Kantong Jenazah Tak Muat, Petugas Ambulans Lipat Bagian Kaki Brigadir J

Saksi Syahrul juga mengungkapkan jasad Brigadir J tak langsung dibawa ke kamar jenazah tapi ke Ruang IGD.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 07 Nov 2022, 14:01 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2022, 14:01 WIB
Aksi Solidaritas 4.000 Lilin Mengenang 40 Hari Kematian Brigadir J
Para aktivis dari berbagai elemen masyarakat sipil menggelar aksi solidaritas menyalakan lilin untuk mengenang Brigadir Novriansyah Joshua Hutabarat alias Brigadir J di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Kamis (18/8/2022). Aksi solidaritas keadilan bertajuk 4.000 lilin digelar untuk memperingati 40 hari kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Jasad Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J tewas bersimbah darah di dekat tangga di Komplek perumahan Polri Duren Tiga Nomor 46 RT 05 RW 01 Kelurahan Duren Tiga, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan pada Jumat 8 Juli 2022.

Salah seorang driver ambulans bernama Ahmad Syahrul Ramadhan turut mengevakuasi jenazah Brigadir J pada saat itu.

Jaksa menghadirkannya bersama empat orang saksi lain pada sidang lanjutan dugaan pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J di PN Jaksel hari ini, Senin (7/11/2022).

Ketiga terdakwa yakni Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E, Bripka Ricky Rizal Wibowo dan Kuat Maruf menjalani sidang secara bersamaan.

Syahrul mengaku sebelumnya diminta oleh anggota kepolisian memastikan kondisi Brigadir J. Ketika itu, kondisinya sudah berlumuran darah.

"Saya pakai sarung tangan karet. Saya bilang nadinya sudah tidak ada. Lalu dibilang, 'Pasti mas. Pasti pak.'," kata Syahrul.

Syarhul diarahkan segera mengevakuasi jenazah dari rumah dinas Ferdy Sambo.

Ketika itu, dia meminta izin mengambil kantong jenazah yang ada di mobil ambulans. Kebetulan, Syarul termasuk dari mitra kepolisian Jaktim dan biasa ditugaskan mengevakuasi korban kecelakaan.

"Saya gelarkan kantong jenazah di situ ada tulisan Korlantas Polri. Katanya oh mitra polisi, ya udah minta tolong ini dievakuasi," kata Syahrul.

Syahrul mengambarkan kondisi jasad Brigadir J. Ketika itu, darah terus-terusan mengalir. Dia tak tahu dari mana sumbernya.

"Saya tidak mengerti apa keluar dari kepala, atau genangan darah. Karena itu juga wajah ditutup masker saya tidak buka-buka," ujar Syahrul.

Syahrul mengatakan, luka yang terlihat jelas di bagian dada. Diduga luka tembak. Sementara, Syahrul tak melihat luka tembak pada bagian tubuh lain

"Ada di dada, luka tembak. Itu bolong," ujar dia. Hakim lantas bertanya luka lainnya. "Tangan, leher, kepala ada bekas tembak?" ucap Hakim.

"Tidak lihat," imbuh Syahrul.

 


Ukuran Kantong Jenazah Tidak Sesuai

Syahrul menerangkan, empat orang ikut membantu memasukkan jasad korban ke kantong jenazah. Syahrul mengatakan, kantong jenazah dengan ukuran badan Brigadir J tidak sesuai. Sehingga, Syahrul lantas menekuk bagian kaki korban.

"Karena kakinya terlalu panjang tidak muat di kantong jenazah. Saya lepit dikit baru masuk, saya resleting. Saya tarik dikit saya ambil tandu. Saya bawa langsung saya masukin satu per satu. Lalu diangkat ke mobil," ucap Syahrul.

Syahrul mengatakan, ia saat itu hendak tancap gas ke Rumah Sakit Polri. Namun, diminta tunggu sebentar.

"Saya masuk ke dalam mobil. Pas saya mau menayalakkan lampu ambulans. 'Tahan dulu mas. Nunggu arahan aja, nanti dikawal'," kata Syahrul.

Syahrul mendapat pengawalan. Ada mobil Provos jenis Pajero di belakang. Saat itu, salah satu anggota menemani di dalam mobil ambulas.

"Akhirnya saya jalan ke Rumah Sakit Polri," ujar dia.

 


Tak Langsung Dibawa ke Ruang Jenazah

Syahrul mengungkapkan jasad korban tak langsung dibawa ke kamar jenazah tapi ke Ruang IGD. Syarul sempat bingung.

"Saya tanya 'Pak izin kenapa dibawa ke IGD dulu, katanya 'Saya juga tidak tahu mas. Saya ikuti arahan," ucap Syarhul.

Syahrul menceritakan, ruang IGD sudah ramai. Ada Petugas Polri yang bertanya jumlah korban.

"Saya juga bingung dilihat 'waduh kok sudah kantong jenazah' ditanya 'korban berapa' satu, terus 'yaudah mas dibawa ke belakang aja kamar jenazah," ujar Syahrul.

Syahrul mengatakan, salah seorang anggota meminta menurunkan jenazah dari dalam mobil ambulans.

"Saya langsung turunkan berjalan ke kamar jenazah lalu, saya pindahkan ke troli kamar jenazah," ujar dia.

 


Diminta Tunggu hingga Subuh

Syahrul kembali menemui anggota karena hendak izin pulang. Namun, diminta tunggu sebentar.

"Saya tunggu di masjid di samping tembok sampai jam mau subuh," ujar dia.

"Mau subuh saudara menunggu," hakim bertanya.

"Iya yang mulia," jawab Syahrul.

Mendengar itu, hakim kaget. "Buset," Hakim terkejut.

Syarhul mengatakan, petugas memberikan uang sebagai akomondasi ambulans dan cuci kendaraan sebelum meninggalkan lokasi. "Iya (saya pulang)," ucap dia.

Infografis Dakwaan Ferdy Sambo di Sidang Pembunuhan Berencana Brigadir J
Infografis Dakwaan Ferdy Sambo di Sidang Pembunuhan Berencana Brigadir J (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya