Liputan6.com, Beijing - Tiongkok adalah pasar terbesar mobil listrik di seluruh dunia. Di sana ada regulasi yang merangsang agar pabrikan menciptakan kendaraan ramah lingkungan itu, seperti pemberian insentif dan sejumlah subsidi bagi pembelinya.
Ditambah dengan populasi yang begitu besar, maka tidak heran kalau pabrikan di seluruh dunia berlomba membuat mobil listrik di sana. Satu merek terakhir yang melakukan itu adalah Nissan-Renault.
Dilaporkan Associated Press, aliansi Nissan-Renault mengumumkan pendirian perusahaan patungan bersama mitra lokal bernama Dongfeng Motor Group, Selasa (29/8) kemarin.
Advertisement
Baca Juga
Perusahaan patungan bernama eGT New Energy Automotive Co. ini dimiliki secara rata. Dalam arti, 25 persen saham dikuasai masing-masing oleh Nissan dan Renault, dan sisanya Dongfeng.
Perusahaan mengatakan bahwa mereka akan mengembangkan kendaraan yang berbasiskan pada platform SUV. Kendaraan bakal dirakit di pabrik Dongfeng. Sebelumnya Dongfeng juga telah merakit mobil untuk Kia, Peugeot, dan merek luar lain, sehingga pengalaman dan teknologinya sudah cukup teruji.
Sayang tidak disebutkan kapan persisnya kendaraan ini bakal diluncurkan.
Sebelum Nissan-Renault, awal bulan ini Ford Motor juga mengumumkan hal serupa. Mereka mengatakan sedang berusaha membuat perusahaan patungan dengan Anhui Zoyte Automobile. Menariknya nanti mobil listrik tersebut punya logo yang benar-benar baru. Bukan Ford ataupun Zoyte.
Ada lagi Tesla, Daimler, dan General Motors (GM), yang juga telah terlebih dulu mengumumkan akan merakit mobil listrik di Tiongkok.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Indonesia Masih Rencana
Pemerintah Indonesia juga sebetulnya sedang berupaya mengembangkan kendaraan listrik. Sejumlah negara bahkan telah menunjukkan minat bekerja sama mengembangkan mobil ini di dalam negeri.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, negara yang siap bekerja sama dengan Indonesia antara lain Cina, Jepang, dan Taiwan.
"Ini open untuk berbagai negara. Tapi Cina sudah menyatakan minat, Jepang minat, Taiwan minat. Nanti kita lihat, kita fasilitasi," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (30/8/2017).
Airlangga menjelaskan, untuk mengembangkan mobil ini hingga mampu diproduksi secara massal, dibutuhkan lima unsur yang harus dimiliki produsen. Oleh sebab itu, tidak sembarangan produsen bisa mengembangkan mobil ini untuk tujuan komersial.
"Memasarkan secara luas, kan, kuncinya distribusi network harus luas. Dua, kapasitas pabrik bisa tinggi. Ketiga, spare part terjamin. Keempat, resale value terjamin. Kelima, ada pembiayaan.
Advertisement