Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi banjir pesisir (rob) di sejumlah wilayah pesisir di Nusa Tenggara Timur (NTT). Waspada potensi banjir rob di NTT ini pada 13-15 April 2025.
"Masyarakat pesisir pantai diimbau waspada akan potensi fenomena banjir rob yang diprediksi terjadi pada 13-15 April 2025," ujar Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Kupang Yandri Anderudson Tungga dalam keterangan di Kupang, melansir Antara, Minggu (13/4/2025).
Advertisement
Ia mengatakan, potensi rob tersebut disebabkan oleh adanya bibit Siklon Tropis 96S yang terpantau di sebelah tenggara Pulau Timor, NTT.
Advertisement
Selain itu, lanjut Yandri, disebabkan pula oleh fenomena bulan purnama pada 13 April 2025 yang berpotensi meningkatkan ketinggian air laut maksimum.
"Berdasarkan pantauan prediksi pasang surut, kecepatan angin, tinggi gelombang, dan potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, maka dapat mempengaruhi dinamika pesisir di wilayah NTT berupa potensi banjir rob," papar dia.
Menurut Yandri, hal tersebut berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat.
"Adapun wilayah NTT yang berpotensi terdampak banjir rob pada Minggu (13/4/2025) hingga Selasa 15 April 2025, antara lain pesisir Pulau Flores-Alor, pesisir Pulau Sumba, pesisir Pulau Sabu Raijua, dan pesisir Pulau Timor-Rote," ucap Yandri.
Untuk itu, menurut dia, pihaknya telah mengeluarkan peringatan dini banjir pesisir (rob) agar masyarakat khususnya di wilayah pesisir bisa selalu waspada.
"Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga dalam mengantisipasi dampak banjir rob, serta terus memantau informasi terkini terkait cuaca maritim dari BMKG," tandas Yandri.
Â
BMKG: Jawa Barat Waspada Hujan Lebat Terjadi Tiba-Tiba dalam Sepekan ke Depan
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat secara tiba-tiba di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Jawa Barat, dalam sepekan ke depan pada 11-17 April 2025.
Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramadhani menjelaskan, sejumlah wilayah di Indonesia masih akan menghadapi potensi curah hujan yang signifikan, terutama di bagian selatan dan timur.
"Kondisi ini didukung oleh aktifnya fenomena MJO secara spasial, serta pengaruh dari gelombang atmosfer seperti Gelombang Rossby Ekuatorial, Gelombang Kelvin, dan Gelombang Low Frequency," katanya dalam keterangan tertulis pada Jumat, 11 April 2025.
Kombinasi faktor-faktor tersebut, kata Andri, meningkatkan potensi pembentukan awan konvektif yang signifikan di sebagian besar wilayah Indonesia.
"Di sisi lain, beberapa wilayah di Indonesia juga sudah mulai memasuki periode musim peralihan (pancaroba) dari musim hujan menuju musim kemarau," ucapnya.
Andri menjelaskan, dalam periode ini, cuaca umumnya bersifat variatif dan dinamis dengan potensi hujan yang masih dapat terjadi secara tiba-tiba disertai angin kencang dan kilat atau petir pada siang atau sore hari.
"Untuk itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang umumnya relatif lebih cepat, serta variasi kondisi cuaca secara spasial yang signifikan, sehingga dapat memengaruhi kelancaran aktivitas di masyarakat," tandasnya.
Terhadap potensi cuaca ekstrem ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk menjauhi wilayah terbuka saat terjadi hujan disertai petir, serta menjauhi pohon, bangunan, dan infrastruktur yang sudah rapuh saat terjadi hujan disertai angin kencang.
"Berhati-hati terhadap jalanan licin yang berpotensi membahayakan keselamatan. Siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja," kata Andri.
Â
Advertisement
BMKG Ungkap Penyebab Gempa Bumi Guncang Indonesia: Bogor, Banten, Maluku, dan Lainnya
Indonesia kembali diguncang serangkaian gempa bumi dalam beberapa bulan terakhir. Mulai dari gempa dangkal di Bogor yang terasa hingga Depok, hingga gempa berkekuatan magnitudo 5,3 di Banten dan beberapa gempa lainnya di Maluku dan wilayah lainnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memberikan penjelasan terkait penyebab dan dampak dari gempa-gempa tersebut, serta imbauan kepada masyarakat.
Gempa tektonik berkekuatan M 4,1 mengguncang Kota Bogor dan sekitarnya pada Kamis, 10 April 2025, pukul 22:16 WIB. Gempa dangkal ini, dengan kedalaman 5 kilometer, berpusat di darat sekitar 2 kilometer Tenggara Kota Bogor. Getarannya terasa hingga Kabupaten Bogor dan Depok, menyebabkan kerusakan ringan pada beberapa bangunan.
BMKG menjelaskan bahwa gempa disebabkan oleh aktivitas Sesar Citarik, dengan mekanisme geser mengiri. Empat gempa susulan dengan magnitudo lebih kecil juga tercatat.
Selain gempa di Bogor, beberapa gempa lainnya juga terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Gempa di Banten pada 21 Desember 2024 berkekuatan magnitudo 5,3, sementara gempa di Maluku pada 14 Februari 2024 dan 25 Maret 2025 masing-masing berkekuatan magnitudo 5,2 dan 5,2.
Gempa-gempa ini terjadi di lokasi yang berbeda dan dengan kedalaman yang bervariasi, namun BMKG memastikan bahwa sebagian besar tidak berpotensi tsunami. Namun, BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti informasi resmi.
Â
Gempa Bogor: Sesar Citarik dan Dampaknya
Gempa Bogor, yang disebabkan oleh aktivitas Sesar Citarik, memberikan dampak yang cukup signifikan meskipun magnitudo-nya relatif kecil. Kedalaman gempa yang dangkal (5 kilometer) menyebabkan getaran terasa kuat dan menimbulkan suara gemuruh.
Kerusakan ringan pada beberapa bangunan juga dilaporkan. Hal ini menunjukkan pentingnya kewaspadaan terhadap gempa dangkal, meskipun magnitudo-nya tidak terlalu besar.
BMKG menjelaskan bahwa getaran frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh gempa dangkal seringkali menimbulkan suara gemuruh dan dentuman. Fenomena ini merupakan hal yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Namun, tetap penting untuk tetap tenang dan waspada.
Setelah gempa utama di Bogor, terjadi empat kali gempa susulan dengan magnitudo yang lebih kecil. Meskipun kecil, gempa susulan ini menunjukkan aktivitas seismik yang masih berlangsung di wilayah tersebut. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi gempa susulan.
Sepanjang tahun 2024, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami 4.025 gempa bumi, dengan 39 gempa dirasakan langsung oleh masyarakat. Sebagian besar gempa ini memiliki magnitudo di bawah 4,0. Data ini menunjukkan tingginya aktivitas seismik di wilayah tersebut.
Pada tahun 2025, beberapa gempa juga terjadi di berbagai wilayah, termasuk Luwu Timur (Sulawesi Selatan), Tapanuli Utara (Sumatera Utara), Kolaka Timur (Sulawesi Tenggara), dan Pangandaran (Jawa Barat). Kekuatan dan kedalaman gempa bervariasi, namun BMKG memastikan bahwa sebagian besar gempa tidak berpotensi tsunami.
BMKG menekankan pentingnya untuk selalu mengikuti informasi resmi dari lembaga terkait, dan tidak mudah percaya pada berita hoaks. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan waspada terhadap potensi bencana.
Informasi terkini mengenai cuaca, iklim, dan peringatan dini bencana dapat diakses melalui berbagai saluran resmi BMKG, seperti aplikasi infoBMKG, media sosial resmi BMKG, atau kantor BMKG terdekat.
Advertisement
