Qoriah Binti Ahmad Irfan (45), Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), meninggal dunia setelah kelelahan antre di loket KJRI Jeddah, Arab Saudi. Saat itu almarhumah sedang mengurus surat keluar dari Arab Saudi untuk kembali ke kampung halamannya.
"Jadi, Qoriah bukan meninggal dunia saat mencuat kerusuhan di KJRI Jeddah, tetapi di rumah sakit setelah kelelahan antre di loket KJRI Jeddah," kata Kepala Bidang Penempatan dan Perluasan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi NTB H Zainal di Mataram, Kamis (13/6/2013).
Pada Minggu 9 Juni sore mencuat kerusuhan di KJRI Jeddah akibat lambannya pelayanan pengurusan surat terkait kebijakan pemutihan atau amnesti yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi bagi warga negara asing yang overstayer atau kabur dari majikannya.
Kebijakan pemutihan ini diberikan pemerintah Arab Saudi sejak 11 Mei hingga 3 Juli 2013.
  Â
Namun, KJRI Jeddah hanya membuka 12 unit loket, dan petugas yang melayani hanya 200 orang, dan KJRI hanya memberikan pelayanan pada hari Rabu.
  Â
Padahal banyak TKI overstayer yang sebetulnya ingin pulang ke Tanah Air mencapai ratusan ribu orang, sementara KJRI hanya sanggup memulangkan 200 orang TKI per minggu.
Dengan demikian, cukup banyak TKI yang membutuhkan dokumen perjalanan laksana paspor yang hanya diterbitkan di KJRI Jeddah, dan dokumen untuk keluar dari negara itu menuju kampung halamannya di Indonesia, sehingga terjadi antrean panjang dan terjadilah kerusuhan.
Zainal mengatakan, Qoriah sempat ikut antre di loket KJRI Jeddah saat kerusuhan mencuat. Namun ia tidak berhasil mendapatkan dokumennya saat itu, sehingga kembali lagi antre keesokan harinya.
"Tapi karena kondisi kesehatannya memburuk, ia dibawa ke rumah sakit dan meminta bantuan adiknya untuk antre mengurus dokumen exit dari Arab Saudi. Qoriah pun meninggal dalam perawatan di rumah sakit itu pada Senin 10 Juni," ujarnya.
Kondisi cuaca saat itu, dilaporkan mencapai 45 derajat Celsius, sehingga ikut mempengaruhi memburuknya kondisi kesehatan TKW asal Bun Sumpak, Desa Puyung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB itu.
Semula, suami dan anak-anaknya TKW asal NTB itu menghendaki jenazah Qoriah dipulangkan ke kampung halamannya. Namun akhirnya sanak keluarga merelakan dikuburkan di Jeddah, setelah mendengar penjelasan bahwa untuk proses pemulangannya dibutuhkan waktu sedikitnya 1 bulan.
Qoriah cukup lama bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jeddah, Arab Saudi, dan sempat berkali-kali pulang untuk memperpanjang Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) untuk jangka waktu 2 tahun. (Ant/Ary/Sss)
"Jadi, Qoriah bukan meninggal dunia saat mencuat kerusuhan di KJRI Jeddah, tetapi di rumah sakit setelah kelelahan antre di loket KJRI Jeddah," kata Kepala Bidang Penempatan dan Perluasan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi NTB H Zainal di Mataram, Kamis (13/6/2013).
Pada Minggu 9 Juni sore mencuat kerusuhan di KJRI Jeddah akibat lambannya pelayanan pengurusan surat terkait kebijakan pemutihan atau amnesti yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi bagi warga negara asing yang overstayer atau kabur dari majikannya.
Kebijakan pemutihan ini diberikan pemerintah Arab Saudi sejak 11 Mei hingga 3 Juli 2013.
  Â
Namun, KJRI Jeddah hanya membuka 12 unit loket, dan petugas yang melayani hanya 200 orang, dan KJRI hanya memberikan pelayanan pada hari Rabu.
  Â
Padahal banyak TKI overstayer yang sebetulnya ingin pulang ke Tanah Air mencapai ratusan ribu orang, sementara KJRI hanya sanggup memulangkan 200 orang TKI per minggu.
Dengan demikian, cukup banyak TKI yang membutuhkan dokumen perjalanan laksana paspor yang hanya diterbitkan di KJRI Jeddah, dan dokumen untuk keluar dari negara itu menuju kampung halamannya di Indonesia, sehingga terjadi antrean panjang dan terjadilah kerusuhan.
Zainal mengatakan, Qoriah sempat ikut antre di loket KJRI Jeddah saat kerusuhan mencuat. Namun ia tidak berhasil mendapatkan dokumennya saat itu, sehingga kembali lagi antre keesokan harinya.
"Tapi karena kondisi kesehatannya memburuk, ia dibawa ke rumah sakit dan meminta bantuan adiknya untuk antre mengurus dokumen exit dari Arab Saudi. Qoriah pun meninggal dalam perawatan di rumah sakit itu pada Senin 10 Juni," ujarnya.
Kondisi cuaca saat itu, dilaporkan mencapai 45 derajat Celsius, sehingga ikut mempengaruhi memburuknya kondisi kesehatan TKW asal Bun Sumpak, Desa Puyung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB itu.
Semula, suami dan anak-anaknya TKW asal NTB itu menghendaki jenazah Qoriah dipulangkan ke kampung halamannya. Namun akhirnya sanak keluarga merelakan dikuburkan di Jeddah, setelah mendengar penjelasan bahwa untuk proses pemulangannya dibutuhkan waktu sedikitnya 1 bulan.
Qoriah cukup lama bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jeddah, Arab Saudi, dan sempat berkali-kali pulang untuk memperpanjang Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) untuk jangka waktu 2 tahun. (Ant/Ary/Sss)