3 Mantan Petinggi BUMN Jadi Tersangka, Ditahan Terkait Dugaan Korupsi Proyek LRT Sumsel

Ketiga tersangka adalah T selaku Kepala Divisi II PT Waskita Karya Tbk, IJH selaku Kepala Divisi Gedung II PT Waskita Karya Tbk, dan SAP selaku Kepala Divisi Gedung III PT Waskita Karya Tbk.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 20 Sep 2024, 20:36 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2024, 19:13 WIB
Kejati Sumsel resmi menetapkan tiga pejabat tinggi PT Waskita Karya sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi kegiatan/pekerjaan pembangunan prasarana LRT di Provinsi Sumatera Selatan (Istimewa)
Kejati Sumsel resmi menetapkan tiga pejabat tinggi PT Waskita Karya sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi kegiatan/pekerjaan pembangunan prasarana LRT di Provinsi Sumatera Selatan (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan (Kejati Sumsel) resmi menetapkan tiga pejabat tinggi kontraktor BUMN sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi kegiatan/pekerjaan pembangunan prasaran LRT Sumsel pada Satker Pengembangan, Peningkatan dan Perawatan Prasarana Perkeretaapian Kementerian Perhubungan RI tahun 2016-2020, dengan estimasi kerugian negara Rp1,3 trilliun.

“Tim Penyidik telah mengumpulkan alat bukti dan barang bukti sehingga berdasarkan bukti permulaan yang cukup sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, pada hari ini dilakukan penetapan tiga orang sebagai tersangka,” tutur Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejati Sumsel, Vanny Yulia Eka Sari dalam keterangannya, Jumat (20/9/2024).

Ketiga tersangka adalah T selaku Kepala Divisi II, IJH selaku Kepala Divisi Gedung II PT, dan SAP selaku Kepala Divisi Gedung III.

“Untuk tersangka selanjutnya dilakukan tindakan penahanan selama 20 hari ke depan di Rutan Klas I Palembang dari tanggal 19 September 2024 sampai dengan 8 Oktober 2024,” jelas dia.

Vanny mengulas modus operandi ketiganya, bahwa dalam tahap perencanaan ditemukan fakta hukum penggelembungan dana atau markup terhadap kontrak pekerjaan perencanaan tersebut.

Selain itu, ditemukan adanya aliran dana baik berupa suap atau gratifikasi ke beberapa pihak sejumlah Rp25,6 miliar, dan dari situ penyidik melakukan penyitaan sebesar Rp 2.088.000.000, yang merupakan sisa aliran uang yang belum terdistribusi ke beberapa pihak tersebut.

“Penyidikan perkara tersebut tidak menutup kemungkinan dapat berkembang, karena pada saat ini baru ditemukan fakta ditahap pekerjaan perencanaan teknis pembangunan prasarana LRT,” Vanny menandaskan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pasal

Perbuatan para tersangka telah melanggar Primair Pasal 2 Ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 Tentang perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHPidana.

Subsidair Pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 Tentang perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHPidana.

Atau Pasal 11 Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 Tentang perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Infografis bulu tangkis
Infografis bulu tangkis. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya