Liputan6.com, Jakarta Bripka Ricky Rizal alias Bripka RR, salah satu tersangka atas dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J, belum lama menjalani pemeriksaan tambahan demi melengkapi berkas perkara.
Ada 20 pertanyaan yang dilontarkan penyidik seputar Saguling hingga berakhir di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Duren Tiga yang berujung tewasnya Brigadir J. Hal ini dilakukan karena sebelumnya, ada keterangan Bripka RR yang berubah usai pertemuan dengan istri dan adiknya.
Perubahan BAP tersebut dengan menyebut tidak adanya skenario baku tembak sebagaimana disebutkan dulu antara Brigadir J dengan Bharada E.
Advertisement
Baca Juga
"RR sudah mengubah BAP. Tidak mengikuti skenario tembak-menembak lagi," ucap kuasa hukum Bripka RR, Erman Umar, ketika dihubungi, Selasa, 13 September 2022 kemarin.
Dalam pemeriksaan tambahan, Bripka RR juga ditanya penyidik soal dugaan pelecehan yang dilakukan almarhum Brigadir Yoshua kepada istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi. Saat itu dia mengaku dirinya tidak mengetahui perihal dugaan pelecehan tersebut.
Lewat kuasa hukumnya, RR menyebut saat itu yang dilihatnya hanya ada pertengkaran antara Putri dan Yoshua. "Entah ada pertengkaran apa antara Joshua dan Ibu, atau di balik, itu kita enggak tahu," tutur Emran di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa, 13 September.
Untuk diketahui, Bripka RR merupakan satu dari lima tersangka atas dugaan pembunuhan berencana Brigadir Yoshua. Empat lainnya adalah mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, Bharada E, Kuat Ma'ruf, dan Putri Candrawathi.
Seperti tersangka lainnya, dia pun telah menjalani uji polygraph atau tes kebohongan dalam kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir Yoshua. Hasilnya Ricky Rizal dinyatakan Jujur. Hal ini belum lama diungkap Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian Djajadi saat dikonfirmasi, Selasa (6/9/2022).
"Barusan saya dapat hasil sementara uji polygraph terhadap RE, RR dan KM, hasilnya 'No Deception Indicated' alias jujur," tutur Andi.
Lantas, fakta-fakta apa saja yang terkuak dari hasil pemeriksaan tambahan terhadap Bripka RR belum lama ini untuk mengungkap misteri pembunuhan Brigadir J semakin jelas?
1. Bripka RR Tak Tahu soal Pelecehan Istri Sambo, Putri Candrawathi
Erman Umar menegaskan kliennya tidak mengetahui adanya dugaan pelecehan terhadap tersangka Putri Candrawathi dalam kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J. Hal itu pun telah disampaikan saat pemeriksaan tambahan di hadapan penyidik.
Menurut dia, kliennya melihat Brigadir J ke lantai atas. Lalu dia juga melihat Putri menangis memeluk Susi.
"Ya misalnya cerita di Magelang, kejadian apa di Magelang yang dia ketahui, nah dia kalau dipertanyakan terkait pelecehan, dia tidak melihat dan tidak mengetahui, tidak ada orang yang menyampaikan baik oleh Kuat, Susi atau Ibu, yang ada adalah pertengkaran, kayak Joshua karena Joshua mau naik, melihat Ibu, sementara Ibu dalam kondisi menangis di atas, meluk Susi dan si Joshua ditegur kenapa naik, nah terus menghindar, nah ini terus menimbulkan kecurigaan," tutur Erman di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa, 13 September.
Menurut Erman, kala itu Bripka Ricky Rizal dan Bharada Richard Eliezer atau Bharada E tengah berada di luar kediaman Magelang, mengurus keperluan sekolah anak Ferdy Sambo. Dalam kondisi tersebut, Putri Candrawathi menelepon Bharada E dan meminta keduanya kembali ke rumah.
"Setelah dia balik ternyata di bawah kan sepi dan dia naik ke atas. Itulah dia mendapat informasi Kuat kok agak panik, sementara Susi nangis, disampaikan, ditanya ada apa nih Om, dia bilang yang saya sampaikan selama ini, dia ya itu si anu (Brigadir J) turun naik ditegur ya dia menghindar, kemudian dia dipaksa lagi naik saya bawa pisau, dia khawatir karena Kuat ngeri ada apa-apa, akhirnya dia masuk dan dia lihat ibu ada di kamar baring dari bantal tinggi," jelas Erman.
"Udah ditanya Bu ada apa Bu, kemudian dia telepon Richard, dia jawab, kok dia (Putri) nggak menjawab, tapi dia malah tanya di mana Joshua, panggil Joshua. Dia (Ricky) panggil Joshua ke bawah, Joshua malah mencak-mencak, ada apa kata si RR, jawaban Joshua iya tuh Om, kenapa tuh Om Kuat marah-marah sama saya, jadi di mata dia kan ke situ sebenarnya," tutur dia.
Akhirnya, Brigadir J naik lagi ke atas setelah dibujuk beberapa kali oleh Bripka Ricky sambil disampaikan bahwa Putri Candrawathi memanggilnya. Pintu kamar istri Ferdy Sambo pun tidak dalam kondisi tertutup.
Setelah itu, Ricky bertanya kepada Brigadir J, ada apa sebenarnya hingga dia marah-marah? Namun, Brigadir J mengaku tidak ada masalah apa-apa.
Advertisement
2. Putri Candrawathi Ajak Bripka RR ke Duren Tiga Usai Permintaan Tembak Brigadir J
Erman juga menjelaskan bahwa Putri Candrawathi mengajak kliennya ke kediaman Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, usai Ferdy Sambo meminta Bharada Richard Eliezer atau Bharada E menjadi eksekutor penembakan Brigadir J di rumah Saguling III.
Kala itu di rumah Sagulimg III, Bripka Ricky Rizal menolak permintaan Ferdy Sambo dengan alasan tidak kuat mental. Akhirnya, dia pun diminta memanggil Bharada E ke lantai atas.
"Panggil Richard, dia pun juga nggak ngomong ke si anu (Brigadir J), dia khawatir di bawah itu kan ada Romer, ajudan-ajudan ya, ada Kuat juga, ada siapa lagi ajudan. Jadi dia nggak kepikiran menyampaikan kita disuruh nembak. Jadi nggak ini pikiran dia, dan pikiran dia juga hanya ingin klarifikasi dulu. Ya sudah si Richard dibisikkan, kamu dipanggil Bapak ke atas. Sudah naik si Richard ya sudah, nggak berapa lama dia sudah nggak tahu lagi, dia ngecek karena dia tetap di bawah sama teman-teman itu," tutur Erman di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa.
Setelahnya, lanjut Erman, tampak Putri Candrawathi keluar rumah seraya memanggil kliennya. Istri Ferdy Sambo ternyata mengajak ajudan suaminya, termasuk Bripka Ricky Rizal, Kuat Ma'ruf, dan Brigadir J ke kediaman Duren Tiga.
"Nggak berapa lama Ibu keluar mau ke garasi, terus disamperin sama si RR. Bu ada apa Bu, dia kayak memanggil. Kita ke rumah Duren Tiga dalam rangka isolasi. Karena memang kebiasaan kalau pulang dari luar kota mereka PCR di Saguling isolasinya menunggu hasilnya di Duren Tiga. Naiklah mereka, Ibu, RR bawa mobil, ada Joshua, ada Kuat, ada Richard. Kalau Susi tidak, Susi tinggal di rumah itu, Saguling," jelas dia.
Menurut Erman, sesampainya di rumah Duren Tiga, Bripka Ricky Rizal menurunkan semua penumpang dan memarkir mobil. Dia juga berpapasan dengan Ferdy Sambo yang juga baru sampai dan langsung naik ke lantai atas kediamannya.
"Setelah itu di bawah dia tidak melihat lagi, yang dia ingat duduk terakhir di bawah itu si Romer, Joshua di taman, Richard mungkin sudah di atas sama Ibu mungkin. Setelah itu nggak berapa lama mungkin hitungan menit, Kuat memanggil RR, 'om-om', walaupun sebenarnya Kuat lebih tua ya, dipanggil Bapak, Joshua juga," terangnya.
"Sudah berjalan lah mereka bertiga, depan J, tengah K, RR karena pakai sepatu karena setiba masuk rumah harus pakai sendal, harus buka sepatu. Jadi saat sudah masuk ke dalam rumah dia sudah melihat posisi tembak. Tembak, perintah FS (ke Bharada E). Sudah terjadi. Dia (Ricky) tidak begitu ingat lah, yang jelas dia syok membayangkan apakah ini perintah dinas, atau apalah pikiran dia," Erman menandaskan.
3. Bripka RR Ambil Senjata Brigadir J Antisipasi Tembak Kuat Ma'ruf
Tersangka Bripka Ricky Rizal (RR) sempat menyingkirkan senjata milik Brigadir J saat berada di Magelang, Jawa Tengah, usai diketahui adanya pertengkaran dengan Kuat Ma'ruf (KM) yang melibatkan Putri Candrawathi. Hal itu demi mengantisipasi terjadinya aksi penembakan, lantaran Kuat Ma'ruf membawa pisau.
Kuasa Hukum Bripka Ricky, Erman Umar, menyampaikan bahwa Brigadir J sempat emosional terhadap Kuat Ma'ruf. Saat itu, kliennya menanyakan situasi di rumah Magelang usai diminta pulang bersama Bharada Richard Eliezer alias Bharada E oleh Putri Candrawathi.
"Marah. Marah saja. Pas ditanya, J jawab enggak tahu tuh si Om Kuat marah-marah ke saya. Tapi setelah keluar dari Ibu, baru enggak mau menceritakan apa yang terjadi. Dan juga mereka malamnya itu enggak ada masalah, sudah tenang," tutur Erman di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (13/9/2022).
"Malah si RR sebenarnya melihat pertama pertengkaran dan ada yang bilang pisau itu. Mereka kan bagaimana pun Joshua punya senjata, ada senjata laras panjang dan pendek. Dia berinisiatif jangan sampai terjadi nih si KM sudah bawa pisau jangan-jangan sakit hati J, berantem lah mereka, terjadilah penembakan. Dia berinisiatif ambil senjata si J, simpan di kamar anaknya Sambo di atas. Itu inisiatifnya dan itu terlacak waktu lie detector, itu pertanyaan inti di sana," sambungnya.
Advertisement
4. Bripka RR Sebut Cerita Sembunyi di Kulkas Kasus Brigadir J,
Tersangka Bripka RR alias Ricky Rizal mengubah keterangannya terkait kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J. Salah satunya soal adegan bersembunyi di balik kulkas, yang disebutnya merupakan bagian dari skenario cerita buatan Ferdy Sambo.
Kuasa hukum Bripka Ricky Rizal, Erman Umar, menyatakan bahwa kliennya tidak bersembunyi di balik kulkas. Namun, pada saat Bharada Richard Eliezer atau Bharada E diperintahkan menembak Brigadir J oleh Ferdy Sambo, mendadak ada panggilan yang masuk ke handy talky (HT) miliknya.
"Kemudian ada HT, terima HT dia. Dari temannya dia juga, ajudan yang di luar. Jadi, walaupun keadaan seperti itu, dia orang dia kan, dia juga pasti berharap kan, ada perasaan menyampaikan, dia berbalik gini, dekat pintu, dia enggak melihat. Masih di sana, di luar atau di samping. Akhirnya dia balik lagi ke tempat kejadian. Pada saat itu dia melihat FS menembak-nembak dinding, kayak TV dan tangga. Dan dia, menurut dia tidak melihat dia Pak FS menembak (Brigadir J)," tutur Erman di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa 13 September 2022.
Erman mengatakan bahwa cerita Bripka RR bersembunyi di balik kulkas merupakan bagian dari skenario awal kasus dugaan pembunuhan Brigadir J.
"Jadi berbeda pada saat pertama kan seolah dia, dalam skenario kan, dia ngumpet itu kan skenario pertama. Itu sudah diubah. Itu yang skenario (bersembunyi di balik kulkas)," jelas dia.
Adapun soal munculnya keterangan itu, awalnya para saksi dikumpulkan di Provos untuk menjalani pemeriksaan, termasuk kemudian di Polres Jakarta Selatan. Erman yakin ada komunikasi antara Ferdy Sambo dengan anak buahnya yang terlibat dalam kasus tersebut, sebelum mereka menjalani pemeriksaan.