Menurut Psikoterapis, Ini 7 Ajaran Orang Tua Agar Anak Miliki Mental Kuat

Psikoterapis menyarankan tujuh cara didikan untuk orang tua agar mental anak lebih kuat saat dewasa nanti. Apa saja yang harus dilakukan?

oleh Nurmayanti diperbarui 12 Agu 2021, 16:10 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2021, 07:00 WIB
5 Hal yang Anak Pelajari dari Orang Tua Mereka
Ilustrasi Anak-anak.

Liputan6.com, Jakarta Menurut CNBC Make It, psikoterapis mengatakan bahwa ajaran orang tua dalam mendidik anak harus diperhatikan dengan baik. Pertanyaan umum yang biasa diajukan orang tua adalah ‘Apa kunci utama yang harus dilakukan saya dalam mengajar anak?’.

Ada beragam jenis pendekatan dalam mendidik anak. Namun, tipe-tipe tersebut yang nantinya akan membantu anak Anda menjadi diri mereka sendiri. Untuk dapat melewati tantangan berat dalam hidup, dibutuhkan kekuatan mental.

Kekuatan mental menuntut Anda untuk memperhatikan tiga aspek, antara lain bagaimana cara Anda berpikir, merasa, dan bertindak. Ketiga hal tersebut akan membantu kita menumbuhkan otot-otot mental dalam diri. 

Tentu saja untuk memupuk tiga hal tersebut membutuhkan latihan, kesabaran, dan dukungan terus menerus hingga mencapai satu titik di mana Anda akan melakukannya dengan secara alami.

Melansir dari CNBC Make It, ada tujuh cara untuk membantu anak Anda memiliki mental yang kuat hingga dewasa nanti. Yuk, simak cara-cara di bawah ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Memberdayakan Diri Sendiri

Jika anak Anda berkata “Teman saya mendapat skor lebih tinggi di kuis, yang membuat saya merasa kecewa dan melihat diri saya buruk”, tandanya mereka sedang membagikan emosi atau perasaan yang sedang dirasakan.

Namun, untuk anak-anak yang diberdayakan dengan baik, ia tidak akan bergantung pada orang-orang sekitar. Mereka akan memilih untuk berada dalam suasana hati yang senang, meskipun orang-orang di sekitarnya mengalami hari yang buruk.

Oleh karena itu, peneliti menyarankan menggunakan kata-kata motivasi yang dapat diulangi oleh anak Anda sehingga secara tidak langsung mempengaruhi mereka bertanggung jawab atas cara mereka berpikir, merasa, dan berperilaku.

Contoh-contoh kata-kata motivasi yang bisa diajarkan adalah seperti, “Aku sudah cukup baik”, “Aku sudah mengerjakan dan mencoba yang terbaik”, “Aku memilih untuk merasa bahagia dan senang hari ini”.

Dapat Beradaptasi dengan Perubahan

Mungkin selama pandemi berlangsung, anak-anak Anda mengalami hal-hal yang sulit. Bisa diasumsikan mungkin mereka merindukan hal-hal seperti bersekolah di sekolah atau bermain bersama teman-teman. Hal tersebut dapat membuat mereka khawatir sehingga perasaan hati yang dirasakan adalah sedih atau buruk.

Bagi anak-anak yang kuat secara mental, mereka akan memahami bahwa perubahan yang terjadi dapat membantu mereka untuk tumbuh menjadi orang yang lebih kuat, meskipun awalnya tidak terasa seperti itu.

Sayangnya, kebanyakan dari kita memiliki kecenderungan untuk tidak mau memikirkan bagaimana perasaan diri kita. Faktanya, hingga dewasa banyak yang masih sering melawan perasaannya sendiri.

Jadi, ketika anak Anda dihadapkan dengan perubahan-perubahan yang besar, cobalah meminta mereka untuk mendeskripsikan emosi/perasaan mereka dengan detail. Akan lebih baik jika Anda dapat membantunya menemukan atau menggambarkan bagaimana perasaan yang dirasakan⎼seperti sedih, bahagia, kecewa, gugup, antusias, dan sebagainya.

Usia 3 - 6
Ilustrasi Anak Jenius Credit: pexels.com/Gilbert

Tahu Kapan Harus Berkata Tidak

Umumnya, setiap orang berusaha keras untuk berbicara, mengatakan tidak sebagai penolakan, atau mengungkapkan apa yang dirasakan. Namun, tergantung dari bagaimana situasi yang sedang dihadapi, terkadang berkata tidak akan membuat Anda menjadi seseorang yang lebih kuat.

Anak-anak cenderung kesulitan untuk mengatakan tidak karena merasa canggung atau aneh. Dengan dapat menemukan keberanian tersebut, akan memudahkan mereka memberikan jawaban untuk permasalahan di masa depan.

Sebagai orang tua perlu untuk membantu anak Anda menemukan keberanian mengatakan tidak. Tentunya dengan cara yang sopan saat ingin menolak seseorang, seperti “Terima kasih sudah mengundangku di pestamu, tetapi maaf aku tidak hadir karena punya rencana lain”.

Tidak Menyembunyikan Kesalahan

Anak-anak sering tergoda untuk menyembunyikan kesalahan yang telah mereka lakukan. Mereka berpikir jika memberitahu orang tua, kemungkinan akan menimbulkan masalah baru.

Solusi yang bisa dilakukan adalah mengakui kesalahan Anda terlebih dahulu karena dapat membantu membangun karakter anak Anda. Anak-anak cenderung juga mempraktikan kembali apa yang orang tuanya lakukan. Dengan menyadari kesalahan, mereka dapat mempersiapkan diri secara mental untuk sepenuhnya mengakui kesalahan mereka.

Kemungkinan lainnya juga mereka akan meminta maaf dan mencari solusinya sendiri untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.

Hari Anak Nasional: Belajar Jadi Ibu yang Pengertian
Peringati Hari Anak Nasional dengan mencoba belajar jadi ibu yang pengertian melalui pola asuh mindful parenting. (Ilustrasi: Pexels.com/Pixabay)

Merayakan Kesuksesan Orang Lain

Anak Anda merasa cemburu terhadap temannya yang mendapat hadiah, nilai lebih tinggi, atau memenangkan sebuah permainan. Perasaan tersebut adalah wajar. Hal yang dapat dilakukan orang tua adalah mendorong anak Anda untuk menyemangati orang lain atas prestasi yang mereka raih.

Biasanya, anak-anak yang kuat secara mental akan mendukung teman-temannya secara suportif. Mereka akan berfokus melakukan yang terbaik tanpa peduli tentang apa yang orang lain lakukan terhadapnya.

Bukan berarti tidak memedulikan sama sekali, tetapi dengan maksud untuk tidak mendengarkan kata-kata yang bersifat negatif sehingga menghambat mereka meraih sesuatu.

 

Berani Gagal dan Mencoba Lagi

Kegagalan memang menyakitkan, bisa terasa mengecewakan hingga buat frustrasi. Bagi orang-orang yang sudah berhasil, jatuh dalam sebuah kegagalan juga adalah hal yang wajar.

Anak-anak yang kuat secara mental akan memusatkan perhatian mereka pada kesalahan yang mereka buat dan berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat menjadi sebuah pengalaman positif.

Ahli-ahli menemukan bahwa anak-anak yang bisa berhasil sejak kecil diakibatkan karena mengetahui banyak kisah sukses yang dimulai dari kegagalan. Ketika anak Anda suatu saat merasa sedih karena gagal, cobalah untuk menceritakan tentang kisah-kisah orang-orang sukses yang sebelumnya mengalami banyak kegagalan.

Hal tersebut akan membuat anak Anda lebih percaya diri dan dapat menilai mana hal yang baik atau buruk.

 

Tetap Bertahan

Ketika sedang berjuang dan bekerja keras untuk mencapai kesuksesan menurut versi masing-masing Anda, otak secara tidak langsung memaksa Anda untuk menyerah saja karena semuanya adalah sia-sia.

Namun, untuk anak-anak yang kuat secara mental akan terus bekerja keras meskipun dihadapkan pada sesuatu yang tidak mereka sukai. Hingga akhirnya mereka berhasil untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dari sebelumnya.

Ahli menyarankan untuk menyuruh anak Anda membuat surat motivasi. Tulisan tersebut berisikan kata-kata pendorong untuk terus berusaha sesuai diri mereka sendiri.

Jadi, ketika anak Anda merasa ingin menyerah, Anda dapat menyuruh mereka kembali membaca surat tersebut sehingga akan memotivasi mereka tetap bertahap dan terus maju.

Reporter: Caroline Saskia

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya