Riset: Pelaku UMKM Butuh Pelatihan Digital untuk Tingkatkan Penjualan

INDEF menyebut, ekonomi digital, terutama plaorm e-Commerce telah membuka ruang sebesar-besarnya bagi pelaku UMKM

oleh Tim News diperbarui 22 Agu 2024, 21:22 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2024, 18:17 WIB
UMKM Diajak Manfaatkan Fasilitas GSP Ekspor Produk ke AS
Pekerja membuat mebel di kawasan Tangerang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Liputan6.com, Jakarta - Riset dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), lembaga penelitian yang fokus pada bidang ekonomi dan keuangan mengungkapkan temuannya soal multiplier effect (efek pengganda) ekonomi digital di Indonesia. 

INDEF menyebut, ekonomi digital, terutama platform e-Commerce telah membuka ruang sebesar-besarnya bagi pelaku UMKM. Ada yang memulai menjadi wirausaha baru, bahkan sampai ada yang mengembangkan usahanya tumbuh lebih besar lagi. 

“Secara keseluruhan, pengaruh digitalisasi untuk pelaku UMKM yang beralih dari usaha oine ke bisnis online (UMKM kategori Oine-Online) memiliki pengaruh yang positif. Pengaruh positif ini ditandai oleh semakin bertambahnya jumlah tenaga kerja dan jumlah omzet rata-rata tahunan,” kata peneliti di Center of Digital Economy and SMEs INDEF, Izzudin Farras, belum lama ini dalam laporannya bertajuk ‘Peran Platform Digital terhadap Pengembangan UMKM di Indonesia’, Kamis (22/8/2024). 

Hasil riset lembaga itu menggambarkan; sebanyak 24,2 persen pelaku UMKM kategori mengalami penambahan jumlah tenaga kerja setelah berjalan dari offline ke online. Jika dikerucutkan lagi, dari jumlah 24 persen tersebut, 71,43 persen penjual mengaku menambah tenaga kerjanya sebanyak dua orang. 

Sementara ketika ditanyakan mengenai ketika kenaikan omzet, sebanyak 88,37 persen responden atau pelaku usaha mengalami perubahan signikan. 

Tak heran, jika ada proyeksi yang menilai bahwa ekonomi digital Indonesia akan terus meningkat hingga mencapai US$109 miliar pada 2025, seperti dipublikasikan eConomy SEA 2023 

“(Jika dikerucutkan lagi) Sebanyak 66,28 persen diantaranya mengalami kenaikan omzet rata-rata tahunan hingga 50 persen setelah menggunakan platform online untuk usahanya,” sambung Izzudin yang merupakan penerima program beasiswa LPDP di University College London (UCL), Inggris, ini. 

Hasil riset INDEF juga menemukan bahwa 50 persen dari total responden yang merupakan pelaku UMKM, memilih platform Shopee sebagai media utama untuk berjualan online dalam 

satu tahun terakhir. Shopee sebagai aplikasi digital yang paling banyak digunakan oleh para pelaku usaha mikro kecil dan menengah. 

Lebih jauh para pelaku usaha menyebut, penggunaan e-commerce lebih praktis serta membantu mereka mendapatkan exposure dan jangkauan pasar yang lebih luas. Hal ini memungkinkan proses pertumbuhan bisnis berjalan lebih cepat. 

Namun yang menjadi catatan INDEF bagi seluruh pemain eCommerce, meskipun terjadi pertumbuhan, keterampilan digital tetap menjadi tantangan bagi para pelaku UMKM. 

“Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pelaku UMKM untuk menghadapi persaingan bisnis adalah dengan mengikuti program edukasi atau pelatihan UMKM yang diadakan oleh berbagai plaorm e-commerce,” ujarnya. 

Keterampilan digital tak semata-mata menjadi ‘PR’ pemerintah saja. Pemain e-commerce pun turut terlibat aktif membantu pelaku UMKM mengoptimalkan penggunaan plaorm digital. Pemerintah pun dalam berbagai kesempatan menggandeng pemain e-commerce memberi pelatihan. 

Ada sederet program pelatihan yang diinisiasi perusahaan e-commerce–salah satunya Shopee–yang bertujuan mengasah kemahiran UMKM membangun bisnis secara digital. 

 

Pelatihan Jadi Pondasi Penting

Riset yang sama menunjukan, bahwa program pelatihan UMKM yang diadakan oleh Shopee menjadi program yang paling banyak diketahui oleh UMKM. Beberapa program pelatihan yang dijalankan Shopee, antara lain Kampus UMKM Shopee dan Program Ekspor Shopee. Program ini menyediakan kurikulum bagi pelaku UMKM untuk dapat bersaing di ekosistem ekonomi digital sekaligus naik kelas, bahkan mampu menjangkau pasar global melalui program ekspor. 

Efektivitas program pelatihan keterampilan dari perusahaan e-commerce diamini Pelaku UMKM, Ahmad Rifqi. Dia mengungkapkan pelatihan tersebut menjadi fondasi penting dalam keberhasilannya membangun toko online bernama ‘Flower City’. 

Program Kampus UMKM Ekspor Shopee dirasa Ahmad sangat membantunya belajar berbisnis online secara otodidak. Pria yang sebelumnya bekerja sebagai pengemudi angkutan kota ini bersyukur bisa merintis karir sebagai pengusaha muda. Menurut dia, Kampus UMKM Shopee berhasil membuatnya fasih dan mahir dalam memanfaatkan tur-tur Shopee untuk meningkatkan penjualan. 

“Mulai dari cara buat nama produk yang menarik, foto produk sampai cara memanfaatkan promo-promo pas tanggal kembar dan ash sale. Itu semua diajarkan di Kampus UMKM Shopee dan saya terapkan,” tutur Ahmad. 

Selain Kampus UMKM Shopee, media pembelajaran Shopee lainnya seperti Shopee Ekspor juga dimanfaatkan dengan baik oleh pemilik Dinova Store, Sri Wigatiningsih. Merintis usaha dari Dusun Panggung Ploso, Tulungagung, Jawa Timur, Sri sukses membuat aksesori perempuan hingga menembus pasar ekspor ke Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Filipina. 

Cerita sukses para pelaku UMKM di atas menjadi gambaran kehadiran e-commerce seperti Shopee tidak hanya menyediakan plaorm berjualan dan belanja online. Lebih jauh, Shopee menjalankan peran sebagai katalis dalam pertumbuhan ekonomi digital lewat ekosistem bisnis lokal yang kuat dan berkelanjutan di seluruh Indonesia. 

Infografis Pasar Tanah Abang dan Produk UMKM Tergerus Lapak Online. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Pasar Tanah Abang dan Produk UMKM Tergerus Lapak Online. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya