Lebaran Ketupat 2025 Jatuh pada Senin, 7 April! Simak Makna, Tradisi, dan Sejarahnya

Lebaran Ketupat 2025 jatuh pada hari Senin, 7 April. Perayaan tahunan ini berlangsung seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 31 Maret 2025.

oleh Adyaksa Vidi Diperbarui 06 Apr 2025, 13:00 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2025, 13:00 WIB
Dekati Lebaran Idul Fitri, Pedagang Kulit Ketupat Mulai Menjamur di Kawasan Pesanggrahan
Hari Raya Idul Fitri di Indonesia sangat identik sekali dengan kehadiran beberapa makanan tertentu, di antaranya adalah ketupat yang sering menjadi teman untuk makan opor ayam dan kuahnya. (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Lebaran Ketupat 2025 jatuh pada hari Senin, 7 April. Perayaan tahunan ini berlangsung seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 31 Maret 2025. Tradisi unik yang terutama dirayakan di Jawa dan Lombok ini memiliki sejarah panjang dan makna filosofis yang dalam, terkait erat dengan Sunan Kalijaga dan akulturasi budaya Jawa dengan ajaran Islam.

Perayaan ini bukan hanya sekadar menikmati hidangan ketupat, tetapi juga menjadi momen penting untuk mempererat silaturahmi dan refleksi diri. Perayaan ini dinilai penting Karena Lebaran Ketupat sarat makna spiritual, sosial, dan kultural, menjadi simbol refleksi diri, permohonan maaf, dan rasa syukur setelah bulan Ramadhan.

Berbagai cara dilakukan dalam perayaan ini dengan berbagai tradisi unik di setiap daerah, mulai dari memasak ketupat bersama, acara selamatan, hingga ziarah kubur.

Makna Filosofis Ketupat dan Tradisi Unik

Kata "kupat" sendiri dalam bahasa Jawa merupakan akronim dari "ngaku lepat" (mengakui kesalahan) dan "laku papat" (empat tindakan: lebaran, luberan, leburan, dan laburan). Ini melambangkan refleksi diri, penyucian jiwa, dan permohonan maaf setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan. Proses pembuatan ketupat, dari menganyam janur hingga memasak beras di dalamnya, juga sarat makna dan simbolisme.

Di berbagai daerah di Jawa, perayaan Lebaran Ketupat memiliki keunikannya masing-masing. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, misalnya, masyarakat memasak ketupat dalam jumlah besar dan membagikannya kepada keluarga dan tetangga.

Acara selamatan dan doa bersama juga sering dilakukan di rumah-rumah atau masjid. Sementara itu, di Lombok, yang dikenal dengan Lebaran Topat, perayaan diwarnai dengan tradisi ziarah kubur dan festival ketupat, dilengkapi dengan berbagai permainan tradisional dan pertunjukan seni.

Meskipun modernisasi terus berkembang, Lebaran Ketupat tetap relevan dan bahkan menjadi daya tarik wisata budaya. Keunikan tradisi dan makna filosofisnya menjadi daya pikat tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Perayaan ini juga menjadi bukti kelestarian budaya dan akulturasi yang harmonis antara tradisi Jawa dan ajaran Islam.

Sejarah Lebaran Ketupat dan Sunan Kalijaga

Sejarah Lebaran Ketupat tak lepas dari peran Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo. Beliau dianggap sebagai tokoh kunci dalam penyebaran Islam di Jawa dan akulturasi budaya Jawa dengan ajaran Islam. Sunan Kalijaga mempopulerkan istilah 'Bakda Lebaran' dan 'Bakda Kupat', menandai dua periode perayaan penting setelah Idul Fitri.

Dengan demikian, Lebaran Ketupat bukan sekadar tradisi makan-makan, tetapi juga merupakan perayaan yang sarat makna spiritual dan sosial. Perayaan ini menjadi wahana untuk mempererat silaturahmi, meningkatkan rasa syukur, dan merefleksikan diri setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan. Tradisi ini juga menunjukkan bagaimana nilai-nilai agama dan budaya dapat berpadu secara harmonis.

Perayaan Lebaran Ketupat juga menjadi bukti adaptasi dan akulturasi budaya yang unik dalam konteks penyebaran agama Islam di Indonesia. Tradisi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai agama dapat diintegrasikan dengan budaya lokal tanpa menghilangkan esensi ajaran agama itu sendiri. Hal ini menunjukkan kekayaan budaya Indonesia dan keberagamannya.

Lebaran Ketupat 2025, yang jatuh pada 7 April, merupakan perayaan penting bagi masyarakat Jawa dan Lombok. Tradisi ini bukan hanya tentang menikmati hidangan ketupat, tetapi juga tentang refleksi diri, permohonan maaf, dan rasa syukur. Makna filosofis yang terkandung di dalamnya, serta keunikan tradisi di berbagai daerah, menjadikan Lebaran Ketupat sebagai perayaan yang tetap relevan dan menarik hingga saat ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya