Cuaca Besok Senin 11 Juli 2022, Cerah Berawan Pagi hingga Malam di Jabodetabek

Selain cuaca di wilayah Jabodetabek, BMKG juga memprakirakan adanya potensi hujan petir yang patut diwaspadai untuk sejumlah kota di Jawa Barat, Senin, 11 Juli 2022.

oleh Maria Flora diperbarui 10 Jul 2022, 08:15 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2022, 08:15 WIB
Ilustrasi Cuaca Jakarta
Cuaca Jakarta Cerah Berawan (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca cerah untuk wilayah DKI Jakarta kembali terjadi, Senin, 11 Juli 2022.

Tak hanya pagi hari, langit biru yang menghiasi Ibu Kota hingga Kepulauan Seribu berlangsung hingga malam hari.

Begitu pun dengan kota penyangga Jakarta. Hingga Senin siang di wilayah Depok, Bogor, Tangerang serta Bekasi cerah berawan. Sementara, cuaca berawan terjadi malam hari.

Selain cuaca di wilayah Jabodetabek, BMKG juga memprakirakan adanya potensi hujan petir yang patut diwaspadai untuk sejumlah kota di Jawa Barat, Senin esok, 11 Juli.

"Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang pada siang hingga malam hari di Kab dan Kota Tasikmalaya, Kab Garut, Kab Ciamis, Kab Pangandaran, Kota Banjar, Kab Cianjur, Kab dan Kota Sukabumi, Kab Bandung Barat, Kab Subang, Kab Purwakarta dan Kab Majalengka. Pada waktu dini hari di Kab Ciamis, Kota Banjar, Kab dan Kota Tasikmalaya, Kab Pangandaran, Kab Garut dan Kab Indramayu," kata BMKG.

Berikut informasi prakiraan cuaca untuk wilayah Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:  

 Kota Pagi  Siang  Malam
 Jakarta Barat  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Pusat  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
Jakarta Selatan Cerah Berawan Cerah Berawan Cerah Berawan
 Jakarta Timur  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Utara  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Kepulauan Seribu  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Bekasi  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Depok  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
Bogor  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Tangerang  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan

Masyarakat Diminta Lebih Teliti Terima Informasi Cuaca Ekstrem

Cuaca Ekstrem Melanda Jakarta
Pejalan kaki menggunakan payung saat hujan deras mengguyur kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, Selasa (31/5/2022). Kecepatan angin maksimum mencapai 20 kt dan tekanan udara minimum 1005,8 mb. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di sisi lain, hoaks terkait perubahan iklim mulai muncul belakangan ini di masyarakat. Informasi tersebut akan sangat berbahaya jika tidak diatasi.

Salah satu hoaks terkait perubahan iklim adalah terkait cuaca ekstrem di Indonesia. Hoaks itu seperti adanya gelombang panas hingga ancaman banjir di sejumlah daerah.

Dosen Program Studi Meteorologi FITB ITB, Joko Wiratmo menyebut munculnya hoaks tersebut karena kurangnya pemahaman masyarakat. Hoaks itu juga kerap menjadi viral meskipun informasi yang disampaikan terkesan tidak ilmiah.

"Penyampaian informasi mengenai cuaca perlu ilmu pengetahuan yang cukup kuat supaya informasi-informasi berseliweran yang cenderung tidak benar dapat dihindari. Hoaks yang menyebabkan keresahan harus segera ditangkal dengan pemberitaan yang tepat dari media massa sehingga jumlah hoaks yang beredar dapat berkurang dan masyarakat terdidik dengan informasi yang benar," ujar Joko dilansir laman Itb.ac.id.

"Aksi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi ini adalah lebih aktif dan responsif menyuarakan kebenaran ilmiah kepada orang-orang di media massa maupun media sosial. Masyarakat juga dianjurkan untuk meneliti setiap berita atau fenomena alam yang terjadi di sekelilingnya agar informasi yang didapatkan faktual," katanya menambahkan.

Ia menjelaskan perubahan iklim yang menimbulkan cuaca ekstrem disebabkan oleh faktor alam dan manusia.

"Sebagian besar penyebab perubahan iklim adalah dari faktor manusia sebesar 90 persen," kata Joko. 


BMKG: Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Harus Lebih Ditingkatkan

Ketua BMKG Dwikorita Karnawati ikut menjadi pembuka hird Multi-Hazard Early Warning Conference di Bali pada Senin 23 Mei 2022.
Ketua BMKG Dwikorita Karnawati ikut menjadi pembuka hird Multi-Hazard Early Warning Conference di Bali pada Senin 23 Mei 2022. Turut hadir pula Mami Mazutori, ketua United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR). Dok: YouTube/World Meteorological Organization - WMO

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyebut laju peningkatan suhu permukaan di Indonesia sangat bervariasi.

Berdasarkan analisis hasil pengukuran suhu permukaan dari 92 Stasiun BMKG dalam 40 tahun terakhir, menunjukkan kenaikan suhu permukaan lebih nyata terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah. Dimana, Pulau Sumatera bagian timur, Pulau Jawa bagian utara, Kalimantan dan Sulawesi bagian utara mengalami trend kenaikan > 0,3℃ per dekade.

Laju peningkatan suhu permukaan tertinggi tercatat terjadi di Stasiun Meteorologi Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Kota Samarinda (0,5℃ per dekade). Sementara itu wilayah Jakarta dan sekitarnya suhu udara permukaan meningkat dengan laju 0,40 – 0,47℃ per dekade.

"Secara rata-rata nasional, untuk wilayah Indonesia, tahun terpanas adalah tahun 2016 yaitu sebesar 0,8 °C dibandingkan periode normal 1981-2010 (mengikuti tahun terpanas global), sementara tahun terpanas ke-2 dan ke-3 adalah tahun 2020 dan tahun 2019 dengan anomali sebesar 0,7 °C dan 0,6 °C," papar Dwikorita.

Analisis BMKG tersebut, lanjut Dwikorita, senada dalam laporan Status Iklim 2021 (State of the Climate 2021) yang dirilis Badan Meteorologi Dunia (WMO) bulan Mei 2022 yang lalu. WMO menyatakan bahwa hingga akhir 2021, suhu udara permukaan global telah memanas sebesar 1,11 °C dari baseline suhu global periode pra-industri (1850-1900), dimana tahun 2021 adalah tahun terpanas ke-3 setelah tahun 2016 dan 2020.

Infografis Cuaca Ekstrem Ancam 17 Wilayah Indonesia
Infografis Cuaca Ekstrem Ancam 17 Wilayah Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya