BMKG: Sebanyak 713 Petir Menyambar Bali Saat Cuaca Buruk 7-13 Februari 2025

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan sebanyak 713 petir menyambar Bali saat cuaca buruk.

oleh Devira Prastiwi Diperbarui 16 Feb 2025, 20:00 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2025, 20:00 WIB
Petir
Petir credit by unsplash.com... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan sebanyak 713 petir menyambar Bali saat cuaca buruk terjadi dalam periode pengamatan selama satu minggu yakni 7-13 Februari 2025.

"Sambaran petir paling banyak dari awan ke tanah," ujar Kepala Stasiun Geofisika BMKG Rully Oktavia Hermawan di Denpasar, Bali, melansir Antara, Minggu (16/2/2025).

Dia menjelaskan, ada pun selama periode tersebut masuk musim hujan, salah satunya juga diwarnai bibit siklon tropis 96S yang kemudian berubah menjadi Siklon Tropis Zelia terpantau di wilayah barat Australia dan memberi pengaruh cuaca buruk di beberapa wilayah di Indonesia termasuk Bali.

"Sebanyak 713 sambaran petir yang terjadi di Pulau Dewata itu terdiri atas petir dari awan ke tanah (cloud to ground/CG) sebanyak 534 petir dan sambaran petir di dalam awan (intracloud/IC) sebanyak 179 petir," papar Rully.

BMKG mengungkapkan, lanjut dia, petir dari awan ke tanah merupakan jenis petir yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan bangunan, kebakaran hingga kematian.

"Dari sebanyak 534 petir CG itu, petir dari awan ke tanah positif (CG+) atau petir dengan muatan positif dengan ciri sambaran tunggal sebanyak 301 dan petir dari awan ke tanah negatif (CG-) atau petir dengan muatan negatif dengan ciri sambaran bercabang banyak mencapai 233 petir," terang Rully.

Dia merinci, dominan kejadian petir itu terjadi di Kabupaten Tabanan mencapai 259 petir kemudian di Kabupaten Buleleng sebanyak 133 petir. Kabupaten lainnya di Bali, kata Rully, jumlah petir masih di bawah 54 kali kejadian.

 

Potensi Pembentukan Awan Konvektif

ilustrasi petir putih
ilustrasi petir putih... Selengkapnya

Rully menjelaskan, berdasarkan analisis temporal Stasiun Geofisika Denpasar, banyaknya petir yang terjadi di Kabupaten Tabanan mengindikasikan tingginya potensi pembentukan awan konvektif atau awan hujan di wilayah itu.

"Ada pun awan cumulonimbus (CB) merupakan awan yang paling sering menghasilkan sambaran petir," ucap dia.

Menurut BMKG, lanjut Rully, meski banyak terjadi sambaran petir, namun ditinjau dari segi kerapatan wilayah, aktivitas petir itu termasuk kategori rendah yakni kurang dari delapan sambaran petir per kilometer persegi.

"Sementara itu, BMKG mendata selama Desember 2024 terjadi 558.347 kali sambaran petir di Bali dan pada Januari 2025 sebanyak 478.845 kali sambaran petir di Pulau Dewata," kata dia.

Selama Januari 2025, menurut Rully, petir dari awan ke tanah juga mendominasi yakni 59 persen dan sisanya petir dalam awan sebanyak 41 persen.

"Ada pun dari sisi kerapatan sambaran petir pada Januari 2025, kategori tinggi terjadi di beberapa daerah di Buleleng, Tabanan, Jembrana, Badung dan Kota Denpasar. Ada pun kerapatan kategori tinggi itu mencapai di atas 16 petir per kilometer persegi," pungkas Rully.

 

Alat Sensor Gempa di Sidrap Dicuri Lagi, BMKG: Ini Sangat Membahayakan Masyarakat Setempat

Alat Sensor Gempa 'Otok-Otok' Asal Bantul
Giyanto mempraktikkan membuat 'Otok-Otok'. (Liputan6.com/Yanuar H)... Selengkapnya

Sebelumnya, kasus pencurian dan perusakan peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami kembali terjadi. Insiden terbaru terjadi di Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan pada 12 Februari 2025.

Pelaku mencuri enam unit aki untuk menghidupkan sensor seismograf dan dua panel surya dari stasiun SPSI (Sidrap-Indonesia), menyebabkan lumpuhnya sistem deteksi gempa di wilayah tersebut.

"Ini merupakan kasus ke-4 kalinya pencurian dan perusakan peralatan BMKG terjadi di lokasi yang sama," ujar Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, Sabtu 15 Februari 2025.

Ia mengungkapkan, pada kejadian ini, pencuri bahkan membongkar bangunan shelter, masuk ke dalamnya, dan mengambil seluruh baterai (aki) yang berfungsi sebagai sumber daya utama bagi stasiun monitoring gempa.

Akibatnya, BMKG terpaksa mencabut seluruh peralatan yang tersisa, termasuk sensor, digitizer, dan peralatan komunikasi, untuk menghindari kerugian lebih besar.

Dia menegaskan, pencurian peralatan BMKG ini sangat merugikan keselamatan masyarakat. Karena tanpa sensor gempa yang berfungsi, kecepatan dan akurasi BMKG dalam memberikan informasi gempa dan peringatan dini tsunami di Sulawesi Selatan akan menurun.

"Perlu diingat, bahwa wilayah Sulawesi Selatan juga pernah terdampak tsunami dari Teluk Mandar yang dipicu gempa Mw6,3 pada 11 April 1967, menyebabkan 58 orang meninggal dunia," kata Daryono.

 

Pernah Gempa Hebat

BMKG
Shelter yang menjadi tempat peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami dibobol pencuri di Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, pada 12 Februari 2025 sekitar pukul 23.00 WITA. (Dok. BMKG).... Selengkapnya

Daryono juga mengungkapkan, wilayah ini secara tektonik merupakan daerah rawan gempa karena berada di jalur patahan aktif Sesar Walanae. Berdasarkan laporan Pusat Gempa Nasional (Pusgen, 2017), Sesar Walanae di Sulawesi Selatan bukanlah sesar mikro, melainkan sesar regional yang dapat memicu gempa hingga magnitudo Mw7,1.

"Menurut peta seismisitas/kegempaan, kawasan Teluk Mandar, Pinrang, Rappang, dan Pare Pare memiliki tingkat aktivitas kegempaan yang sangat tinggi akibat aktivitas Sesar Walanae. Selain gempa bumi, wilayah ini juga berpotensi mengalami dampak ikutan gempa yaitu longsor (landslide), runtuhan batu (rockfall), dan likuifaksi," jelas Daryono.

Sebagai catatan, Ia mengingatkan, wilayah ini pernah diguncang gempa dahsyat berkekuatan Mw6,0 pada 29 September 1997, yang mengakibatkan 16 orang meninggal dunia, 35 orang luka berat, 50 rumah rusak berat, dan lebih dari 200 rumah rusak ringan," ujar dia.

"Kami memohon dengan sangat kepada masyarakat untuk tidak melakukan vandalisme, perusakan, atau pencurian peralatan BMKG. Jika belum bisa aktif terlibat dalam mitigasi bencana dan pengurangan risiko bencana, setidaknya jangan merusak alat yang bertujuan melindungi keselamatan banyak orang di Sulawesi Selatan," imbaunya.

BMKG juga meminta pemerintah daerah untuk ikut berperan dalam mengamankan peralatan BMKG yang telah dipasang di lokasi strategis demi kepentingan masyarakat Sulawesi Selatan. Dalam situasi dan kondisi saat ini, tidak mudah untuk segera mengganti peralatan yang hilang atau rusak, karena peralatan tersebut menggunakan teknologi canggih dengan biaya yang sangat tinggi.

"Oleh karena itu, kami berharap pengertian dan perhatian dari semua pihak untuk menjaga keberlangsungan sistem peringatan dini bencana di Sulawesi Selatan khususnya dan di seluruh wilayah Indonesia pada umumnya," dia menandaskan.

Infografis Journal Minimnya Kewaspadaan Terhadap Bencana Gempa Bumi di Indonesia
Minimnya Kewaspadaan Terhadap Bencana Gempa Bumi di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya