Tinjau Korban Banjir di PGP Jatiasih, Menteri Ara Tampung Sejumlah Keluhan

Menteri PKP mengunjungi lokasi pengungsian korban banjir di PGP Jatiasih, menampung keluhan warga dan menjanjikan bantuan logistik serta solusi jangka panjang.

oleh Bam Sinulingga Diperbarui 06 Mar 2025, 09:17 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2025, 09:17 WIB
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait meninjau lokasi pengungsian warga korban banjir di Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait meninjau lokasi pengungsian warga korban banjir di Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat. (Bam Sinulingga).... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait meninjau lokasi pengungsian warga korban banjir di Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Menteri Ara, sapaan akrabnya, tiba di gudang logistik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dengan membawa bantuan seperti makanan, pakaian, kebutuhan bayi, minyak kayu putih hingga madu untuk para pengungsi.

Dalam kunjungannya, Ara menampung berbagai keluhan warga yang berada di posko pengungsian, terutama terkait kebutuhan logistik yang mendesak, di antaranya makanan dan peralatan kebersihan.

Warga saat ini masih kesulitan membersihkan rumah mereka lantaran alat-alat kebersihan yang seluruhnya tersapu banjir. Tak ketinggalan pakaian dalam juga menjadi salah satu kebutuhan yang disampaikan para pengungsi, yang sudah berada di posko selama dua hari.

"Saya menemukan beberapa fakta, bahwa yang dibutuhkan masyarakat sekarang pasti yang cepat itu bantuan makanan, minuman dan obat-obatan, madu, pampers, banyak yang perlu. Kemudian tadi yang juga kepakai banyak itu, madu, minyak telon buat bayi dan juga minyak kayu putih. Itu kebutuhan real lah karena malam-malam di sini kan cukup dingin," ujar Ara, Rabu (5/3/2025).

Ia menuturkan permasalahan lumpur dan puing sisa banjir juga menjadi salah satu fokus penanganan pemerintah daerah bersama pihak-pihak terkait. Terlebih dengan kondisi listrik yang masih mati di sebagian wilayah, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pembersihan.

"Tadi saya juga koordinasi untuk disediakan alat berat dan truk sampah. Karena beberapa tempat itu listrik dan airnya sudah ada yang nyala dan ada yang belum. Karena takut juga korslet, jadi kita juga mesti hati-hati. Sesudah ini kita berharap tidak ada banjir susulan," ucap Ara.

Menurutnya, solusi untuk masalah banjir yang sudah menahun ini memerlukan koordinasi dari seluruh stakeholder. Harus ada penanganan utuh dan menyeluruh dari hulu ke hilir, sehingga problem banjir bisa dituntaskan.

"Tadi saya sudah sampaikan, kalau boleh diundang semua pihak terkait, gubernur, wali kota, bupati, kemudian dipelajari karena kan masalah ini sudah berulang. Jadi penyelesaian secara sistem, secara utuh dari hulu ke hilir. Jadi kita jangan terus-terus menyelesaikan hilirnya, kan di hulu akar masalahnya, diselesaikan," jelasnya.

Selain itu, sambung Ara, ia meminta pemerintah daerah untuk mengupayakan relokasi dengan melakukan pendekatan humanis kepada warga terdampak. Hal ini juga dianggap sebagai salah satu penanganan yang baik, mengingat Perumahan PGP menjadi wilayah langganan banjir terparah setiap tahun.

"Kan memindahkan bukan hanya tempat tinggal, tetapi kehidupan, sekolahnya, pasarnya, tempat ibadahnya, pindah semua. Saya rasa masyarakat di sini, mungkin satu dua hari lagi, boleh Bapak Kepala BNPB bersama Bapak Wali Kota, ditanya baik-baik ya. Saya juga tadi sudah berbincang dengan Bapak Wali Kota, ada di Pasar Bintara tanahnya, punya kota, nanti kalau cocok itu bagaimana caranya kita bangunkan, supaya ada solusi," tandasnya.

Promosi 1

16 Ribu Jiwa Terdampak Banjir Besar Bekasi, Sejumlah Infrastruktur Rusak

Bekasi Lumpuh, Banjir Rendam Perkumiman hingga Perkantoran
Foto selebaran yang diambil dan dirilis pada Selasa 4 Maret 2025 oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini menunjukkan gedung-gedung yang terendam banjir di Bekasi, Jawa Barat. (Foto oleh Handout/Badan Nasional Penanggulangan Bencana/AFP)... Selengkapnya

Banjir besar menerjang Kota dan Kabupaten Bekasi pada Selasa, 4 Maret 2025, setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut sejak Senin malam. Bencana ini merupakan yang terparah dalam beberapa tahun terakhir, melampaui dampak banjir tahun 2016 dan 2020. Ketinggian air bervariasi, dari 20 sentimeter hingga 3 meter, merendam rumah warga, kantor pemerintahan, jalan utama, mal, dan rumah sakit. Akibatnya, aktivitas di Kota Bekasi lumpuh total, ribuan warga mengungsi, dan infrastruktur mengalami kerusakan signifikan. Banjir ini disebabkan oleh curah hujan ekstrem dan luapan air dari Kali Bekasi, diperparah oleh alih fungsi lahan dan kerusakan lingkungan di hulu sungai.

Sekitar 16.000 jiwa terdampak banjir, dengan 5.000 jiwa mengungsi. Kecamatan Jatiasih menjadi wilayah terparah, dengan perumahan seperti Pondok Gede Permai dan Kemang IFI mengalami dampak terburuk. Bahkan Mega Mall Bekasi masih terendam banjir di area parkirnya pada pagi hari tanggal 5 Maret 2025. Jembatan Kemang Pratama dilaporkan ambrol. Pemerintah Kota dan Kabupaten Bekasi telah menetapkan status tanggap darurat dan melakukan berbagai upaya penanggulangan, termasuk evakuasi warga, pendirian dapur umum dan pos kesehatan, serta penyaluran bantuan.

Wakil Presiden turut meninjau lokasi bencana untuk memastikan bantuan tepat sasaran dan respons cepat. Upaya pencegahan banjir di masa mendatang juga direncanakan, meliputi pembangunan polder air, sosialisasi pembuatan sumur resapan, dan pengerukan sedimentasi di jalur sungai. Peristiwa ini menjadi trending topic di media sosial, dengan banyak warganet yang saling menguatkan dan mengirimkan doa untuk warga Bekasi yang terdampak banjir. Berbagai spekulasi terkait penyebab banjir bermunculan, termasuk soal kurangnya koordinasi antar pemerintah daerah dan pengelolaan dana bencana.

Banjir Bekasi: Dampak dan Upaya Penanganan

Banjir Bekasi, Sejumlah Ruas Jalan Lumpuh
Akibatnya, sejumlah ruas jalan tersebut lumpuh dan arus lalu lintas harus dialihkan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Banjir yang melanda Bekasi mengakibatkan lumpuhnya aktivitas ekonomi dan sosial. Ribuan warga kehilangan tempat tinggal dan harta benda.

Kerusakan infrastruktur, terutama ambrolnya Jembatan Kemang Pratama, membutuhkan biaya perbaikan yang besar. Pemerintah telah mendirikan dapur umum dan pos kesehatan untuk membantu warga terdampak. Bantuan makanan, pakaian, dan obat-obatan telah disalurkan kepada para pengungsi.

Wakil Wali Kota Bekasi, Abdul Harris Bobihoe, menginstruksikan camat untuk menyiapkan dapur umum dan menerjunkan petugas BPBD dan kesehatan. Ia juga memastikan prasarana evakuasi telah disiagakan di titik-titik banjir.

Koordinasi dengan BPBD dan dinas terkait terus dilakukan untuk memastikan kelancaran penanganan banjir. Kementerian PU juga memberikan dukungan penuh dengan memobilisasi perahu karet untuk evakuasi warga.

Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, menyatakan bahwa kondisi banjir kali ini lebih parah dibandingkan banjir 2016 dan 2020. Delapan dari 12 kecamatan terdampak banjir. Jalan utama dan kantor pemerintahan pun terendam.

Berbagai pihak menilai bahwa penyebab utama banjir adalah curah hujan yang sangat tinggi dan intensitasnya yang berlangsung beberapa hari, ditambah dengan luapan air dari wilayah hulu Kali Bekasi.

Infografis Banjir Jabodetabek.
Infografis Banjir Jabodetabek. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya