Liputan6.com, Jakarta Setiap orang terlepas dari identitas jenis kelaminnya pernah merasakan dan mengalami depresi selama hidup mereka. Faktor-faktor yang melatarbelakangi bisa karena masalah pekerjaan, keluarga, keuangan, hingga kehidupan pribadi.
Depresi didefinisikan sebagai sebuah kondisi yang dapat memengaruhi seseorang dalam berpikir, merasakan sesuatu, dan bertindak.
Baca Juga
Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), wanita mengalami depresi yang lebih tinggi dari pria.
Advertisement
Namun, ada prediksi lain yang mengungkapkan bahwa pria mungkin sebenarnya kurang terwakili dalam merasakan depresi. Bisa karena faktor sosial dan sosiologis yang membuatnya lebih sulit untuk mendeteksi depresi pada pria.
Kemungkinan yang terjadi bisa karena adanya tekanan secara budaya untuk bersikap ‘jantan’ sebagai seorang pria sehingga cenderung untuk menutupi perasaan dengan menguburnya dalam-dalam.
Oleh karena itu, alih-alih mengatakan terkadang pria mengalami gejala depresi yang berbeda-beda bahkan sulit untuk diidentifikasikan.
Melansir dari Healthline, Senin (25/10/2021), gejala-gejala secara umum dapat diketahui, misalnya dengan perubahan pada masalah fisik.
Gejala Fisik dan Mental
Pria yang mengalami depresi dapat diketahui dari perubahan fisik. Fakta menariknya, ketika seseorang mengalami depresi, hal tersebut akan memengaruhi tubuhnya meskipun depresi berkaitan dengan kesehatan mental.
Tanda-tanda fisik secara umum yang dialami pria antara lain sebagai berikut.
- Masalah pencernaan, seperti gas, diare, dan sembelit
- Terjadi disfungsi pada ereksi atau masalah seksual lainnya
- Sakit kepala
- Mengalami masalah hormonal seperti menurunnya testosteron
- Nyeri
- Jantung berdebar-debar
- Penurunan berat badan
- Bisa juga kenaikan berat badan yang dapat memengaruhi obesitas
Sementara itu, gejala mental yang dialami pria antara lain sebagai berikut.
- Mengalami masalah memori, seperti sering lupa atau sulit menghafal
- Pola pikir yang obsesif-kompulsif (OCD)
- Banyak pikiran
- Susah tidur
- Memiliki pikiran untuk bunuh diri
Advertisement
Depresi yang Sulit Terdeteksi
Munculnya stigma bagi pria untuk selalu tampil kuat, jantan, dapat menjadi batu sandungan karena emosi yang dimiliki dan seharusnya diekspresikan, malah terpendam. Masalah-masalah budaya dan sosial seperti itu masih kerap terjadi di kalangan masyarakat.
Pria yang disosialisasikan untuk menahan emosi dapat berdampak pada kesehatan mental. Dalam upaya mempertahankan norma-norma sosial seperti ini, tidak sedikit pria yang harus mengorbankan kesehatan fisik dan mental mereka.
Selain itu, tidak banyak juga pria yang memahami dan diajarkan mengenai tanda-tanda/gejala dari depresi sehingga tidak dapat memahami perasaan mereka sendiri. Alasan tersebut yang membuat depresi yang dihadapi pria lebih sulit terdeteksi.
Perasaan yang ditumpuk dan ditimbun dalam-dalam membuat mereka kesulitan untuk mengutarakan hingga mengekspresikan perasaan tersebut. Ada perasaan takut untuk dihakimi ketika mengutarakan perasaan membuat pria juga cenderung untuk diam.
Alih-alih mengatakan ketika pria mulai bekerja selama berjam-jam atau mengisi waktu untuk tetap sibuk, menjadi salah satu gejala depresi yang dialami sebagian besar pria untuk mengatasi perasaan depresi.
Saran yang direkomendasikan adalah mencari pengobatan tertentu demi kesejahteraan diri sendiri. Apalagi, tingkat bunuh diri cukup tinggi terjadi di kalangan pria, khususnya yang bekerja atau bertugas di militer.
Selain itu, pria ditemukan sekitar tiga sampai empat kali lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri ketimbang pria. Oleh karena itu, dengan mau terus membuka percakapan, dapat membantu pria mengenali tanda-tanda depresinya.
Lalu, dengan mencari pengobatan juga dapat membantu pria menjalani kehidupan mereka sepenuhnya.
Reporter: Caroline Saskia