Ketum PBNU: Pemimpin Tidak Selalu Benar, Diperlukan Kritik Asal Rasional

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf angkat bicara soal menyampaikan kritik terhadap pemimpin di media sosial.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 18 Apr 2022, 14:14 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2022, 14:14 WIB
KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya
KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. (liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf angkat bicara soal menyampaikan kritik terhadap pemimpin di media sosial. Hal itu diungkapnya saat memberikan tausyiah lewat kanal Youtube Badan Kebudayaan Nasional (BKN) PDI Perjuangan.

"Kritik itu harus rasional, harus sesuatu yang memang masuk akal berdasarkan kenyataan, tidak mengada-ada, tidak didorong oleh kebencian personal," kata pria karib disapa Gus Yahya dalam keterangan diterima, Senin (18/4/2022).

Gus Yahya menjelaskan, sebagai umat Islam mengikuti petunjuk pemimpin, seperti kepada ulama adalah hal yang dipanutkan. Namun bukan berarti, pengikut dari sang pemimpin tersebut menjadi dikultuskan sebagai seorang pemimpin di dunia.

"Pemimpin bukanlah orang yang selalu benar, sehingga mengkritik pemimpin diperlukan. Namun demikian, jangan sampai kritik yang disampaikan mendorong terjadinya ketidakpatuhan, (seperti) terhadap pemerintah, sehingga menciptakan kekacauan yang ada di dalam masyarakat. Jika itu terjadi, maka semua orang akan celaka," urai dia.

Gus Yahya mendorong, kritik dapat disampaikan dengan tujuan menciptakan kemaslahatan masyarakat. Sebab, pada situasi dunia saat ini dihadapkan dengan sebuah medium kebebasan untuk dapat mendorong seseorang mengaktualisasikan diri secara sangat liberal.

"Karena semua orang saat ini boleh berdialog, profesor tiba-tiba harus berdebat dengan orang yang sama sekali tidak memiliki basic pendidikan, ini semua di medsos sekarang bisa terjadi," ujar Gus Yahya.

Merefleksi hal itu, Gus Yahya mengimbau, umat muslim perlu menjalankan inti ajaran tawadhu, yaitu mampu menempatkan diri di hadapan siapapun. Sebab, sebagai orang yang dipimpin harus tahu menempatkan diri, begitu juga sebaliknya, pemimpin harus mampu menempatkan diri di hadapan orang yang dipimpinnya.

"Hal ini jika dilakukan akan menciptakan sebuah kemaslahatan dalam masyarakat," dia menutup.


Dilarang Sepelekan 3 Aktor Kehidupan Ini

 Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf mengatakan dalam Islam terdapat tiga aktor yang tidak boleh disepelekan umat Muslim. Dia merinci, ketiga sosok tersebut adalah ulama (pemimpin agama), umara (pemimpin negara), dan ashdiqo (teman).

"Ketika salah satu dari tiga aktor tersebut disepelekan, maka akan merusak kehidupan pribadi dan kehidupan masyarakat secara umum," kata Gus Yahya dalam serial Inspirasi Ramadan bertajuk "Akhlak Menghormati Pemimpin" seperti dikutip dari channel Youtube BKN PDI Perjuangan, Senin (18/4/2022).

Gus Yahya melanjutkan, umat muslim juga dianjurkan untuk menerapkan ajaran tawadhu, yaitu mampu menempatkan diri dalam kehidupan bernegara, baik sebagai pemimpin atau orang yang dipimpin. Menurut dia, anjuran untuk taat dan menghormati pemimpin itu sepaket dengan anjuran untuk taat kepada Allah dan Rasulnya.

"Agama tujuan dasarnya itu untuk membangun dan merawat yang dinamakan tertib sosial. Tidak ada maslahat apapun di masyarakat tanpa adanya tertib sosial. Tertib sosial itu tidak bisa tidak membutuhkan kepemimpinan," jelas dia.

Karena itu, Gus Yahya berkeyakinan bahwa ada sebab dari seruan perintah taat kepada pemimpin masyarakat atau umaro atau ulil amri sepaket dengan taat kepada Allah dan Rasulnya. Hal ini karena soal nasib dan kemaslahatan orang banyak yang diemban sang pemimpin.

"Tidak boleh kita melakukan hal-hal yang mendorong orang untuk tidak taat kepada umara, mendorong orang-orang untuk menyepelekan umara, karena itu semua akan merusak tertib sosial dan itu berarti berpotensi mencelakakan masyarakat seluruhnya. Itu berarti mafsadah namanya, kerusakan, dan membuat kerusakan ini tidak diperbolehkan," tegas Gus Yahya.

Gus Yahya mewanti, jika satu dari tiga aktor yang tidak boleh disepelekan oleh umat muslim, maka tentu akan merugikan kehidupan manusia secara pribadi maupun juga kehidupan secara umum.

"Jika orang menyepelekan ulama, maka orang itu akan menyepelekan agama karena ulama ini panutan agama. Begitu juga umara, tidak bisa disepelekan karena akan merusak urusan dunia, karena urusan dunia ini penanggung jawabnya umara. Tertib sosial ini penanggung jawabnya umara. Begitu juga asdiqo, ini teman, tidak boleh disepelekan karena jika disepelekan bisa merusak kehormatan kita, karena teman biasanya tahu banyak rahasia kita, sehingga kalau kita sepelekan bisa membocorkan rahasia kita. Itu bisa celaka kan," Gus Yahya memungkasi.


Ulama Jadi Pengayom dan Mengasihi Umat

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengingatkan para ulama harus mampu mengayomi dan mengasihi umat. Karena mereka sejatinya adalah para cendekiawan yang mengemban tugas membimbing umat Islam menjalani kehidupan.

Oleh karena itu, Ketum PBNU yang populer dengan nama Gus Yahya mengajak para ulama tidak menciptakan kontroversi di tengah masyarakat yang kerap kurang bermanfaat untuk kepentingan umat.

"Dalam bahasa Arab Ta'rif, (kata) ulama yaitu sekelompok cendekiawan agama yang menekuni syariat Islam untuk membimbing umat," kata Gus Yahya saat memberi tausiah pada acara yang digelar Badan Kebudayaan Nasional (BKN) PDI Perjuangan sebagaimana dikutip dari siaran tertulisnya di Jakarta, Sabtu (9/4/2022)

Ia menyebut ada nilai dasar dalam memaknai ulama, yang disampaikan oleh Imam Al Ghazali, yaitu ketaatan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Ketaatan dan ketakwaan itu yang kemudian menjadikan seorang ulama tidak terjebak dalam kepentingan duniawi, karena mereka menjalani hidup untuk mendapatkan ridha Allah, kata Gus Yahya.

Dia juga mengingatkan umat Islam agar memilih ulama yang tepat untuk memperkuat keimanan.

"Dalam mencari guru atau ulama, selain memperhatikan aspek kognitif, juga perlu mengamati aspek rohani. Carilah guru yang mempunyai sanad (rujukan) kepada Rasulullah agar kita dapat belajar dengan jelas," kata Gus Yahya, seperti dikutip dari Antara.

Ia juga berpesan kepada umat Islam agar memilih ulama yang hidup dan pikirannya diabdikan untuk kemaslahatan umat, bukan untuk kepentingan duniawi dan pribadi.

"Jika ingin melihat ulama yang sesungguhnya, maka lihat (sikap) rahmahnya, kasih sayangnya kepada umat," kata dia lagi.

Gus Yahya memberi tausiah tentang Hakikat Ulama dan Keulamaan pada acara "Inspirasi Ramadhan" yang disiarkan oleh kanal YouTube BKN PDIP.

BKN PDIP selama Ramadhan tahun ini rutin mengundang sejumlah tokoh dan ulama untuk memberi siraman rohani dan membahas isu-isu keagamaan yang aktual.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya