Kisah Mereka yang Menolak Kalah dan Melawan Keterbatasan

"Kita dikasih Allah sisa umur kenapa harus disia-siakan di rumah. Saya sebagai orangtua tidak mau memeras atau tidak akan menyusahkan anak. Kita cari sendiri," ucap Herman memulai pembincangan kepada Liputan6.com, Rabu (14/9/2022).

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 25 Sep 2022, 11:07 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2022, 09:34 WIB
Gojek dan Tokopedia bentuk GoTo, grup teknologi terbesar di Indonesia.
Gojek dan Tokopedia bentuk GoTo, grup teknologi terbesar di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Meski usia menginjak 73 tahun dan kondisi fisik mulai melemah. Tak menyurutkan semangat Herman untuk terus bekerja mencari nafkah. Sore itu, Herman dan rekannya sesama pengemudi Gojek sedang menunggu orderan. Dia duduk di kursi depan trotoar Balai Kota, Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat.

Herman mengenakan jaket Gojek yang mulai kusam. Slayer jingga motif kembang menutupi rambutnya yang sebagian mulai memutih. kendati usianya tidak muda lagi, dia memilih untuk tidak merepotkan empat orang anaknya untuk menafkahi Herman dan istrinya.

"Kita dikasih Allah sisa umur kenapa harus disia-siakan di rumah. Saya sebagai orangtua tidak mau memeras atau tidak akan menyusahkan anak. Kita cari sendiri," ucap Herman memulai pembincangan kepada Liputan6.com, Rabu (14/9/2022).

Herman mengontrak sebuah rumah di daerah Kali Licin, Pitara, Kota Depok. Di rumahnya, ia tinggal berdua bersama istri tercinta bernama Herawati (60). Saat ini sedang berjuang melawan penyakit.

Herman mengantikan peran domestik yang biasa dikerjakan sang istri seperti menyapu, mencuci dan memasak. Tanpa lelah, dia pula yang mencari penghasilan agar dapur tetap mengebul.

"Kaki istri di bagian tempurung sudah pernah dioperasi, jadi istri geraknya kurang," ujar Herman.

Herman adalah mitra Gojek sejak 2017. Saban hari, ia bangun pagi. Suara ayam berkokok jadi alarm memulai aktivitas. Ia lebih dahulu membereskan pekerjaan rumah.

Ketika, jarum jam menunjukkan 10.00 WIB, Herman memacu sepeda motor Honda Beat putih berkeliling di jalanan Kota Depok.

"Pagi urus rumah, baru keluar," ujar dia.

 

Alasan Prioritas Order

Herman (Kiri)
Meski usia menginjak 73 tahun dan kondisi fisik mulai melemah. Tak menyurutkan semangat Herman untuk terus bekerja mencari nafkah.

Herman saat ini mengutamakan mengambil orderan Go-Food ketimbang Go-Ride. Ia sadar betul usia sudah tak muda lagi. Baginya, mengantarkan penumpang menguras banyak tenaga.

Tiga sampai empat orderan Go-Food dapat Herman selesaikan dalam sehari. Herman mendapat upah sekira Rp 50 ribu sampai Rp 65 ribu. Namun terkadang ada pula rezeki tak terduga dari pelanggan.

Satu momen kebaikan pelanggan masih membekas diingatan Herman kala mengantarkan pesanan Go-Food ke sebuah rumah di kawasan Pesona Khayangan Depok. Padahal, tagihan pesanan hanya Rp 50 ribu tapi pelanggan memberikan uang tip hingga Rp 300 ribu.

"Mbah saya kasih Rp 300 ribu, mbah tidak usah narik lagi," kenang dia sambil berkaca-kaca.

Cerita ini membuat Herman menerawang jauh mengenang masa-masa jaya. Hidupnya bisa dibilang serba berkecukupan. Dahulu, Herman menduduki jabatan prestisius di salah satu perusahaan sawit asal Malaysia. Namun, keadaannya telah berubah 180 derajat.

"Jadi masih muda aktif lah di tempat kerja, jangan mau tergoda," ujar dia.

Herman ingin sekali kembali mengulang masa-masa itu. Berbekal selembar ijasah dan pengalaman, ia mencoba melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan. Sayangnya, tak ada satu pun perusahaan melirik karena usia sudah uzur.

Padahal, menurutnya umur cuma sebuah angka tidak membatasi sesorang untuk berkembang.

"Saya pernah melamar pekerjaan di Sunter, dia bilang gini 'Babeh, urus cucu aja di rumah'. Sakit hati saya mendengarnya. Saya ini bukan melamar sebagai pekerja kasar loh. Saya punya knowledge, punya kemampuan, " ujar Herman.

Gojek menjadi satu-satunya penolong. Enam tahun sudah ia berteman akrab dengan Honda Beat putih. Tanda hitam di kaki menjadi saksi bagaimana dahulu ia pontang-panting melibas semua orderan GO-SEND yang masuk ke telepon genggam.

Antar barang ke wilayah Ciseeng, Cikoko, Gunung Sindur atau wilayah lain tak jadi masalah. Begitulah, ia sewaktu melunasi kreditan sepeda motor yang kini ia tunggangi.

"Modar mas, hancur-ancuran. Tapi kita harus berjuang," ujar dia sambil menunjukkan kaki yang penuh dengan bekas luka.

Dalam pengakuannya, Herman sebenarnya lelah menjalani rutinitas sebagai driver ojek online (ojol). Namun, hanya ini yang bisa diandalkan agar tetap bertahan hidup.

"Sebenarnya sudah tidak kuat lagi, ini tinggal semangat. Karena kalau tidak kerja gimana, beras tidak disubsidi pemerintah, listrik masih bayar. Stop ini hari selesai sudah hidup saya," ucap dia.

Herman berpesan agar para pemuda bersungguh-sungguh dalam bekerja dan mmeberikan sedikit rejeki kepada orang tua meski orangtua tidak memintanya. 

"Gunakan sebaik-baiknya masa muda mu agar tidak seperti kami-kami ini, bayangkan sudah tua harus bawa sepeda motor. Saya sebenarnya tak mau. Tapi gimana tuntutan. Satu lagi pesan saya hormat sama orangtua biar barokah," Herman mengakhiri.

 

Peran Ganda

Mira Ratnawulan
driver Gojek perempuan Mira Ratnawulan yang memiliki keterbatasan pendengaran atau tuli. Kendati demikian, semangatnya untuk bekerja patut diacungi jempol. Mira adalah tulang punggung ekonomi keluarga. Ia juga memegang peran ganda. Seorang ibu dan ayah bagi anak-anaknya.

 

Kisah lain datang dari seorang driver Gojek perempuan Mira Ratnawulan yang memiliki keterbatasan pendengaran atau tuli. Kendati demikian, semangatnya untuk bekerja patut diacungi jempol. Mira adalah tulang punggung ekonomi keluarga. Ia juga memegang peran ganda. Seorang ibu dan ayah bagi anak-anaknya.

Sejak Desember 2019, Mira bergabung menjadi mitra Gojek. Separuh waktu dihabiskan di jalanan. Mira menunggangi kuda besi mengitari kawasan-kawasan ramai di Kota Bandung siang dan malam.

"Pagi beres di rumah dulu, antar anak ke sekolah. Kemudian, jam 11 siang keliling kira-kira sampai jam 8 malam," kata Mira kepada Liputan6.com melalui pesan WhatsApp, Kamis (15/9/2022) malam.

Aktivitas itu dilakoni setiap hari untuk menyambung hidup. Di sisi lain, Mira ingin mengubah stigma masyarakat terhadap penyandang disabilitas.

Karena, ia tak mau orang-orang menganggap remeh penyandang disabilitas.

"Saya tidak akan pernah menyerah mencari nafkah untuk anak-anak. Siapa bilang tunarungu tidak bisa (bekerja). Kami mampu jadi mandiri," ujar dia.

Mira biasa mangkal pinggir jalan dekat di pusat perbelanjaan atau cafe. Begitu dapat orderan, Mira lantas berkomunikasi dengan pelanggan melalui pesan teks yang tersedia di aplikasi Gojek.

Mira tak sungkan memberitahukan kondisinya kepada pelanggan.

"Saya bilang hallo nama Mira, saya adalah tunarungu. Mohon maaf baca baik-baik kalau mau komunikasi pakai SMS atau chat Gojek saja ya, jangan menelepon. Terimakasih," pesan itulah yang selalu kirim Mira saat membuka komunikasi dengan pelanggan.

Walaupun, pelanggan tak semua mengerti dengan kondisinya. Tapi, tak membuat Mira patah arang.

"Ada orang marah, cemberut atau aneh. Saya tetap sabar diam saja. Yang penting semangat, dan kita bisa mandiri," ujar dia.

Mira mengaku senang melakukan pekerjaanya sebagai driver Gojek. Penghasilan yang terbilang lumayan, Perhari, ia mampu mengatongi Rp 100 ribu sampai Rp 300 ribu. Bahkan, bisa lebih dari itu jikalau lagi kebanjiran order.

"Kira-kira untung bisa Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta masuk ke saku," ujar dia.

Selain itu, Gojek menaruh perhatian yang luar biasa pada pengemudi difabel. Ya, mereka tergabung dalam komunitas Teman Tuli/Tunarungu.

"Kita dikasih pelatihan-pelatihannya. Tapi untuk sekarang saya belum dapat informasi," ujar dia.

Sementara itu, Deputy Chief of Corporate Affairs Gojek Audrey Progastama Petriny menerangkan, Gojek sebagai platform on-demand terkemuka di Asia Tenggara dan pelopor model ekosistem multi layanan berkomitmen penuh mendukung seluruh mitra driver.

Sejak awal Gojek memiliki semangat membantu meningkatkan kesejahteraan bagi semua mitra melalui pemanfaatan teknologi, termasuk mitra driver lansia.

Berdasarkan data sampai Desember 2021, mitra driver mencapai 2,6 juta tersebar di Indonesia, Singapura, dan Vietnam.

"Kami mendukung agar setiap orang . mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkarya secara maksimal," kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (22/9/2022).

Audrey menerangkan, Gojek memiliki program-program khusus guna mengapresiasi para mitra driver lansia yang telah bersama-sama berupaya mempermudah kehidupan masyarakat.

Saat awal pandemi, beberapa program di antaranya menyediakan vaksinasi Drive Thru bagi para lansia, hasil kolaborasi dengan pemerintah.

Program ini membantu mitra driver lansia agar terlindungi dari paparan virus COVID-19.

"Sehingga mereka bisa terus menafkahi keluarga, sekaligus memberikan layanan yang aman dan profesional kepada seluruh masyarakat," ujar dia.

Selain vaksinasi lansia, Gojek juga menyediakan pembagian sembako saat pandemi bagi driver lansia di sejumlah kota-kota besar.

Ada beberapa program khusus lainnya termasuk CSR bagi lansia juga dijalankan secara regional di sejumlah kota besar di Indonesia dan memanfaatkan momen tertentu misalnya HUT Kemerdekaan RI .

Contoh menggelar apresiasi mitra lansia di Bogor dan dedikasi mitra 60 di Bekasi. Dalam hal ini berkolaborasi dengan panti jompo sebagai bentuk apresiasi kepada mitra driver lansia di momen hari kemerdekaan .

"Dalam program khusus tersebut , kami juga menyediakan Posko kesehatan bagi driver lansia agar dapat melakukan medical check up," ujar dia.

Tak hanya itu, Gojek juga mengumpulkan Dana Bantuan Mitra senilai Rp100 miliar yang di antaranya berasal dari donasi 25 % gaji tahunan jajaran manajemen senior dan anggaran kenaikan gaji tahunan seluruh karyawan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya