Allen Widysanto Resmi Dikukuhkan Jadi Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (FK UPH), resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jun 2023, 17:27 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2023, 15:13 WIB
Allen Widysanto Resmi Dikukuhkan Jadi Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.
Allen Widysanto Resmi Dikukuhkan Jadi Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. (Dok. Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (FK UPH), resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. Dengan begitu, Prof Allen Widysanto menjadi profesor pertama bidang pulmonologi di Indonesia yang berasal dari universitas swasta.

Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul, “Upaya Mencegah dan Menghentikan Penggunaan Rokok pada Remaja: Sebuah Kesempatan dan Tantangan”, Prof. Allen Widysanto, menyoroti merokok di kalangan remaja merupakan ancaman yang lebih besar dibanding pada usia dewasa.

Kemudahan dalam mendapatkan rokok juga berdampak pada kesehatan jangka panjang remaja.

“Center for Disease Control and Prevention (CDC) memperingatkan bahwa jika perilaku merokok pada remaja masih berlanjut, maka akan ada 5,6 juta orang berusia kurang dari 18 tahun yang akan meninggal lebih awal akibat penyakit yang terkait dengan rokok,” kata Prof. Allen.

Kepala Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Rumah Sakit (RS) Siloam Lippo Village ini mengungkapkan, bahwa dengan populasi lebih dari 266 juta di Indonesia, jumlah perokok saat ini diperkirakan lebih dari 70 juta jiwa.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, kebiasaan merokok sering dimulai pada masa remaja, dimana sembilan dari sepuluh anak mulai merokok pada usia 18 tahun. Tidak hanya rokok konvensional, rokok elektrik juga menjadi perhatian penting karena berpotensi berdampak negatif pada kesehatan remaja.

“Rokok mengandung nikotin, zat psikoaktif utama yang ada dalam daun tembakau yang menyebabkan stimulasi psikologis adiktif. Paparan nikotin pada remaja dapat berdampak buruk pada sistem saraf pusat dan mengganggu fungsi serta perkembangan kognitif, terutama ketika penggunaan tembakau berlangsung dalam jangka panjang," ujar Prof. Allen, yang juga merupakan Dokter Spesialis Paru di RS Siloam Lippo Village.

Bahaya Merokok

Terkait dengan masalah kesehatan, sekitar 30 persen kematian akibat kanker terjadi pada perokok. Merokok dan paparan asap rokok juga meningkatkan risiko 2-4 kali lipat terkena penyakit jantung koroner dan stroke.

Selain itu, merokok juga meningkatkan risiko terjadinya infeksi, gangguan sistem imun, gangguan penglihatan, osteoporosis, dan diabetes.

Sebagai upaya untuk menghentikan penggunaan rokok di kalangan remaja, sejak tahun 2015 Prof. Allen telah menginisiasi Gerakan Berhenti Merokok (GEBROK).

GEBROK merupakan sebuah program pengembangan masyarakat yang diperkenalkan kepada mahasiswa FK UPH yang tergabung dalam organisasi Centre for Indonesian Medical Students Activities (CIMSA).

Sebagai informasi, Pengukuhan ini didasarkan pada Surat Keputusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nomor 20216/M/07/2023 yang dikeluarkan pada 3 April 2023.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya