Jokowi: Kereta Cepat Jakarta Bandung Bukan Proyek Bantuan China, tapi Investasi

Presiden Jokowi menyatakan, progres pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung sudah mencapai 88,8 persen.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 13 Okt 2022, 14:30 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2022, 14:29 WIB
Kereta Cepat Jakarta - Bandung
Presiden Jokowi meninjau lokasi Tunnel #1 kereta cepat Jakarta-Bandung yang berlokasi di Km 5+500 Tol Jakarta-Cikampek. Foto: Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan, pembangunan proyek kereta cepat Jakarta Bandung bukanlah bantuan dari negara manapun, termasuk China. Kepala negara memastikan, antara Indonesia dan China hanya terjalin kerja sama investasi di dalamnya.

“Ini bukan bantuan. Ini adalah kerja sama antara Indonesia dan China. Ada investasi di sini. Jadi bukan bantuan,” tegas Jokowi saat meninjau Stasiun Kereta Cepat Jakarta - Bandung di Tengalluar, Bandung, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022).

Jokowi mengatakan, progres pembangunan kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini masih terus bergerak dan tidak berhenti meski dihantam pandemi. Menurut Jokowi, progres pembangunan hanya terjadi keterlambatan akibat wabah global tersebut.

“Pandemi enggak ada urusannya dengan kereta cepat, tapi memperlambat iya sedikit,” kata Jokowi

Sementara itu, Jokowi mengaku, soal kedatangan Presiden China Xi Jinping ke Indonesia untuk meninjau proyek kereta cepat masih difinalisasi. Sebab menurut perkiraan, proyek kereta cepat ini akan rampung pada pertengahan tahun depan.

“Dengan Presiden Xi masih dibicarakan, belum final. Peluncuran nanti untuk operasional Insya Allah kurang lebih nanti di bulan Juni 2023,” Jokowi menutup.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Sabtu mengatakan Jokowi bersama Presiden Xi Jinping akan meninjau proyek kereta cepat pada November 2022 saat berlangsungnya KTT G20. Rencananya, tinjauan dilakukan keduanya dengan menaiki kereta inspeksi. 

"Suatu kebanggaan bahwa Indonesia adalah negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki kereta cepat," ujar Budi saat meninjau Stasiun KCJB Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu 1 Oktober 2022.

Budi mengatakan, hal yang menjadi fokus utama penyelesaian saat ini membentang dari Stasiun Halim - Stasiun Karawang - Stasiun Padalarang - Stasiun dan Depo Tegalluar, adalah dari Stasiun Halim Jakarta sampai dengan Stasiun Padalarang. Sebab, Stasiun Padalarang nantinya akan menjadi stasiun perjumpaan antara kereta cepat dengan kereta feeder yang akan menuju Stasiun Bandung. 

"Kita targetkan perjalanan kereta cepat dari Jakarta ke Bandung akan menempuh waktu 52 menit. Dari Jakarta ke Padalarang 30 menit dan dari Padalarang ke Bandung (menggunakan kereta feeder) 22 menit," ucap dia. 

Progres Proyek Kereta Cepat Capai 88,8 Persen

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan peninjauan pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Stasiun Tegalluar, Kabupaten Bandung, Kamis (13/10/2022).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan peninjauan pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Stasiun Tegalluar, Kabupaten Bandung, Kamis (13/10/2022). (dok: Maul)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali meninjau progres pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung. Hasilnya, kepala negara menyatakan bahwa progres pengerjaan proyek tersebut sudah mencapai angka 88,8 persen.

“Pagi hari ini kembali saya meninjau progress perkembangan pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung, progressnya sudah mencapai 88,8 persen secara keseluruhan,” kata Jokowi di Stasiun Kereta Cepat Jakarta - Bandung di Tengalluar, Bandung, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022).

Jokowi berharap, dengan kereta api cepat mobilitas orang dan barang bisa menjadi singkat dan meningkat. Sehingga daya saing Indonesia bisa semakin kuat.

“Diharapkan juga ada titik-titik pertumbuhan ekonomi baru di Jakarta ada, di Bandung ada, kemudian Kabupaten Bandung juga terjadi. Saya rasa itu,” kata Jokowi menandasi.

Diketahui, pembangunan infrastruktur kereta cepat Jakarta-Bandung dilakukan dalam rangka menciptakan sistem transportasi yang lebih cepat, efisien, ramah lingkungan, dan juga terintegrasi dengan moda transportasi lainnya.

Pemerintah percaya, dengan penggunaan teknologi yang tinggi, diharapkan terjadi transfer/alih pengetahuan dan teknologi yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) nasional dan juga membuka banyak lapangan pekerjaan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya