Merek Nasional, Pemerintah Maklumi Esemka Bima Hanya Ganti Merek?

Kehadiran mobil merek nasional, Esemka Bima masih menjadi polemik di tengah masyarakat. Terlebih, jika dilihat dari penampakan dan spesifikasi mesin yang digunakan, memang terlihat mirip dengan salah satu model asal Cina, Changan Star Truck.

oleh Arief Aszhari diperbarui 12 Sep 2019, 12:02 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2019, 12:02 WIB
Esemka
Pabrik Esemka memiliki kapasitas produksi mencapai 18 ribu unit per tahun. (Fajar Abrori / Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran mobil merek nasional, Esemka Bima masih menjadi polemik di tengah masyarakat. Terlebih, jika dilihat dari penampakan dan spesifikasi mesin yang digunakan, memang terlihat mirip dengan salah satu model asal Cina, Changan Star Truck.

Kemudian, muncul dugaan kuat, pabrikan yang melakukan produksi di Boyolali, Jawa Tengah ini hanya mengganti merek produk asal Negeri Tirai Bambu tersebut.

Mempertanyakan hal tersebut kepada Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika, apa yang dilakukan oleh Esemka yang jika memang hanya mengganti merek merupakan hal yang biasa.

"Kalau yang saya tangkap, bahwa Esemka itu ada banyak lah yang melakukan hal serupa. Dia membeli putus desain, ini banyak yang dilakukan. Nanti dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) bisa memberi gambaran," jelas Putu saat konferensi pers tingkat kandungan lokal Esemka, di bilangan Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2019).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Membeli Desain

Dengan membeli desain, sehingga prinsipal ini memiliki kewenangan untuk kembangkan desain selanjutnya. Jadi, prinsipal punya kewenangan baik untuk perubahan desain maupun kewenangan baik untuk perubahan desain maupun menggunakan komponen secara multi sourcing," tegasnya.

Sementara itu, menurut Kukuh Kumara, Sekertaris Jenderal Gaikindo, memang ada negara yang unggul dalam satu sisi. Bahkan, tidak semua yang laris di negara satu, bisa jaminan laris di negara lainnya.

"Saya kembalikan di pengalaman terjadi di mana saya pernah di General Motors (GM). Waktu itu pertama masuk daftar Chevrolet, tapi kemudian kebijakan perusahaan tidak bisa pakai Chevrolet di Indonesia, dan pakai merek Opel. Makanya muncul Opel Blazer, padahal yang terkenal Chevrolet Blazer," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya