Apa Itu Hoarding Disorder? Gangguan Mental yang Sering Diabaikan

Hoarding Disorder adalah gangguan mental serius yang ditandai dengan penimbunan barang berlebihan, kesulitan membuangnya, dan dampak negatif pada kehidupan sehari-hari. Pahami gejalanya, penyebabnya, dan pengobatannya di sini!

oleh Silvia Estefina Subitmele Diperbarui 09 Apr 2025, 16:27 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2025, 12:34 WIB
Ilustrasi hoarding disorder, kebiasaan menimbun barang
Ilustrasi hoarding disorder, kebiasaan menimbun barang. (Image by freepik)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Hoarding disorder merupakan salah satu bentuk gangguan kesehatan mental yang kerap tidak disadari, baik oleh penderitanya sendiri maupun oleh orang-orang di sekitarnya. Gangguan ini ditandai dengan kesulitan ekstrem dalam membuang atau melepaskan barang-barang, tanpa memandang nilai guna atau pentingnya barang tersebut.

Individu dengan hoarding disorder cenderung menumpuk berbagai jenis benda, mulai dari barang-barang yang masih berguna hingga yang sudah tidak layak pakai. Penimbunan ini bukan sekadar kebiasaan buruk, melainkan sebuah kondisi psikologis serius yang membutuhkan perhatian serta penanganan medis yang tepat.

Penderita biasanya mengalami kecemasan atau tekanan emosional yang intens, ketika harus membuang barang-barang mereka. Perasaan cemas tersebut bisa dipicu oleh berbagai hal, seperti kekhawatiran akan kehilangan informasi penting, ikatan emosional terhadap objek tertentu, atau keyakinan irasional bahwa barang tersebut mungkin akan dibutuhkan suatu saat nanti.

Lambat laun, penumpukan barang ini dapat membuat tempat tinggal menjadi penuh sesak dan tidak sehat untuk dihuni. Kondisi ini tentu berdampak pada kesehatan fisik dan mental penderita, seperti meningkatnya risiko cedera, infeksi, serta gangguan hubungan sosial dan emosional. Berikut penjelasan lengkap tentang hoarding disorder yang dirangkum pada Rabu (9/4/2025).

Mengenal Apa Itu Hoarding Disorder

Kenali Penyebab Hoarding Disorder, Merasa Cemas dan Kesepian
Kenali Penyebab Hoarding Disorder, Merasa Cemas dan Kesepian (Onur Bahçıvancılar/unsplash.com)... Selengkapnya

Hoarding disorder atau gangguan menimbun adalah suatu kondisi psikologis yang ditandai dengan kesulitan yang konsisten dan kronis dalam membuang, melepaskan, atau berpisah dengan benda-benda yang dimiliki, tanpa memandang nilai kegunaan atau nilai ekonomis dari benda tersebut. Orang yang mengalami gangguan ini cenderung memiliki dorongan kuat untuk terus menyimpan barang, serta merasakan kecemasan atau tekanan emosional yang tinggi ketika harus mempertimbangkan untuk membuangnya.

Kondisi ini kerap disalahartikan sebagai kebiasaan mengoleksi barang. Namun, perbedaannya sangat jelas jika ditinjau secara lebih dalam. Seorang kolektor biasanya menyimpan barang-barangnya dengan penuh perencanaan, rapi, dan dengan tujuan tertentu, seperti hobi atau pelestarian sejarah. Sementara itu, individu dengan hoarding disorder menyimpan barang-barang dalam jumlah besar tanpa pengelompokan yang jelas dan cenderung tidak mampu mengendalikan akumulasi benda-benda tersebut. Barang-barang ini dapat berupa kertas, pakaian, kardus, peralatan rusak, hingga sampah yang sebenarnya sudah tidak layak pakai.

Gangguan menimbun bukan hanya sekadar masalah kebersihan atau kerapihan, tetapi merupakan gangguan mental serius yang dapat berdampak pada kualitas hidup seseorang. Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa memperburuk kondisi mental, meningkatkan risiko isolasi sosial, dan dalam kasus ekstrem, dapat membahayakan keselamatan fisik akibat lingkungan rumah yang tidak layak huni.

 

Pentingnya Mengenali Gejala Sejak Dini

Ilustrasi hoarding disorder
Ilustrasi hoarding disorder. (Image by freepik)... Selengkapnya

Identifikasi gejala hoarding disorder sedini mungkin merupakan langkah awal yang sangat krusial untuk memberikan penanganan yang tepat. Gangguan ini dapat berdampak serius terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk kebersihan dan keamanan tempat tinggal, kesehatan fisik dan mental, serta hubungan interpersonal. Berikut ini adalah beberapa ciri dan tanda yang umum ditemui pada individu yang mengalami hoarding disorder:

1. Kesulitan Ekstrem dalam Membuang Barang

Salah satu karakteristik utama dari gangguan ini adalah ketidakmampuan untuk membuang atau melepaskan barang, bahkan untuk benda-benda yang secara objektif sudah tidak berguna, rusak, atau tidak memiliki nilai pakai. Keputusan untuk membuang suatu benda bisa menimbulkan kecemasan berlebih, rasa bersalah, atau ketakutan kehilangan sesuatu yang dianggap penting meskipun sebenarnya tidak demikian. Ketakutan ini bukanlah reaksi yang wajar, melainkan bentuk hambatan psikologis yang dalam dan memerlukan perhatian profesional.

2. Penumpukan Barang Secara Berlebihan

Lambat laun, keengganan untuk membuang barang akan mengakibatkan penumpukan yang masif. Tumpukan tersebut dapat memenuhi ruangan-ruangan penting dalam rumah seperti kamar tidur, dapur, ruang tamu, bahkan kamar mandi. Barang-barang bisa saja bertumpuk hingga menyulitkan akses jalan, menutupi perabotan, dan menurunkan fungsi ruangan secara keseluruhan. Aktivitas harian seperti memasak, membersihkan rumah, atau tidur pun menjadi terhambat karena tidak adanya ruang yang layak digunakan.

3. Ketidakmampuan Mengatur dan Mengelompokkan Barang

Berbeda dari kolektor yang memiliki sistem pengelompokan atau katalog yang rapi, penderita hoarding disorder mengalami kesulitan dalam menyusun, mengatur, atau menyortir barang-barang miliknya. Barang-barang yang disimpan cenderung diletakkan secara acak dan tumpang tindih tanpa kategori atau penataan tertentu. Situasi ini menyebabkan rumah menjadi semrawut dan tidak beraturan, bahkan bisa menimbulkan risiko kecelakaan seperti terjatuh atau terjepit barang.

4. Kesulitan Membuat Keputusan Sederhana Terkait Barang

Hal lain yang kerap ditemui adalah ketidakmampuan dalam mengambil keputusan mengenai barang-barang pribadi. Proses berpikir yang terlalu panjang dan keraguan terus-menerus sering kali membuat penderita memilih untuk menyimpan semuanya daripada menanggung kecemasan akibat membuat keputusan yang dianggap keliru. Alhasil, hampir semua barang—baik yang penting maupun tidak—akan tetap disimpan, menciptakan akumulasi yang tak terkendali dari waktu ke waktu.

Penanganan Hoarding Disorder: Pendekatan Menyeluruh untuk Pemulihan

Ibu Kos
Viral ibu kos usir penghuni diduga mengidap hoarding disorder. (dok. tangkapan layar X @bacottetangga__/https://x.com/bacottetangga__/status/1812824689108308278)... Selengkapnya

Gangguan hoarding bukan hanya masalah pribadi yang berdampak pada penderitanya saja, tetapi juga bisa menciptakan ketegangan yang serius dalam lingkungan sosial dan keluarga. Ketidakmampuan seseorang untuk membuang barang-barang yang menumpuk dalam rumah dapat memicu pertengkaran dengan anggota keluarga, pasangan, atau orang-orang terdekat. Konflik interpersonal ini bahkan bisa berkembang menjadi keretakan hubungan yang mendalam apabila tidak segera ditangani dengan empati dan pemahaman.

Lebih jauh lagi, kondisi fisik rumah yang penuh sesak oleh tumpukan barang juga bisa menimbulkan berbagai risiko kesehatan. Barang-barang yang dibiarkan menumpuk tanpa pengelolaan cenderung menjadi tempat yang ideal bagi berkembang biaknya debu, kuman, jamur, bahkan hewan pengerat seperti tikus dan kecoa. Lingkungan seperti ini bukan hanya membuat rumah menjadi tidak nyaman, tetapi juga bisa menimbulkan bahaya serius bagi kesehatan fisik seluruh penghuni, termasuk risiko infeksi, gangguan pernapasan, dan alergi.

Strategi Penanganan yang Efektif dan Manusiawi

Untuk membantu penderita hoarding disorder keluar dari lingkaran permasalahan yang mereka hadapi, diperlukan pendekatan yang komprehensif, terstruktur, dan tetap mengedepankan sisi kemanusiaan. Salah satu metode terapi yang terbukti efektif adalah Terapi Perilaku Kognitif atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT). CBT merupakan terapi psikologis yang dirancang untuk membantu individu memahami, mengenali, dan secara perlahan mengubah pola pikir serta kebiasaan yang merugikan.

Dalam konteks gangguan menimbun, CBT berfokus pada identifikasi keyakinan irasional yang melatarbelakangi dorongan untuk menyimpan barang. Misalnya, penderita mungkin merasa bahwa suatu benda tidak boleh dibuang karena suatu hari nanti akan berguna, meskipun secara logis benda tersebut tidak pernah digunakan bertahun-tahun. Melalui sesi terapi yang konsisten, individu akan belajar membedakan antara kebutuhan yang nyata dan dorongan emosional yang bersifat sementara.

Peran Keluarga dan Lingkungan Sosial

Kesembuhan dari hoarding disorder bukanlah proses yang bisa dijalani sendirian. Dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar memegang peranan yang sangat penting dalam proses pemulihan. Keluarga dapat membantu dengan menjadi pendengar yang baik, menghindari sikap menghakimi, serta ikut serta dalam proses reorganisasi ruang dengan pendekatan yang penuh pengertian.

Memberikan motivasi dan mengapresiasi setiap kemajuan kecil sangat membantu meningkatkan kepercayaan diri penderita. Mengharapkan perubahan drastis dalam waktu singkat hanya akan memperburuk tekanan mental. Oleh karena itu, keberhasilan dalam penanganan gangguan ini bergantung pada kesabaran dan konsistensi, baik dari pihak penderita maupun dari orang-orang di sekitarnya.

Meski hoarding disorder termasuk gangguan mental yang kompleks dan tidak selalu mudah ditangani, bukan berarti penderita tidak bisa mengatasinya. Dengan strategi yang tepat dan dukungan berkelanjutan, individu yang mengalami gangguan ini dapat secara bertahap membentuk kebiasaan baru yang lebih sehat dan produktif.

Penting bagi masyarakat untuk mulai meningkatkan kesadaran terhadap keberadaan gangguan ini dan tidak serta-merta melabeli penderita sebagai “pemalas” atau “berantakan.” Stigma sosial hanya akan memperburuk kondisi psikologis penderita dan menghalangi mereka untuk mencari bantuan profesional.

Jika lingkungan lebih peduli dan mendukung, maka individu yang mengalami hoarding disorder tidak akan merasa tersisih atau sendirian. Sebaliknya, mereka bisa merasa didampingi dalam proses pemulihan dan mampu menemukan kembali kualitas hidup yang lebih baik dan lebih seimbang. Dengan pendekatan yang tepat dan berkelanjutan, harapan untuk pulih dari hoarding disorder bukanlah hal yang mustahil.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya