Liputan6.com, Jakarta - Cuaca di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) besok saat akhir pekan, Sabtu 14 September 2024, diprakirakan akan relatif stabil dengan pola yang cukup seragam di hampir seluruh kota.
Berdasarkan data yang dihimpun, beberapa wilayah akan mengalami cuaca cerah berawan pada pagi hari dan berawan tebal di malam hari.
Advertisement
Baca Juga
Seperti itulah prakiraan cuaca besok berdasarkan laporan cuaca yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Advertisement
Di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Kepulauan Seribu, Bekasi, Depok, dan Kota Bogor, cuaca pagi hari diprediksi cerah berawan.
Sementara itu, Jakarta Barat dan Tangerang akan menghadapi kondisi berawan lebih tebal sejak pagi.
Saat memasuki siang hari, cuaca di seluruh wilayah Jabodetabek diprediksi berubah menjadi berawan.
Namun, pada malam hari, seluruh wilayah di Jabodetabek, termasuk Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Kepulauan Seribu, serta Bekasi, Depok, dan Kota Bogor, Jawa Barat akan mengalami cuaca berawan tebal.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Jakarta Barat | Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Pusat | Cerah Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Selatan | Cerah Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Timur | Cerah Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Utara | Cerah Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Kepulauan Seribu | Cerah Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Bekasi | Cerah Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Depok | Cerah Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Kota Bogor | Cerah Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Tangerang | Berawan Tebal | Cerah Berawan | Berawan |
Waspadai Risiko Gempa Megathrust, BMKG Teliti Sesar Aktif di Gorontalo
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tengah mengadakan kajian mendalam terhadap sesar aktif di Gorontalo.
Langkah ini diambil guna meminimalisir risiko gempa di wilayah tersebut. Proyek kajian ini melibatkan berbagai lembaga terkait, termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Geologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Institut Teknologi Bandung (ITB), serta beberapa institusi akademis lainnya.
Sesar merupakan patahan pada lapisan bumi yang dapat menyebabkan gempa jika terjadi pergerakan. Oleh karena itu, penelitian terhadap keaktifan zona sesar sangat penting untuk memperkuat upaya mitigasi bencana di Gorontalo dan sekitarnya.
Rahmat Triyono menjelaskan bahwa Gorontalo berada di zona tektonik aktif, yang membuat keberadaan sesar aktif di darat menjadi perhatian utama.
Meskipun tidak ada catatan sejarah yang menunjukkan gempa besar dari sesar di Gorontalo, potensi bencana tetap ada. Perbedaan pendapat mengenai keaktifan zona sesar ini mendorong perlunya kajian lebih mendalam menggunakan data seismisitas dari tahun 1960 hingga 2024, serta analisis geomorfologi dan penyelidikan lapangan.
Data BMKG mencatat, adanya aktivitas seismik di Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Bone Bolango, yang mengindikasikan keberadaan sesar aktif di wilayah ini.Gempa besar pada 17 November 2008 dengan magnitudo 7,7 menjadi salah satu bukti bahwa zona sesar tersebut memiliki potensi gempa yang signifikan.
Sebagai upaya mitigasi, BMKG bersama institusi terkait akan melakukan pemetaan komprehensif terhadap sesar Gorontalo. Pemetaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi posisi, geometri, dan zona sesar dari tingkat kabupaten hingga desa. Hal ini penting untuk memahami potensi bahaya gempa dan mengurangi risiko bencana bagi masyarakat setempat.
Kajian ini menggunakan berbagai metode investigasi, termasuk geologi, geofisika, dan penginderaan jauh. Survei lapangan akan dilakukan dalam beberapa tahap, dimulai dari survei pendahuluan, akuisisi data lidar, hingga analisis geologi permukaan dan geofisika. Penelitian ini akan berlangsung dari September hingga Desember 2024, mencakup wilayah Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Bone Bolango.
Selain memetakan sesar di laut, BMKG juga akan fokus pada sesar di darat yang melewati beberapa kabupaten di Gorontalo. "Kami akan memetakan secara detail patahan yang melewati desa atau kecamatan, dan berkolaborasi dengan tim ahli," kata Rahmat.
Terkait isu Gempa Megathrust, BMKG menjelaskan bahwa meskipun magnitudo gempa dari sesar darat biasanya lebih kecil dibandingkan gempa dari laut, ancaman tetap harus diwaspadai. BMKG mencatat banyaknya gempa kecil di Gorontalo dan Sulawesi Utara yang menjadi data pendukung untuk kajian lebih lanjut. Penjabat Gubernur Gorontalo, Rudy Salahuddin, menekankan pentingnya penelitian ini untuk mengantisipasi risiko bencana di wilayah tersebut. Ia berharap hasil penelitian ini dapat disampaikan kepada masyarakat setelah riset selesai pada bulan Desember.
Proyek kajian sesar aktif di Gorontalo ini didanai sepenuhnya oleh World Bank melalui program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP).
Advertisement
BMKG Ingatkan Warga Waspadai Gelombang Tinggi di Perairan Sulut
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan warga agar mewaspadai tinggi gelombang 2,5 meter di beberapa wilayah perairan di Sulut.
"BMKG mengeluarkan peringatan dini tinggi gelombang hingga 13 September 2024," kata Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim Bitung, Ricky D Aror.
Dia menjelaskan, pada umumnya angin bertiup dari arah selatan ke barat dengan kecepatan 6 - 25 knot. Kecepatan angin tertinggi, kata dia, terpantau dari Laut Maluku hingga perairan Kabupaten Kepulauan Sitaro.
“Tingginya kecepatan dan lamanya durasi tiupan angin dapat menyebabkan peningkatan tinggi gelombang di wilayah tersebut dan sekitarnya,” ujarnya.
Dia mengatakan, tinggi gelombang antara 1,25 - 2,5 meter (sedang) berpeluang terjadi di perairan tenggara Kabupaten Kepulauan Sangihe dan perairan Kabupaten Kepulauan Talaud.
Selanjutnya, di wilayah perairan timur Kabupaten Kepulauan Sitaro, perairan Bitung – Likupang, perairan selatan Sulut, serta Laut Maluku.
“Kami berharap, warga mewaspadai risiko tinggi gelombang terhadap keselamatan pelayaran, misalkan perahu nelayan memperhatikan kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter,” tuturnya.
Untuk kapal tongkang, kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter.
Kapal Feri, kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter, serta kapal ukuran besar seperti kapal kargo/kapal pesiar memperhatikan kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4,0 meter.
"Masyarakat dan kapal-kapal yang melakukan aktivitas di daerah area peringatan dini diharapkan mempertimbangkan kondisi tersebut," ujarnya.