Liputan6.com, Jakarta - Pengadilan Militer II-08 Jakarta menggelar sidang terkait tewasnya bos rental IAR (48) di KM45 Tol Tangerang-Merak. Agenda sidang hari ini adalah pemeriksaan sejumlah saksi, baik dari masyarakat maupun kepolisian.
Tiga tersangka dalam kasus ini merupakan anggota TNI AL, yakni Kelasi Kepala Bambang Apri Atmojo, Sertu Akbar Adli, dan Sertu Rafsin Hermawan.
Advertisement
Dalam sidang yang menghadirkan saksi dari Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal, Baety Adhayati, terungkap bahwa penyebab kematian korban adalah luka tembak.
Advertisement
“Secara keilmuan apabila dari hasil pemeriksaan cukup untuk disimpulkan, maka bisa ditentukan sebab kematiannya dan terutama adalah melalui autopsi,” kata Baety, Jakarta, Senin (24/2/2025).
Pihak Jaksa Penuntut Umum (JPU) atau Oditur lalu mendalami penyebab kematian korban. Kemudian, Baety menyebut, korban menghembuskan nafas terakhirnya karena peluru tajam yang menembus jantung dan hati.
“Apa saudara saksi masih ingat penyebab kematian dari saudara Ilyas?,” tanya Oditur.
“Dapat saya jelaskan bahwa sebab kematian dari korban atas nama Ilyas itu adalah akibat luka tambak masuk dari daerah dada, menembus jantung, kemudian menembus hati dan menimbulkan pendarahan,” jawab Baety.
Terdapat 2 Anak Peluru
Lebih dalam, JPU bertanya kembali soal berapa banyak peluru yang tembus dari tubuh korban. Baety memastikan, terdapat dua anak peluru.
“Berapa proyektil yang ditemukan di tubuh korban?,” tanya Oditur lagi.
“Dari luka tembak masuk yang ditemukan di tubuh korban, itu ditemukan anak peluru bersarang di punggung dengan ukuran diameter 9 milimeter,” jawab Baety lagi.
“Kemudian di dada lengan bawah kiri itu berupa serpihan, tidak utuh jadi tidak bisa ditentukan diameternya,” pungkasnya.
Advertisement
Korban Masih Bernafas saat Tiba di IGD
Selanjutnya, Baety mengungkapkan bahwa saat tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit, korban masih hidup dan bernapas, meski dalam kondisi kritis.
“Pada saat datang (di IGD), (korban) masih hidup namun kondisinya kritis,” kata Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal, Baety Adhayati, dalam persidangan di Jakarta, Senin (24/2/2025).
Ia menjelaskan bahwa dokter jaga IGD sempat melakukan upaya resusitasi sebanyak lima siklus, dengan korban menunjukkan respons pada siklus pertama.
“Sehingga, saat itu dokter jaga IGD melakukan resusitasi jantung paru sebanyak lima siklus resusitasi,” ungkapnya.
“Dalam siklus pertama sempat ada respon, setelah itu tidak ada respon sampai kemudian dinyatakan meninggal,” sambungnya.
Reporter: Nur Habibie
Sumber: Merdeka.com
