Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia kreatif bergerak cepat, kemampuan untuk beradaptasi terhadap teknologi sudah menjadi keharusan. Didiet Maulana, desainer busana kenamaan Indonesia, membagikan pengalamannya beralih dari sketsa manual ke iPad.
"Di awal itu memang merasakan kayaknya lebih original saja kalau pakai sketsa," ujar Didiet, mengenang masa awalnya. Namun, seiring waktu, ia menyadari untuk maju, perlu dibantu teknologi.
Advertisement
Baca Juga
Founder IKAT Indonesia ini juga mengatakan, iPad bukan hanya mempertahankan, tetapi justru memperkuat esensi kreativitasnya saat mendesain.
Advertisement
"Seperti yang tadi aku bilang, teknologi ini nanti pelan-pelan akan menjadi background, tapi akan tetap ke depan itu adalah kreativitas kita," jelasnya.
Walau saat ini menggunakan iPad, alumni S1 Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan tersebut masih tetap mengawali proses desain dari sketsa tangan, lalu memindainya ke iPad untuk pengembangan lebih lanjut.
Keunggulan lainnya yang dia rasakan dengan ekosistem Apple ini adalah efisien dalam berkolaborasi dengan tim. "Jadi lebih cepata ya, karena asisten desainerku semuanya menggunakan iPad. Jadinya kita bisa bicara dengan bahasa sama," kata Didiet.
Ia menekankan, kemudahan dalam melakukan perubahan desain di ekosistem Apple secara langsung menjadi faktor penting dalam mempertahankan kualitas karya.
"Misalnya klien ada yang, 'aduh aku agak nggak suka nih sama warnanya', aku bisa langsung ubah warnanya sesuai dengan keingin klien, tanpa harus merusak misalnya sketsa awal atau desain awal," jelasnya.
Efisien dan Lebih Praktis
Selain iPad, Didiet juga menyoroti bagaimana ekosistem Apple secara keseluruhan membantu scaling bisnis keratifnya. "Dengan menggunakan ekosistem Apple ini, kita bisa ngecut banyak waktu untuk sharing data," ungkapnya.
Dia mengakui, ekosistem milik perusahaan asal Cupertino tersebut membuat proses berbagi data, pengaturan jadwal, hingga kolaborasi antar tim menjadi lebih efisien. "Dengan ini, aku dan tim bisa fokus pada kreativitas tanpa terbebani masalah teknis."
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, Didiet berharap raksasa teknologi ini ke depannya mampu menhadirkan inovasi lebih memberdayakan kreator kecil dan menengah.
"Aku berharap ke depannya, Apple memperkenalkan ecosystem user untuk small medium enterprise dimana kita bisa saling terhubung dan saling berbagi ilmu," pungkasnya.
Advertisement
iPhone hingga MacBook, Senjata Dua Pengusaha Muda Bangun Brand Lokal ke Global!
Lebih lanjut, kecepatan beradaptasi adalah kunci penting dalam dunia usaha kreatif yang serba cepat. Hal ini diungkap oleh Didiet Maulana dan Stephanie Regina, saat berbagi di sesi Mac for Business.
Tampil sebagai salah satu fashion desainer ternama dan pendiri IKAT Indonesia, Didiet percaya teknologi tepat mampu mempercepat proses kreatif. "Saya percaya sering berkembangnya ide, kita membutuhkan alat untuk berkembang," ujarnya.
Bagi Stephanie Regina, founder dan CEO Haloka Group, sendiri mengawali perjalanan karirnya sebagai konten kreator hingga menjadi pendiri dari Haloka Group ini berkat hadiah sederhana: iPhone 11.
"Produk Apple pertama saya adalah hadiah dari mantan pacar kini menjadi suami," kenangnya sambil tersenyum.
Kedua pengusaha muda ini membuktikan, ekosistem Apple bukkkan sekkadar alat, melainkan jembatan penting untuk kreativitas, kolaborasi, dan pertumbuhan bisnis.
Berkat teknologi terintegrasi, Didiet dan Stephanie mampu mengubah ide sederhana menjadi sistem kerja produktif memberdayakan banyak orang.
Kreativitas Mulus dari Sketsa ke Mood Board
Didiet Maulana menjelaskan, dirinya sangat mengandalkan perangkat Apple untuk menjaga alur kreatifnya tetap lancar. Dari sketsa tangan di iPad hingga mood board di Mac, semuanya tersinkronisasi sempurna dan baik.
"Menarik untuk melihat bagaimana teknologi Apple ini dapat membantu saya bergerak mulus dari teknologi berat ke teknologi tinggi," ujarnya. Bekerja lintas tim seperti desain, media sosial, hingga produksi, Didiet menemukan ekosistem Apple mempercepat kolaborasi.
Entah itu berbagi ide lewat iCloud, mengatur tugas dengan Notes dan Reminder. mengadakan diskusi instan via FaceTime kini telah menjadi rutinitas.
"Ketika sketsa digunakan tepat, lalu kami memindahkan semua desain tersebut, dan membagikannya lewat iCloud ke tim lainnya," ujar Didiet Maulana.
Menurut founder IKAT Indonesia ini, teknologi Apple bukan hanya soal perangkat, melainkan bagaimana tool ini menghilang dari latar belakang sehingga kreativitas bisa mengalir tanpa hambatan.
"Akan ada waktunya semua ini bukkan lagi tentang alat atau teknologi. Ini tentang bagaimana tools ini menghilang dari latar belakang kita dan membuatkan kreativitas mengambil alih," ucapnya.
Advertisement
Dari iPhone 11 Menju CEO Haloka Group
Stephanie memulai perjalanan bisnisnya bermodalkan iPhone 11, dengan membuat konten sederhana seputar branding di berbagai platform media sosial (medsos), seperti TikTok hingga Instagram.
"Kontennya sederhana, direkam dengan kamera iPhone dari rumah, namun berdampak besar," tuturnya. Lewat video-video kreasinya, ia pun mengamankan klien, brand deal, hingga membangun tim pertamanya.
Pandemi COVID-19 menjadi titik balik saat Stephanie mengadakan webinar untuk membantu teman-temannya memulai bisnis online. Semangat berbagi ini akhirnya melahirkan platform mendemokratisasi ilmu marketing bagi non-marketer.
"Apa yang Apple berikan kepada saya bukan hanya produktivitas. Ia memberi saya kemungkinan," katanya. Seluruh perjalanan ini membawanya untuk mendirikan Haloka Group, sebuah konsultan branding beranggotakan lebih dari 40 orang.
Untuk memudahkan pekerja di masing-masing divisi, Stephanie mengakui seluruh anggota timnya menggunakan MacBook dan iPhone. "Hal ini untuk memastikan sinkronisasi data dan kerja tim berjalan cepat dan efisien," jelasnya.
iPad Mini dan Freeform Jadi Andalan untuk Mobilitas Tinggi
Dalam kegiatan sehari-hari, Stephanie mengandalkan iPad mini untuk mendukung mobilitas kreatifnya. "iPad mini itu ringkas, mudah dibawa ke mana-mana," jelasnya.
Dengan Apple Pencil dan aplikasi Freefrom, ia mencatat ide-ide spontan, membuat sketsa desain, hingga mengubahnya menjadi file PDF untuk dibagikan ke tim.
"Fitur-fitur ini sangat membantu menjaga alur kerja tetap sederhana namun produktif," tambahnya. Bagi dirinya, iPad mini bukan sekadar tablet, melainkan alat kreatif menghubungkan ide dan realisasi.
Hal ini terbukti ketika Stephanie dan timnya mengerjakan proyek rebranding kedai mi lokal dari Yogyakarta. Menggunakan brand audit untuk memahami kekuatan dan kelemahan brand, semua data dikumpulkan melalui MacBook.
"Setelah terkumpul, kita proses informasi dan data yang didapat dan dibagikan ke tim menggunakan iCloud. Airdrop itu seperti darah dalam sistem tubuh kami," ungkapnya.
Setelah audit, tim bergerak ke tahap 'creative recommendation' dengan menciptakan logo baru, palet warna segar, hingga strategi sosial media relevan. Semua dikerjakan di ekosistem Apple.
Advertisement
