Liputan6.com, Jakarta- Sore itu tak ada firasat apa pun yang dirasakan oleh Nur Indah. Dia tetap semangat bekerja di salah satu klinik di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Namun, menjelang malam semuanya berubah. Yakni ketika kemunculan pemberitahuan yang menunjukkan adanya sejumlah transaksi muncul di layar gawai miliknya.
Email yang diterimanya merupakan pemberitahuan dari Bank BRI. Awalnya, Indah tidak paham mengenai pemberitahuan yang muncul dan menanyakan ke teman kerjanya. Setelah dijelaskan pikirannya langsung buyar. Panik dan bingung menjadi satu. Seketika Indah pun menangis.
Baca Juga
Tak lama berselang dia langsung menghubungi keluarganya di rumah untuk konfirmasi mengenai transaksi yang tercatat pada 8 Oktober 2022 tersebut. Indah memang menyadari adanya transaksi tersebut pada 9 Oktober 2022.
Advertisement
"Di situ langsung telepon orang tua. Orang tua bilang enggak ada yang ambil uang. Jadi, saya bingung kok bisa uang keluar dari ATM, tapi enggak ada yang ambil uangnya," kata Indah kepada Liputan6.com.
Semalaman Indah tak bisa tidur. Pikirannya hanya tertuju ke bank tempatnya menyimpan uang. Berkali-kali dia memeriksa pemberitahuan transaksi penarikan uang yang terjadi.
Transaksi pertama yaitu pengiriman uang ke salah satu rekening yang tidak diketahui sebesar Rp 19,8 juta pada pukul 09.02 WIB. Kemudian transfer kedua dengan jumlah Rp 30 juta pukul 09.08 WIB. Sedangkan transaksi ketiga pengisian pulsa sebesar Rp 1 juta pukul 09.12 WIB.
Keesokan harinya bersama temannya Indah menuju salah satu kantor bank terdekat. Dia meminta kepada petugas untuk diterbitkan rekening koran karena ada transaksi yang tidak dilakukannya.
"Lalu rekening koran itu memang benar saldo saya itu tinggal Rp 81 ribu, dari Rp 54 juta. Habis itu saya tanya, kenapa bisa begini. Lalu mereka tanya sebelumnya ada yang ngirim kode OTP atau ngasih kode apa pun itu sama orang. Saya bilang enggak ada," ucapnya.
Namun, seketika Indah ingat jika pada 8 Oktober 2022 pagi dirinya mendapatkan pesan lewat WhatsApp dari kurir yang mengaku dari PT Pos Indonesia. Kurir itu mengaku akan mengirimkan sebuah barang. Pesan tersebut sempat dihiraukan oleh Indah. Namun, beberapa kali pelaku meneleponnya.Â
Saat itu dia juga menanyakan nama pengirim paket itu. Namun, pelaku meminta agar Indah mengecek sendiri detailnya melalui apikasi yang dikirimkan.
Lapor Polisi dan DPRD
Perempuan berusia 24 tahun mengaku saat tautan tersebut diklik atau dipencet tidak terbuka. Indah berpikir mungkin memori gawainya sudah penuh dan tidak bisa mengunduh aplikasi lagi. Saat cerita tersebut disampaikan ke petugas bank, Indah diyakinkan jika itu merupakan bentuk penipuan baru.
Dalam posisi yang panik, dia menanyakan kepada petugas bank bagaimana uang tersebut bisa kembali. Sebab, uang yang ada di rekeningnya merupakan milik orang tuanya hasil dari jualan sapi jelang Idul Adha. "Mereka bilang ini kesalahan nasabah sendiri dan uang tidak bisa kembali," ujar Indah.
Selanjutnya pada hari yang sama, dia langsung melakukan pelaporan ke Polsek Lubuk Pakam mengenai peristiwa yang dialami. Hingga saat ini kasus tersebut masih terus ditangani.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, pelaku terlacak di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Bahkan, Indah juga sempat menyampaikan kejadian yang menimpanya di rapat DPRD Kabupaten Deli Serdang.
"Sampai sekarang sih masih dilacak gitu, katanya polisi yang di sini masih bekerja sama polisi yang di Palembang," Indah menandaskan.
Polisi Imbau Korban Penipuan Buat Laporan
Modus penipuan mengatasnamakan kurir dari perusahaan ekspedisi tertentu marak terjadi. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Endra Zulpan mengatakan, korban penipuan disarankan membuat laporan ke polisi. Sejauh ini, Zulpan mengatakan, Polda Metro Jaya belum menerima laporan terkait dengan modus tersebut.
"Kita belum terima laporan seperti itu dari masyarakat yang jadi korban seperti itu. Kalau ada iimbauan tentunya menghimbau kepada masyarakat khususnya di wilayah Jakarta yang jadi korban kasus seperti itu, agar segera melaporkan kepada kepolisian untuk kita ambil tindakan hukum terhadap penipuan yang bermodus seperti itu," kata dia kepada wartawan, Selasa (6/11/2022).
Zulpan meminta masyakarat meningkatkan kewaspadaan dan diimbau lebih berhati-hati apabila menerima pesan-pesan yang mencurigakan.
"Apalagi dirasakan tidak pernah melakukan transaksi dan komunikasi ekonomi atau kegiatan perdagangan dengan yang ditawarkan, itu jangan langsung mengikuti petunjuk dan perintah dalam pesan singkat itu," ujar dia.
Diketahui, belakangan ramai cuitan dari korban penipuan dengan modus kurir paket.
Penipu berkomunikasi dengan calon korban via apps social & messaging. Pelaku berpura-pura menjadi kurir dan mengubah foto profil dengan gambar ekspedisi.
Setelah itu, penipu akan mengirimkan link resi melalui chat WhatsApp. Link resi tersebut cukup berbahaya karena apabila diklik bisa membuat segala data yang ada di ponsel bocor.
Efek terburuk dari data ponsel bocor, yakni bisa diaksesnya mobile banking yang bertujuan untuk mencuri uang. Tak hanya itu, data pengguna bisa disalahgunakan.
Advertisement