Paskah 2025: Hari Raya Kebangkitan Yesus Kristus Jatuh pada 20 April 2025

Paskah 2025 jatuh pada 20 April, menjadi hari libur nasional di Indonesia. Rayakan kebangkitan Yesus Kristus dengan berbagai tradisi unik di seluruh Indonesia.

oleh Nila Chrisna Yulika Diperbarui 05 Mar 2025, 12:32 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2025, 12:32 WIB
tujuan perayaan paskah
tujuan perayaan paskah ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Tahun ini, umat Kristiani di Indonesia akan merayakan Paskah pada hari Minggu, 20 April 2025. Tanggal ini telah ditetapkan sebagai hari libur nasional, memberikan kesempatan bagi seluruh umat untuk memperingati kebangkitan Yesus Kristus setelah wafat di kayu salib. Perayaan Paskah bukan hanya sekedar satu hari, melainkan puncak dari rangkaian ibadah yang dimulai sejak Masa Prapaskah.

Perayaan Paskah 2025 diawali dengan Rabu Abu pada 5 Maret 2025, menandai dimulainya Masa Prapaskah, periode 40 hari pertobatan dan refleksi spiritual bagi umat Kristiani. Selama masa ini, banyak yang melakukan puasa dan pantang sebagai bentuk pengorbanan dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Puncak perayaan Paskah akan jatuh pada Minggu, 20 April 2025, yang merupakan hari libur nasional. Momentum ini menjadi waktu istimewa bagi keluarga dan komunitas untuk berkumpul, bersyukur, dan merayakan kebangkitan Yesus Kristus. Rangkaian acara keagamaan akan mewarnai hari-hari menjelang Minggu Paskah, termasuk Minggu Palma (13 April), Kamis Putih (17 April), Jumat Agung (18 April), dan Sabtu Suci (19 April).

Promosi 1

Makna Setiap Perayaan Paskah

Rabu Abu (5 Maret 2025)

Rabu Abu menandai dimulainya Masa Prapaskah, periode 40 hari yang digunakan untuk berpuasa, berpantang, dan memperdalam iman. Dalam ibadah Rabu Abu, umat menerima tanda salib dari abu di dahi sebagai simbol pertobatan dan kefanaan manusia.

Minggu Palma (13 April 2025)

Minggu Palma menandai awal Pekan Suci, memperingati saat Yesus memasuki Yerusalem dengan dielu-elukan oleh rakyat yang mengibarkan daun palma. Perayaan ini melambangkan Yesus sebagai Raja Damai.

Kamis Putih (17 April 2025)

Pada hari ini, Yesus mengadakan Perjamuan Terakhir bersama murid-murid-Nya, menetapkan Sakramen Ekaristi, dan membasuh kaki para murid sebagai simbol kasih dan pelayanan.

Jumat Agung (18 April 2025)

Jumat Agung adalah hari pengorbanan dan kesedihan, memperingati penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Umat Kristiani menjalani ibadah yang penuh keheningan dan refleksi spiritual.

Malam Paskah (19 April 2025)

Pada malam ini, gereja-gereja menggelar Vigili Paskah, dimulai dengan Upacara Cahaya di mana Lilin Paskah dinyalakan sebagai simbol kebangkitan Kristus yang mengalahkan kegelapan dosa.

Hari Raya Paskah (20 April 2025)

Paskah menjadi puncak dari seluruh perayaan, merayakan kebangkitan Yesus sebagai kemenangan atas dosa dan kematian. Ibadah pada hari ini penuh dengan sukacita, ditandai dengan nyanyian Alleluia yang melambangkan harapan baru bagi umat manusia.

Sejarah Paskah: Asal Usul dan Perkembangan

Untuk memahami sepenuhnya makna dan tujuan perayaan Paskah, kita perlu menyelami sejarahnya yang kaya dan kompleks. Akar Paskah dapat ditelusuri kembali ke tradisi Yahudi kuno, khususnya perayaan Pesach atau Paskah Yahudi. Pesach memperingati pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, sebagaimana diceritakan dalam kitab Keluaran.

Dalam konteks Kristen, Paskah mengambil makna baru dengan peristiwa penyaliban dan kebangkitan Yesus Kristus. Menurut Injil, Yesus disalibkan pada hari Jumat (yang kemudian dikenal sebagai Jumat Agung) dan bangkit pada hari Minggu (Minggu Paskah). Peristiwa ini terjadi selama perayaan Pesach Yahudi, menciptakan hubungan yang erat antara kedua tradisi tersebut.

Pada awal kekristenan, perayaan Paskah menjadi momen penting bagi komunitas Kristen yang sedang berkembang. Ini bukan hanya peringatan akan kebangkitan Kristus, tetapi juga saat untuk pembaptisan baru dan pembaruan iman bagi seluruh jemaat. Seiring waktu, tradisi dan ritual khusus mulai berkembang di sekitar perayaan ini.

Salah satu perdebatan awal dalam sejarah Gereja adalah mengenai tanggal perayaan Paskah. Beberapa gereja mengikuti kalender Yahudi, sementara yang lain menetapkan tanggal berdasarkan kalender matahari. Kontroversi ini akhirnya diselesaikan pada Konsili Nicea tahun 325 M, yang menetapkan bahwa Paskah akan dirayakan pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama setelah ekuinoks musim semi di belahan bumi utara.

Seiring dengan penyebaran kekristenan ke berbagai belahan dunia, Paskah mulai mengadopsi elemen-elemen budaya lokal. Di Eropa, misalnya, beberapa simbol dan tradisi pra-Kristen terkait dengan perayaan musim semi diintegrasikan ke dalam perayaan Paskah. Inilah asal-usul beberapa tradisi modern seperti telur Paskah dan kelinci Paskah.

Pada Abad Pertengahan, Paskah menjadi perayaan yang sangat penting dalam kalender Gereja. Minggu Suci, yang memuncak pada Paskah, ditandai dengan ritual dan upacara yang rumit. Ini juga menjadi waktu untuk pertunjukan drama suci yang menggambarkan kisah penyaliban dan kebangkitan.

Era Reformasi Protestan membawa perubahan dalam cara Paskah dirayakan di beberapa bagian Eropa. Beberapa reformator mengkritik apa yang mereka anggap sebagai praktik yang terlalu rumit atau tidak alkitabiah. Namun, pentingnya Paskah sebagai perayaan inti dari iman Kristen tetap tidak tergoyahkan.

Di era modern, globalisasi dan sekularisasi telah membawa tantangan dan perubahan baru dalam perayaan Paskah. Di banyak negara Barat, aspek komersial Paskah telah menjadi lebih menonjol, sementara di tempat lain, tradisi religius tetap kuat. Namun, di tengah semua perubahan ini, esensi spiritual Paskah - perayaan kebangkitan dan harapan - tetap menjadi inti dari perayaan ini bagi umat Kristen di seluruh dunia.

Memahami sejarah Paskah membantu kita menghargai kedalaman dan kompleksitas perayaan ini. Ini bukan hanya tentang mempertahankan tradisi, tetapi juga tentang menghubungkan diri dengan narasi yang telah membentuk iman dan budaya selama berabad-abad. Sejarah Paskah adalah kisah tentang bagaimana sebuah peristiwa yang terjadi di Yerusalem kuno telah mempengaruhi kehidupan jutaan orang di seluruh dunia, melampaui batas-batas waktu, budaya, dan geografi.

Infografis Ratu Elizabeth II, Penguasa Terlama di Kerajaan Inggris. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ratu Elizabeth II, Penguasa Terlama di Kerajaan Inggris. (Liputan6.com/Trieyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya