Mun'im Idries X-Files: Kasus Antasari Azhar yang Direkayasa

"Setelah menandatangani BAP, nama Rani belum muncul. Tidak lama kemudian baru nama Rani keluar. Dari situ saya mengerti pola permainan ini."

oleh Arry Anggadha diperbarui 27 Sep 2013, 15:25 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2013, 15:25 WIB
xfiles-munim130927b.jpg
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, ahli forensik RSCM Mun'im Idries sempat meluncurkan buku Indonesia X-Files: Mengungkap Fakta dari Kematian Bung Karno Sampai Kematian Munir. Buku itu juga menceritakan mengenai misteri kematian Nasrudin Zulkarnaen.

Direktur PT Putra Rajawali Banjaran itu ditembak usai bermain golf di Modernland, Kota Tangerang pada 15 Maret 2009. Mantan Ketua KPK Antasari Azhar dinyatakan terbukti bersalah membunuh Nasrudin.

Dalam buku X-Files itu, Mun'im mengungkapkan bagaimana dirinya menangani visum terhadap Nasrudin. Mun'im mengakui dirinya diminta petinggi kepolisian mulai pangkat Letkol, Kolonel, hingga Komisaris Jenderal.

"Mereka menelepon meminta saya melakukan pemeriksaan atas jasad Nasrudin di RSPAD Gatot Subroto. Saya katakan, saya capek, tapi mereka meminta saya ke sana. Akhirnya sekitar jam 4 sore, mayatnya dibawa ke RSCM," tutur Mun'im yang dikutip dari buku X-Files, Jumat (27/9/2013).

Mun'im mengaku, sebelum dibawa ke RSCM, jasad terlebih dulu dibawa ke RS Mayapada, Tangerang, dan RSPAD Gatot Subroto. Namun, saat menerima mayat itu, kondisinya sudah tidak asli lagi.

"Kondisi mayat seharusnya masih berbalut baju ketika mayat meninggal, tetapi mayat diterima tanpa label, tanpa baju, dan kondisi luka kepala sudah terjahit," ujar Mun'im.

Otopsi yang dilakukan, menurut Mun'im, mendapat tentangan dari keluarga korban. "Saat itu keluarga korban tidak mau Nasrudin diotopsi," tuturnya.

Akhirnya jasad Nasrudin diotopsi setelah Mun'im menemukan proyektil peluru di kepala korban. "Saat saya buka luka di sisi kiri kepala, saya temukan peluru," ujarnya.

Dalam visum et repertum bernomor 1030/SK.II/03/2-2009 tertanggal 30 Maret 2009, Mun'im menuturkan, "Pada mayat laki-laki yang berumur skeitar 40 tahun didapatkan 2 buah luka tembak masuk pada sisi kepala sebelah kiri, kerusakan jaringan otak serta pendarahan dalam rongga tengkorak serta 2 butir anak peluru yang sudah tidak utuh."

Mun'im menjelaskan, "Sebab kematian Nasrudin akibat tembakan senjata api yang masuk dari sisi kiri, berdasarkan sifat lukanya kedua luka tembak merupakan luka tembak jarak jauh. Peluru pertama masuk dari arah belakang sisi kepala sebelah kiri dan peluru kedua masuk dari arah depan sisi kepala sebelah kiri. Diameter kedua anak peluru 9 milimeter dengan ulir ke kanan. Hal tersebut sesuai dengan peluru yang ditembakkan dari senjata api kaliber 0,38 tipe S&W."

"Tapi pihak Polda Metro Jaya mengklarifikasi pengakuan tersebut tentang sudah tidak aslinya jenasah. Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Boy Rafli Amar, bekas jahitan di kepala jenasah Nasrudin adalah hal yang wajar. Sebab, sebelum diperiksa tim forensik, jasad Nasrudin sempat ditangani pihak rumah sakit agar nyawanya bisa diselamatkan," ujarnya.

Mun'im menceritakan, saat proyektil peluru ditemukan, ada petugas kepolisian yang meminta proyektil tersebut. "Saya katakan proyektilnya bisa diambil besok karena saya harus mendeskripsikan terlebih dahulu ukurannya dan putarannya kemana. Baru besoknya saya serahkan proyektil itu ke petugas," ujarnya.

Ia pun menceritakan ada yang aneh dalam kasus tersebut. Terutama saat nama Rani Juliani sempat menghilang dari BAP. Rani adalah seorang caddy golf yang disebut sebagai istri Nasrudin dan sempat berada satu kamar dengan Antasari Azhar.

"Setelah saya menandatangani BAP, nama Rani belum muncul. Tidak lama kemudian baru nama Rani keluar. Dari situ saya mengerti pola permainan ini," tuturnya.

Mun'im Idries yang lahir di Pekalongan, 25 Mei 1947 itu wafat Jumat (27/9/2013). Mun'im dimakamkan setelah salat Jumat di TPU Menteng Pulo, Jakarta. (Ary/Yus)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya