Bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) masih belum bisa dirasakan manfaatnya oleh para tunanetra di Balikpapan, Kalimantan Timur. Meski hidup miskin, nama mereka tak tercantum sebagai penerima BLSM. Namun tak ada protes, kerusuhan, maupun penyegelan kantor desa. Tak perlu menjadi peminta-minta untuk mendapatkan dana 'balsem'.
Mereka memang bukan pengemis. Mereka bekerja untuk bisa bertahan hidup. "Kami hidup dari memberi jasa pijat. Tidak seberapa, tapi cukup bila disyukuri," ujar Wakil Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Balikpapan, Muhammad Yasin, Jumat (12/7/2013).
Yasin akui kondisi yang berat ini tetap patut disyukuri. Maka itu, mereka tidak akan meminta-minta apalagi mengemis untuk mendapatkan dana kompensasi kenaikan harga BBM itu.
"Walau hidup kami memang pas-pasan, tapi kami bangga. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Kami tidak ingin mengemis, meminta-minta diberikan dana BLSM, meski kondisi rata-rata kami adalah orang yang tidak mampu," ucap Yasin.
Sementara, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan Suryanto mengakui, penyaluran BLSM tidak tepat sasaran. Data yang tak akurat menjadi penyebabnya. Oleh karena itu, pihaknya akan memperbarui data penerima BLSM.
Â
"Validasi data ini dilakukan mulai dari kelurahan, kecamatan, bersama Kantor Pos Indonesia, berdasarkan instruksi Menteri Dalam Negeri. Jadi diharapkan yang menerima itu yang benar-benar layak, yang memang berhak karena miskin," kata Suryanto.
Pihaknya mencatat, ada 16 ribu lebih penerima BLSM Balikpapan. Namun jumlah penerima BLSM yang didata Pemkot Balikpapan hanya sebesar 10 ribu. Data itu sama dengan data penerima beras bagi keluarga miskin (raskin). (Ant/Ndy/Ism)
Mereka memang bukan pengemis. Mereka bekerja untuk bisa bertahan hidup. "Kami hidup dari memberi jasa pijat. Tidak seberapa, tapi cukup bila disyukuri," ujar Wakil Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Balikpapan, Muhammad Yasin, Jumat (12/7/2013).
Yasin akui kondisi yang berat ini tetap patut disyukuri. Maka itu, mereka tidak akan meminta-minta apalagi mengemis untuk mendapatkan dana kompensasi kenaikan harga BBM itu.
"Walau hidup kami memang pas-pasan, tapi kami bangga. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Kami tidak ingin mengemis, meminta-minta diberikan dana BLSM, meski kondisi rata-rata kami adalah orang yang tidak mampu," ucap Yasin.
Sementara, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan Suryanto mengakui, penyaluran BLSM tidak tepat sasaran. Data yang tak akurat menjadi penyebabnya. Oleh karena itu, pihaknya akan memperbarui data penerima BLSM.
Â
"Validasi data ini dilakukan mulai dari kelurahan, kecamatan, bersama Kantor Pos Indonesia, berdasarkan instruksi Menteri Dalam Negeri. Jadi diharapkan yang menerima itu yang benar-benar layak, yang memang berhak karena miskin," kata Suryanto.
Pihaknya mencatat, ada 16 ribu lebih penerima BLSM Balikpapan. Namun jumlah penerima BLSM yang didata Pemkot Balikpapan hanya sebesar 10 ribu. Data itu sama dengan data penerima beras bagi keluarga miskin (raskin). (Ant/Ndy/Ism)