Hari Kabisat Setiap 4 Tahun Sekali, Kok Bisa?

Tepat pada hari ini, Kamis (29/2/2024) merupakan hari tahun kabisat. Ya, kalender Februari pada 2024 ini merupakan tahun kabisat. Terakhir, kita mengingat tahun kabisat jatuh pada 2020 saat pandemi Covid-19 tengah melanda dunia.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 29 Feb 2024, 11:36 WIB
Diterbitkan 29 Feb 2024, 11:35 WIB
Tepat pada hari ini, Kamis (29/2/2024) merupakan hari tahun kabisat. Ya, kalender Februari pada 2024 ini merupakan tahun kabisat. Terakhir, kita mengingat tahun kabisat jatuh pada 2020 saat pandemi Covid-19 tengah melanda dunia.
Tepat pada hari ini, Kamis (29/2/2024) merupakan hari tahun kabisat. Ya, kalender Februari pada 2024 ini merupakan tahun kabisat. Terakhir, kita mengingat tahun kabisat jatuh pada 2020 saat pandemi Covid-19 tengah melanda dunia. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Tepat pada hari ini, Kamis (29/2/2024) merupakan hari tahun kabisat. Ya, kalender Februari pada 2024 ini merupakan tahun kabisat. Terakhir, kita mengingat tahun kabisat jatuh pada 2020 saat pandemi Covid-19 tengah melanda dunia.

Empat tahun kemudian, tepatnya pada 2024 tahun ini, sekali lagi kita akan melewati hari kabisat yang jatuh pada hari ini, Kamis (29/2/2024).

Diketahui, sekitar 4 sampai 5 juta orang 'pelompat tahun' di seluruh dunia akan merayakan ulang tahun mereka yang hadir hanya setiap empat tahun sekali.

Melansir Forbes, terjadi isyarat lonjakan penjualan kartu ulang tahun spesial untuk orang-orang yang lahir pada hari di tahun kabisat.

Lantas, mengapa hari tahun kabisat hanya jatuh setiap 4 tahun sekali? Tahun kabisat muncul hanya setiap empat tahun bertujuan menjaga kalender Gregorian untuk tetap sinkron dengan musim di bumi.

Penyebabnya adalah orbit bumi terhadap matahari. Bumi menyelesaikan satu orbit penuh dalam waktu tepat 365 hari, 5 jam, 48 menit dan 45 detik. Jadi, untuk menghitung 5 jam yang lebih tersebut, kalender Gregorian dijumlahkan setiap empat tahun menjadi satu hari ekstra di kalender.

Karena bulan Februari biasanya hanya mempunyai 28 hari, disitulah disisipkan satu hari tambahan untuk menggenapkan perhitungan kalender dengan riwayat orbit bumi terhadap matahari.

Yang lebih menarik, rupanya tahun kabisat tidak hanya merujuk kepada pembulatan penanggalan untuk tahun Masehi saja, namun juga ditemukan pada perhitungan tahun Hijriah.

Mengingat datangnya yang tidak setiap tahun, hari kabisat pun menjadi hari yang istimewa bagi sebagian kelompok masyarakat. Ada yang menyambutnya dengan perayaan, tapi ada juga yang menyebut hari kabisat adalah hari buruk.

 

Setahun Berjumlah 366 Hari

[Bintang] Tahun Kabisat
Pengakuan kedaulatan Sarajevo di tahun 1960 merupakan salah satu kejadian penting di tahun kabisat. (en.wikipedia.org)

Tahun kabisat memiliki jumlah hari lebih panjang satu hari yaitu 366 hari sedangkan pada tahun biasa berjumlah 365 hari.

Tahun kabisat menjadi fenomena langka dalam kalender dan menjadi bagian penting dalam penanggalan yang digunakan di seluruh dunia. Melansir dari Space Place Nasa, secara singkat tahun kabisat berbeda dengan tahun biasa karena dalam setahunnya terdapat 366 hari.

Selain itu, tahun kabisat hanya dihitung setiap empat tahun sekali dan pada bulan Februari memiliki 29 hari bukan 28 hari. Melansir dari Britannica, kehadiran satu hari kabisat dalam kalender Gregorian sudah ada sejak ribuan tahun silam.

Kala itu, dimulai dari masa Ptolemeus II Euergetes yang pernah mencoba namun kemudian gagal menerapkan skema tersebut di abad ke-3 SM. Namun dari waktu ke waktu, skemanya mulai disempurnakan.

Sampai akhirnya pada 46 SM terdapat kalender Julian yang memperkenalkan hari kabisat setiap empat tahun sekali. Namun kalender tersebut memiliki masalah dengan perhitungan yang digunakan dan menyebabkan adanya perbedaan pendapat selama beberapa abad.

Kemudian diperkenalkan sistem kalender Gregorian yang memperbaiki konsep tahun kabisat di tahun 1582. Dalam kalender Gregorian selisihnya disesuaikan dengan menambahkan satu hari tambahan yang hanya ada pada tahun-tahun abad yang habis dibagi 400 atau 4 sehingga lahir hari kabisat.

 

Ciri Tahun Kabisat dan Orang yang Lahir di Tahun Tersebut

Ilustrasi tahun kabisat, kalender Februari
Ilustrasi tahun kabisat, kalender Februari. (Image by Vectonauta on Freepik)

Tahun kabisat memiliki beberapa ciri di antaranya tahun kabisat memiliki jumlah 366 hari dalam setahun. Kemudian tahun kabisat juga memiliki total hari di bulan Februari sebanyak 29 hari lebih satu hari dari tahun biasa yang hanya memiliki 28 hari saja.

Selain itu, ciri lainnya jika secara perhitungan tahun kabisat dapat habis dibagi 400 atau dapat habis dibagi 4. Maka dari itu tahun 2024 termasuk dalam tahun kabisat dan biasanya tahun kabisat hanya terjadi dalam empat tahun sekali.

Lalu, seseorang yang lahir di tahun kabisat biasanya tidak bisa merayakan hari lahir setiap tahunnya. Meskipun begitu, usia mereka tetap dihitung per hari bukan per empat tahun sehingga tahun kabisat menjadi sangat istimewa.

Kemudian, orang-orang yang lahir pada tahun kabisat tergolong langka karena diperkirakan hanya 4,1 juta orang di seluruh dunia yang dilahirkan pada tanggal 29 Februari.

 

Tidak Semua Tahun Habis Dibagi Empat adalah Kabisat

Ini 7 Tradisi Unik Tahun Kabisat dari Romantis hingga Mitos
Google Doodle Peringati Leap Day 2024, Ini 7 Tradisi Unik Tahun Kabisat dari Romantis hingga Mitos. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Jika kita hitung beberapa tahun ke belakang, tahun kabisat sebelumnya pada abad ini adalah tahun 2020, 2016, 2012, 2008, 2004, dan 2000. Tahun kabisat berikutnya adalah tahun 2028, 2032, 2036, 2040, dan seterusnya.

Aturannya tampaknya sangat sederhana. Jika suatu tahun dapat habis dibagi empat, maka itu adalah tahun kabisat. Namun, terdapat permasalahan, tahun 2100 habis dibagi empat dan ia tidak termasuk tahun kabisat. Mengapa tidak?

"Pada tahun 46 SM, Julius Cesar mengusulkan Kalender Julian yang baru, yang akan menambahkan satu hari pada bulan terpendek dalam satu tahun (Februari) setiap empat tahun sekali dalam upaya untuk memungkinkan koreksi terhadap masalah penyimpangan seperempat hari," kata Dr James McCormac, peneliti di Jurusan Astrofisika Universitas Warwick, melansir Forbes.

"Namun, ini adalah koreksi yang berlebihan terhadap masalah tersebut. Karena satu tahun matahari tidak persis 365,25 hari. Pada kenyataannya, satu tahun matahari adalah lebih sedikit yaitu 365,2422 hari. Selisih yang amat sedikit ini nyatanya membuat perhitungan Kalender Julian dengan orbit satu tahun bumi terhadap matahari jadi berbeda," sambung dia.

Adanya selisih 0.0078 hari ini akhirnya membuat perhitungan Kalender Julian kembali dikoreksi. Penyederhanaan kalender Julian menciptakan penyimpangan 13 hari yang terakumulasi pada akhir tahun 1500-an. Hal ini menyebabkan Paus Gregorius XIII, Pontifex Maximus dari gereja Katolik, membuat kalender Gregorian pada tahun 1582.

Selain memasukkan hari kabisat setiap empat tahun, kalender Gregorian juga melewatkan tiga hari kabisat setiap empat abad.

Jadi sekarang, jika suatu tahun bisa habis dibagi empat, itu adalah tahun kabisat. Kecuali tahun tersebut juga habis dibagi 100 dan tidak habis dibagi 400.

Dengan begitu, tahun 2100 tidak menjadi tahun kabisat, menurut Smithsonian. Hal yang sama seperti yang terjadi pada tahun 1700, 1800, dan 1900, tetapi tidak terjadi pada tahun 2000.

Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya