, Selasa (14/12/2021). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah simulasi atau skenario menghadapkan para tokoh dalam survei calon presiden 2024 oleh sejumlah lembaga survei hampir selalu memunculkan tiga nama terkuat, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. 

Survei publik terakhir yang digelar lembaga Development Technology Strategy (DTS) Indonesia pada Februari 2022, skenario memperhadapkan dua nama ( head-to-head) mengerucut pada dua nama yang pasti lolos sampai putaran kedua, yaitu Anies dan Ganjar.

Terkait sejumlah hasil skenario kontestasi head-to-head di pilpres 2024 tersebut, analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago melihat peluang kompetisi dua nama justru akan terjadi pada Anies-Prabowo.

"Anies memang terlihat trennya lebih bagus ke depannya ketimbang Prabowo, kalau misalnya kalau tidak ada calon lain, head-to-head  Anies versus Prabowo.  Tetapi kans Anies lebih menjual dan lebih punya peluang memenangkan kontestasi elektoral,” ujar Pangi Syarwi saat dikonfirmasi Kamis (3/3/22).

Terkait nama-nama kepala daerah yang mendominasi potret pilihan publik sebagai calon presiden, Pangi menyebutkan bahwa saat ini memang publik lebih mudah menandai calon pemimpin dari yang terlihat riil dan konkret.

"Saya melihat publik lebih mudah menilai kinerja kepala daerah, karena langsung bersentuhan dengan masyarakat, riil dan lebih kongkret dibandingkan ketua partai dan menteri. Kerjanya lebih bisa langsung dirasakan oleh masyarakat,” ujar dia.

Oleh karenanya, lanjut Pangi, Anies, Ganjar dan Prabowo sama-sama masih punya panggung untuk terus menggelembungkan rating elektoralnya dari sekarang.

Elektabilitas Menurun saat Tak Lagi Menjabat

Ridwan Kamil, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo
Ridwan Kamil, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo saat ngopi bareng (Dok. Instagram/@ridwankamil/https://www.instagram.com/p/BpzBgOTnmVz/Komarudin)... Selengkapnya

Meski Pangi menilai ada kemungkinan elektabilitas menurun ketika sudah tidak punya jabatan lagi, sehingga tidak lagi menjadi sorotan dan perbincangan publik juga media.

Perilaku pemilih masih tetap lebih melihat kinerja prestasi dan itu harus mudah diketahui publik atau masyarakat terkait apa yang mereka kerjakan, sehingga kerja kepala daerah adalah kerja elektoral,” ujar Pangi.

Setiap prestasi, capaian dan keberhasilannya sebagai kepala daerah, sambung Pangi, secara otomatis menjadi bonus elektoral untuk modal pilpres. Bonus elektoral itu bisa berupa peningkatan popularitas, tingkat disukai,  tingkat penerimaan (akseptabilitas), hingga keterpilihan (elektabilitas).

"Jadi pilpres itu sebetulnya hanya bonus, yang dilihat publik apa yang mereka bisa lakukan, apa bukti kinerjanya, sehingga masyarakat bisa yakin untuk memilihnya,” tutup dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya