Pemabuk di `Tinju Berdarah` Nabire Kesal Dilarang Bertemu Bupati

Pengurus Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Papua menemukan fakta baru penyebab 'tinju berdarah' di Nabire, Papua, Minggu 14 Juli.

oleh Tan diperbarui 16 Jul 2013, 09:48 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2013, 09:48 WIB
pertina-tinju-nabire-130716b.jpg
Pengurus Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Papua menemukan fakta baru penyebab 'tinju berdarah' di Nabire, Papua, Minggu 14 Juli. Kerusuhan terjadi karena dipicu oleh keributan yang ditimbulkan sejumlah penonton yang mabuk minuman keras (miras).

Ketua Bidang Komisi Teknik Pengda Pertina Papua, Carol Renwarin mengungkapkan, peristiwa yang menewaskan 17 orang itu berawal dari membludaknya sejumlah penonton saat Bupati Kabupaten Nabire Isaias Douw menginstruksikan untuk menggratiskan tiket masuk. Bersamaan itu ada sejumlah oknum warga yang dipengaruhi miras ikut masuk dan hendak bertemu sang bupati.

Oleh keamanan setempat, para oknum warga yang dipengaruhi miras itu dilarang bertemu Bupati Nabire. "Nah, saya mengira dari sinilah masalah itu berasal muncul. Karena pelarangan dari aparat atau security kepada warga yang mabuk itu berujung pada kursi-kursi yang melayang (dilempar) ke arah bupati dan tamu undangan," ungkap Carol di Jayapura, Selasa (16/7/2013).

Dengan adanya pelemparan kursi-kursi tersebut, lanjut Carol, warga yang menyaksikan pertandingan tinju tersebut jadi panik dan berebutan ingin keluar dari GOR Kota Lama, sehingga ada warga yang terjatuh dan terinjak warga lainya yang juga ingin menyelamatkan diri.

"Jadi saat itu, ada yang menyelip masuk untuk membuat gaduh suasana dengan melempar kursi-kursi. Kubu yang kalah dan menang kemungkinan ikut terpancing dengan kejadian itu, sementara wasit dan hakim serta panitia tidak jelas masalah apa yang sedang terjadi," paparnya.

Mencari Bibit

Pertandingan tinju tersebut, jelas Carol, merupakan bagian dari even Pekan Olahraga Kabupaten (Porkab) Nabire untuk mencari bibit-bibit atlet tinju. Pertandingan tersebut digelar di GOR Kota Lama dengan 103 petinju dari sejumlah sasana, 13 di antaranya adalah petinju putri.

Pertandingan tinju yang digelar pada Minggu malam itu merupakan pertandingan terakhir untuk cabang tinju di kelas 56 kg, atau kelas bulu yang mempertemukan Alfius Rumkorem dan Pigome. Di mana yang pada akhirnya pertandingan final itu dimenangkan Alfius Rumkorem.

"Wasit dan hakim menyatakan Alfius Rumkorem menang atas Pigome. Keputusan itu sudah sah, tidak ada potes dari kedua kubu, termasuk petinju dan pelatihnya," kata Carol.

Carol juga menyampaikan permintaan maaf dan turut berduka cita kepada keluarga yang ditimpa musibah. Saat ini pihaknya sedang menunggu laporan tertulis dari Pertina Nabire terkait peristiwa tinju yang memilukan di Papua dan Indonesia.

"Atas nama Ketua Umum Pertina Papua Klemen Tinal yang juga Wakil Gubernur, kami memohon maaf dan turut berduka cita terhadap keluarga korban. Jadikan ini pelajaran bagi kita semua," tukas Carol. (Ant/Tnt/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya