Seberapa Laris Jualan Mazda di Indonesia?

Mazda CX-5 ternyata merupakan backbone PT Eurokars Motors Indonesia selaku distibutor resmi Mazda di Tanah Air. Setidaknya dari total penjualan Mazda yang mencapai 4.351 unit Januari sampai September 2018, CX-5 menyumbangkan 27,8 persen penjualan.

oleh Herdi Muhardi diperbarui 23 Okt 2018, 13:06 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2018, 13:06 WIB
Mazda MX-5
Mazda MX-5 telah mengalami perubahan khususnya pada sektor mesin. (Herdi Muhardi)

Liputan6.com, Jakarta - Mazda CX-5 ternyata merupakan tulang punggung PT Eurokars Motors Indonesia selaku distibutor resmi Mazda di Tanah Air. Setidaknya dari total penjualan Mazda yang mencapai 4.351 unit Januari sampai September 2018, CX-5 menyumbangkan 27,8 persen penjualan.

Menurut Director Sales, Marketing & PR PT EMI, Ricky Thio, penjualan Mazda CX-5 posisinya paling tinggi yang awalnya selalu banyak menjual Mazda2 dan CX-3.

"Untuk Mazda2 sekarang 22,8, persen CX-3 sebesar 13,9 persen," ucap Riki kepada wartawan.

Riki mengatakan, meski penjualan Mazda tak terlau banyak seperti brand Jepang lainnya, namun dirinya yakin hingga akhir 2018 produknya mampu memenuhi target penjualan mencapai 6.000 unit.

Dia juga menyatakan, meski banyak brand lain terseok-seok penjualannya karena dolar menguat sejak pertengahan tahun, namun hal itu tak serta merta membuat Mazda ikut menaikan harga.

"Teorinya gini, kaya dolar saja, tahun lalu berapa (kurs dolar)? Tahun ini berapa? Naik 10 persen kan, kalau kita tidak bisa langsung naikin harga 10 persen," terangnya.

"Kebetulan kita pakai Yen Jepang, jadi walau naik, tapi naiknya tidak separah dolar. Kalau kamu lihat sekarang naiknya tidak terlalu drastis," kata Riki.

 

Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:

Selanjutnya

Menurutnya meski produk Mazda yang dijual di Tanah Air berstatus impor, namun hal itu tidak gegabah dalam menaikan harga, sebab pihaknya masih terus melihat kondisi ekonomi nasional dan perkembangan pasar. Jika harus menaikan harga hal itu masih terjangkau.

Sebaliknya, lanjut dia jika ikut menaikan harga dengan nominal tinggi, maka hal itu dikhawatirkan menurunnya minat konsumen membeli Mazda.

"Kita lihat secara keseluruhan tidak semata-mata dolar doang. Itu kan kaya timbangan saja. kalau naiknya kecepatan nanti deman turun, kalau tidak naik-naikin juga rugi," tuturnya.

Jika harus menaikan harga, kata dia, kemungkinan hal itu bisa saja terjadi di awal tahun karena penyesuian harga seperti BBn dan lainnya

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya