Liputan6.com, Jakarta Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jakarta Raya (HIPMI Jaya), Riandy Haroen, menekankan pentingnya edukasi dan kesiapsiagaan terhadap ancaman gempa bumi di Daerah Khusus Jakarta (DKJ). Mengingat Indonesia berada di kawasan Cincin Api Pasifik yang rawan gempa, ia menilai penerapan teknologi tahan gempa harus menjadi prioritas dalam pembangunan infrastruktur nasional.
"Kita tidak bisa menunggu bencana terjadi baru kemudian bertindak. Indonesia harus belajar dari peristiwa gempa yang melanda Myanmar pada 28 Maret 2025, yang bahkan dirasakan hingga Bangkok, Thailand. Secara geografis, Indonesia dan Thailand memiliki kesamaan dalam potensi kegempaan,"Â ujar Riandy dalam keterangannya, Sabtu (29/3/2025).Â
Baca Juga
Oleh karena itu, Riandy mengatakan, pemerintah daerah dan dunia usaha harus bersinergi dalam menerapkan standar bangunan tahan gempa demi melindungi masyarakat.Â
Advertisement
Menurutnya, dunia usaha memiliki peran strategis dalam mendukung kebijakan pembangunan berbasis mitigasi bencana. Ia menilai penerapan teknologi konstruksi tahan gempa bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan juga kewajiban bagi pengembang properti dan pelaku industri konstruksi.
"Dengan teknologi yang tepat, risiko korban jiwa dan kerusakan akibat gempa dapat diminimalkan. Hal ini penting untuk menjaga stabilitas sosial dan ekonomi pascabencana," katanya.
Â
Dorong Regulasi Teknologi Tahan Gempa
Sebagai langkah konkret, HIPMI Jaya berencana menginisiasi dialog bersama pemerintah dan para pemangku kepentingan guna mendorong lahirnya regulasi yang mewajibkan penggunaan teknologi tahan gempa dalam setiap proyek pembangunan baru.
"Keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas utama. Ini saatnya Indonesia bertransformasi menuju model pembangunan yang lebih aman, tangguh, dan berkelanjutan," pungkas Riandy.
Advertisement
