Liputan6.com, Jakarta Presiden RI Kelima yang juga Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu penguji sidang terbuka program doktoral Universitas Pertahanan (Unhan) dengan kandidat Hasto Kristiyanto, pada Senin (6/6/2022).
Sebelum melayangkan pertanyaan, Megawati terlebih dahulu meminta agar Hasto tidak tegang menghadapi ujian terbuka ini. Dia kemudian menceritakan momen di mana dirinya meminta Hasto agar mampu berpikir layaknya Bung Karno.
Advertisement
Baca Juga
"Karena saya ketua umum partai, Hasto adalah sekjen, jadi kami sering berdiskusi. Dan tentunya kepada anak-anak muda, saya coba mengalirkan dari cara pikir Bung Karno, karena kami mendirikan partai sebagai alat perjuangan politik tentunya harus punya dasar," kata Megawati.
"Jadi saya bilang pada Hasto 'kamu musti mengerti cara berpikirnya Bung Karno," sambungnya.
Megawati melanjutkan, suatu saat Hasto menyampaikan maksudnya ingin menempuh studi doktoral. Megawati mempersilakannya. Ketika Hasto menyampaikan niatnya mengambil studi geopolitik, Megawati mengaku memberi respons.
"Itu ilmu sebetulnya susah-susah gampang, hanya sekarang ini menurut saya dari sisi akademisi kelihatannya tidak populer, karena yang pertama mengintroduce itu Bung Karno ketika di Lemhannas. Jadi bagaimana? Jangan kamu memalukan saya. Kalau tidak bisa mempertahankan niat kamu itu, nanti dalam disertasi kamu, nantinya juga memalukan saya," kata Megawati.
Menurut dia, saat Hasto mendengar pernyataan itu, Hasto kembali meminta pendapat.
"Intinya saya bilang pada Pak Hasto 'jadi bagaimana bu? ‘ya jangan tanya saya, kamu yang musti mikir. gampang to, buang itu teori lain, begitu saya bilang. ‘jadi maksudnya bu?' Kamu pikir cara berpikir satu-satunya, ya, Bung Karno, kalau kamu tidak pegang itu kamu tidak akan berhasil menurut saya," kata Megawati.
Â
Sebuah Implementasi
Megawati mengaku, saat itu dirinya mengatakan kepada Hasto jika berhasil menggali geopolitik Soekarno dengan baik, maka Hasto akan berhasil.
"Lalu berikutnya geopolitik itu menurut saya hanya sebuah implementasi dari Pancasila. Kamu bisa enggak blending itu dan betul-betul diolah, tentunya dari sisi teori yang akan nanti kamu presentasikan dan kalau mungkin kamu harus pertahankan. Dan kalau kamu bisa betul-betul menjadikannya satu, pasti kamu hasilnya bagus deh," kata Megawati.
Megawati juga mengaku, jelang sidang terbuka, Hasto berkali-kali meminta bocoran pertanyaan yang akan disampaikan Megawati sebagai penguji.
"Hasto tanya ke saya 'bu nanti pertanyaannya apa?'Lho kok kamu nanya? itu namanya kolusi," kata Megawati yang disambut tawa semua hadirin yang diundang ke acara itu.
Megawati mengaku memberi waktu leluasa kepada Hasto untuk menyiapkan diri menjelang sidang terbuka. Maka di kegiatan partai pun, Megawati mengaku tak terlalu meminta Hasto bekerja keras dalam mengurusi partai, hingga selesainya ujian doktoral itu.
"Jadi Pak Hasto, saya kira ini gampang ya, tapi enggak tahu susah apa ndak jawabnya. Kasihan dia sudah makin banyak ubannya," kata Megawati.
Kemudian Megawati melayangkan pertanyaan kepada Hasto.
"Pertanyaan saya, itu yang saya katakan gampang saja, bagaimana teori geopolitik Bung Karno bisa menjadi solusi alternatif untuk geopolitik pada masa ini? Coba rekomendasi apa yang diusulkan?" Kata Megawati.
Â
Advertisement
Jawaban Hasto
Menjawab itu, Hasto lalu membeberkan semangat kebersamaan yang hendak didorong Bung Karno lewat pidatonya di PBB. Bangsa Asia Afrika yang saat itu banyak menjadi negara terjajah, sehingga harus bisa membangun solidaritas di antara dirinya demi memerdekakan diri.
Pidato Bung Karno itu juga mendorong agar bangsa-bangsa di dunia hidup damai. Dan di tengah sistem internasional yang anarkis tersebut, PBB harus di-reform, sehingga dunia bebas dari segala bentuk penjajahan.
"Teori geopolitik Bung Karno tersebut senantiasa relevan. Di dalam perspektif geopolitik Soekarno, kebijakan luar negeri dan kebijakan pertahanan harus ada dalam satu kesatuan," kata Hasto.
Â
Luntur
Masalahnya, kata Hasto, spirit imajinasi geopolitik Soekarno itu yang saat ini nampaknya luntur. Sehingga Hasto merekomendasikan agar seluruh kontruksi pemikiran geopolitik Soekarno harus menjadi landasan kebijakan luar negeri dan pertahanan negara.
"Agar kita mampu menggunakan isntrumen national power dalam tujuh variabel Bung Karno itu, demi memperjuangkan kepentingan Indonesia," kata Hasto.
Begitupun terhadap persoalan di Timur Tengah, semenanjung Korea dan Afghanistan, terlihat keaktifan Indonesia pasca Soekarno itu meluntur. Indonesia lebih banyak dalam lingkup di Asean.
"Seharusnya kita bergerak aktif membela negara-negara yang diperlakukan tidak adil," tukas Hasto.
Advertisement