2 Alasan Mengapa Tak Perlu Full Tank Saat Isi BBM

Mengisinya bahan bakar hingga penuh atau meluber, ternyata tidak dianjurkan.

oleh Herdi Muhardi diperbarui 18 Okt 2018, 19:26 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2018, 19:26 WIB
Pemerintah Subsidi Solar
Sejumlah kendaraan mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Kuningan Jakarta, Sabtu (5/5). Penambahan subsidi solar akan berkisar Rp 500 hingga Rp 1.500 per liter. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Mengisi bahan bakar minyak (BBM) sudah wajib hukumnya bagi pemilik kendaraan. Bahkan ada saja pemilik kendaraan yang kerap mengisi BBM full tank atau sampai penuh.

Berbagai alasan pun muncul ketika selalu mengisi full tank, yaitu tak mau bolak balik ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Selain itu ada juga yang menyatakan, isi full tank karena jarak SPBU dan kediamannya atau lokasi lainnya cukup jauh.

Meski begitu, ternyata mengisi BBM hingga sampai penuh, bahkan ketika mengisinya hingga meluber, ternyata tidak dianjurkan.

Seperti dilansir Repco Service, Kamis (18/10/2018), isi bensin terlalu penuh bisa mengakibatkan panas, sehingga meningkatkan tekanan yang kemudian menyebabkan BBM meluber atau overflow (bahan bakar ke luar).

Selain itu, mengisi BBM terlalu banyak kerap membuat bensin meluber, sehingga berimbas pada rusaknya pada bagian cat.

Bahkan, udara yang mudah menguap keluar dianggap dapat mengotori udara.

Maka dari itu, ada baiknya tidak selalu mengisi bahan bakar terlalu penuh hingga berakibat meluber keluar. Sisakan ruang di antara bensin dan kepala tangki.

Selain itu, jika ada tumpahan bensin, maka segeralah bersihkan hingga kering.

 

Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:

Bolehkah Mencampur Premium dengan Pertamax?

Tak perlu ditepi, masih ada saja pemilik kendaraan yang kerap mengombinasikan bahan bakar.

Mereka beralasan, seperti mencampur RON 88 dengan jenis bensin yang lebih tinggi dapat meningkatkan kualitas bahan bakar. Terlebih, waktu yang dilakukan sangat tepat, karena harga bensin RON 92 sedang tinggi. Atau justru ketika bensin tersebut beda tipis dengan Premium.

Mengutip keterangan dari AstraWorld, ada yang perlu diperhatikan sebelum bergonta-ganti bahan bakar. Pastinya, gunakanlah jenis bahan bakar yang sesuai dengan spesifikasi mesin.

Untuk mengetahui hal ini, buku manual bisa menjadi referensi untuk menentukan apakah menggunakan bensin RON 88, RON 92, atau RON 95. Ketiga jenis bahan bakar itu tentu punya harga yang berbeda. Yang lebih penting RON 92 atau 95 tentu punya kualitas yang lebih baik dibandingkan RON 88.

Pasalnya, kandungan oktan tinggi pada bahan bakar sesuai dengan rasio kompresi mesin yang kini sudah semakin tinggi.

Dengan demikian performa mesin lebih responsif karena pembakaran sempurna, dan emisi jadi lebih rendah. Selain oktan, kandungan aditif pada masing-masing jenis juga menentukan kualitasnya.

Dijelaskan, bensin RON 92 atau 95 mempunyai aditif yang berfungsi sebagai pembersih kerak di ruang bakar, sedangkan bensin RON 88 masih memiliki kelemahan yang bisa menyisakan kerak di ruang bakar.

Namun pertanyaan muncul apakah boleh mencampur ketiga jenis bensin tersebut?

Dikatakan, mencampur bensin RON 88 dengan RON 92 atau 95 mengakibatkan aditif tidak berfungsi secara maksimal.

Perbedaan oktan dan zat aditif pada tiap jenis bahan bakar dapat menurunkan kualitas bahan bakar jika bercampur di tangki bahan bakar kendaraan.

Umumnya, menggunakan bahan bakar campuran antara RON 88 dengan RON 92 atau 95 akan menghasilkan kualitas bahan bakar lebih baik dibanding menggunakan bensin RON 88 saja. Hanya pada penyesuaian nilai oktan.

Tetapi dari aditif yang ada di bensin RON 92 atau 95 jadi tidak berfungsi secara aktif lagi. Dapat disimpulkan bahwa lebih baik jika menggunakan bensin yang nilai oktannya direkomendasikan oleh pabrik mobil tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya