Beli Mobil Terlalu Mudah, Sebabkan Kemacetan?

Kemudahan dalam pembelian mobil dianggap sebagai faktor yang menyebabkan kemacetan, benarkah?

oleh Amal Abdurachman diperbarui 25 Agu 2017, 10:10 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2017, 10:10 WIB
Kemacetan di Tol Cikampek
Kepadatan kendaraan di Jembatan Curug, Jakarta Timur menuju Jalan Tol Cikampek, arah Jakarta-Karawang, Kamis (5/5/2016) pagi. (Liputan6.com/Andi Muhyiddin)

Liputan6.com, Jakarta Dalam diskusi Mengurai Kemacetan di Jabodetabek yang diselenggarakan oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) di Kantor Pusat kementerian Perhubungan Jakarta, Kamis (24/8). Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menyinggung soal kepemilikan kendaraan yang terlalu mudah di Indonesia. Menurutnya, diperlukan adanya diskusi khusus untuk membatasi mobil-mobil yang murah.

Dari keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Menhub berujar hal ini termasuk yang akan didiskusikan dengan produsen mobil. “Kita harus ada diskusi khusus tentang bagaimana membatasi mobil-mobil yang murah itu. Makanya saya akan melakukan satu putaran diskusi lagi yang berkaitan dengan teknis dan operasional sehingga lebih konseptual,” ujar Menhub.

Berdasarkan angka wholesales Gaikindo, tahun lalu di Indonesia mencatatkan angka 1.060.015 unit. Gaikindo memperkirakan di tahun 2025 angka ini akan melonjak hingga 2 juta unit. Meskipun demikian, pertumbuhan industri otomotif bukanlah penyebab utama kemacetan.

Hal tersebut pernah diungkapkan Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia. “Kenapa? Karena tidak seimbang dengan pertumbuhan jalan. Pertumbuhan otomotif rata-rata tumbuh bisa 90 persen dalam 10 tahun, tapi jalannya cuma nambah 0,01 persen,” ungkap Kukuh kepada Liputan6.com pada awal 2017.

Baginya, jika ruas jalanan telah ditambah, tentu saja, banyak hal yang bisa didistribusikan. Termasuk pembangunan tol melintasi laut. Tak hanya infrastruktur jalan raya yang dibenahi, tetapi juga sarana transportasi lain, seperti kereta dan pesawat.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini:

 

Cicilan Mobil 10 Tahun

Mau Honda Brio Satya E Manual atau Datsun GO Panca T-Active?
Tren segmen mobil murah atau yang dikenal sebagai low cost green car (LCGC) terus mengalami peningkatan.

Salah satu faktor yang mempermudah konsumen untuk memperoleh kendaraan adalah banyaknya skema pembiayaan yang disediakan oleh bank. Salah satunya adalah tawaran pembiayaan kepemilikan mobil yang mencapai 10 tahun, sudah seperti mencicil rumah.

Masalahnya, apakah mencicil mobil 10 tahun menguntungkan atau merugikan? Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Mandiri Utama Finance Stanley Atmadja ikut angkat bicara. Kata dia, kredit dengan tenor 10 tahun kurang make sense dan tidak pas.

“Kalau saya, masalah mau buat cicilan itu harus tahu berapa hitungannya. Satu hal, berapa panjang pun jadi pertimbangan, antara finance dan economic (nilai ekonomis) mobilnya. Kan kalau 10 tahun enggak ketemu,” ungkap Stanley saat ditemui Liputan6.com di ICE, BSD, Tangerang Selatan, saat GIIAS 2017 lalu.

Jika melihat secara real, kendaraan memiliki usia pemakaian rata-rata lima tahun. Selain itu para pabrikan otomotif kerap melakukan ubahan secara total atau major change di tahun kelima. Artinya, jika membeli mobil dengan cicilan sangat lama, tidak menutup kemungkinan belum habis masanya, mobil sudah loyo atau rusak.  Padahal mobil tersebut belum lunas dibayar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya