Begini Cara Toyota Meminimalisasi Kredit Macet

Untuk menjadikan konsumennya lebih berkualitas, Toyota melakukan penyaringan melalui salesman terlebih dahulu.

oleh Herdi Muhardi diperbarui 11 Jan 2018, 22:31 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2018, 22:31 WIB
GIIAS 2017, Pameran Otomotif, Galeri Foto
Sejumlah pengunjung memadati pameran otomotif GIIAS 2017 di ICE BSD, Tangerang, (19/8/2017). Pameran otomotif terbesar se-Asia Tenggara tersebut menampilkan 30 merek mobil dan produk otomotif lainnya. (Bola.com/M iqbal Ichsan)

Liputan6.com, Malang - Tak dapat dimungkiri pasar otomotif nasional dibanjiri konsumen yang melakukan pembelian secara kredit. Beberapa merek otomotif mengaku lebih dari 70 persen konsumen di Indonesia melakukan pembayaran secara dicicil.

Namun begitu, tak sedikit konsumen yang membeli secara dicicil mengalami masalah atau kredit macet.

Untuk mengatasi kredit macet, PT Toyota Astra Motor (TAM) memiliki cara tersendiri.

Menurut Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM), Fransiscus Soerjopranoto, untuk menjadikan konsumennya lebih berkualitas, Toyota melakukan penyaringan melalui salesman.

“Mereka akan cek secara kualitas bagus atau tidak, sehingga lebih bertahan lama (sanggup bayar),” ucap Seorjo saat ditemui wartawan di sela acara media test drive di Malang, Jawa Timur, Rabu (11/1).

Soerjo sendiri tak menampik, sebetulanya jika membeli dengan cara kredit, maka yang berurusan langsung adalah pihak perusahaan pembiayaan.

Namun, untuk menghindari masalah pada konsumen, Toyota melalui tenaga penjualnya memberikan beberapa gambaran dan saran. Mulai dari mobil apa yang akan dibeli hingga simulasi kredit.

Adapun Seorjo menyatakan, segmen medium dan low entry, kedua pasar tersebut memang sangat rentan pada financial support.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Kredit 10 Tahun, Untung Atau Rugi?

20150627-Uang Muka Mobil dan Motor Kini Lebih Ringan-Bandung 2
Pengunjung melihat produk mobil pada pameran kendaraan di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, Sabtu (27/6). Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan aturan pelonggaran uang muka/DP untuk kredit kepemilikan kendaraan bermotor (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Kredit menjadi cara ampuh bagi konsumen untuk mendapatkan kendaraan, baik model baru maupun bekas. Hanya saja, konsumen harus mengetahui seberapa untung dan rugi jika membeli mobil atau motor dengan mencicil.

Nah, bertepatan dengan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017 setidaknya ada wacana di mana perusahaan mobil memberikan fasilitas kredit dengan tenor hingga 10 tahun.

Lantas, apakah masa cicilan yang mirip dengan pembiayaan rumah itu menguntungkan? Atau justru merugikan?

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Mandiri Utama Finance Stanley Atmadja ikut angkat bicara. Kata dia, kredit dengan [tenor 10 tahun kurang masuk akal dan tidak pas.

“Kalau saya, masalah mau buat cicilan itu harus tahu berapa hitungannya. Satu hal, berapa panjang pun jadi pertimbangan, antara finance dan economic (nilai ekonomis) mobilnya. Kan, kalau 10 tahun enggak ketemu,” ungkap Stanley saat ditemui di Liputan6.com di ICE, BSD, Tangerang Selatan, beberapa waktu lalu.

Jika melihat secara real, kendaraan memiliki usia pemakaian rata-rata lima tahun. Selain itu, para pabrikan otomotif kerap melakukan ubahan secara total atau major change di tahun ke lima.

Artinya, jika membeli mobil dengan cicilan sangat lama, tidak menutup kemungkinan belum habis masanya, mobil sudah loyo atau rusak. Padahal, mobil tersebut belum lunas dibayar.

“Buat saya maksimum (kredit) 5 tahunlah, itu sudah oke. Kalau dihitung mobil cash Rp 200 juta, kalau lima tahun kredit itu Rp 300 juta. Kalau 10 tahun make sense enggak? Ngapain? Itu memang pilihan konsumen sih,” ujarnya.

Karena itu, Stanley sendiri menyarankan agar konsumen yang akan kredit setidaknya ambil yang tenor 3-5 tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya