Mengenal Sindrom Highway Hypnosis, Penyebab Kecelakaan di Jalan tol yang Lurus

Pengemudi, biasanya mengalami kondisi trace atau berpikiran kosong saat melewati jalanan lurus, dan jika dibiarkan berpotensi membuat pengendara tertidur

oleh Arief Aszhari diperbarui 08 Nov 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2021, 09:00 WIB
Vanessa Angel
Kondisi mobil Vanessa Angel yang terlibat kecelakaan maut (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus kecelakaan yang menyebabkan Vanessa Angel dan sang suami meninggal masih terus diselidiki oleh pihak kepolisian. Bahkan, Polda Jawa Timur telah melakukan pemeriksaan terhadap sopir pasangan artis ini, Tubagus Muhammad Joddy.

Sebelumnya, sopir yang membawa Mitsubishi Pajero Sport yang ditumpangi Vanessa Angel ini mengaku kelelahan dan mengantuk, serta mengaku mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, yaitu 130 km/jam.

Berdasarkan hal tersebut, kemudian muncul pembahasan terkait sindrom highway hypnosis, yaitu kelelahan saat berkendara Auto Behaviour Syndrome (ABS). Pengemudi, biasanya mengalami kondisi trace atau berpikiran kosong saat melewati jalanan lurus, dan jika dibiarkan berpotensi membuat pengendara tertidur.

Mengutip dari Thoughtco.com, ada cara untuk mencegah terjadinya sidrom highway hypnosis, yaitu bisa dengan mendengarkan lagu dan bernyanyi agar tetap terjaga. Lebih baik lagi jika ada orang lain untuk diajak mengobrol atau berbincang.

Selain itu, pengemudi juga bisa mengatur posisi duduk berulang kali. Tak hanya untuk menjaga tetap terjaga, hal ini pun dapat membuat badan tidak kaku akibat mengemudi terlalu lama.

Jika cara-cara tersebut tak terlalu berhasil, pengemudi wajib menepi dan beristirahat sejenak untuk menyegarkan mata dan pikiran. Jangan lupa, tetap patuhi aturan lalu lintas agar selamat sampai tujuan.

Kondisi mengantuk memang menjadi momok yang sering dialami pengemudi. Terutama, ketika melakukan perjalanan jarak jauh, dari satu kota ke kota lainnya. Sehingga, penting bagi pengemudi melakukan manajemen waktu yang sangat baik, seperti waktu maksimal berkendara dan kapan beristirahat dalam perjalanan.

"Kuncinya kondisi fit bagi pengemudi, itu tidur cukup. Tanpa itu, melakukan aktifitas sifatnya sementara. Tidur harus 6 sampai 7 jam," jelas Sony Susmana dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (5/11/2021).

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Istirahat cukup 30 menit

Pengemudi, sambung dia, juga harus tetap fokus dalam perjalanan, karena biasanya setelah mengemudi satu jam, itu kondisi pasti sudah drop. Jadi, penting memikirkan aktifitas selama perjalanan, agar konsentrasi tetap terjaga.

"Lakukan hal yang bisa bikin tetap fokus, misalkan banyak minum air putih untuk memperlancar sirkulasi daerah. Asupan makan bergizi, misalkan buah seperti pisang dan apel. Itu penting. Begitu juga saat di jalan, setiap satu jam, buka kaca agar sirkulasi udara berganti, itu bisa membantu tetap fokus," kata Sony.

Menurut Sony, mengemudi ideal itu maksimal tiga jam, dan tidak boleh lebih. Setelah itu, segera istirahat. Tidak perlu lama-lama, 30 menit sudah sangat cukup untuk pengemudi istirahat. Jika lebih dari itu, harus tidur.

"Gunakan lima menit pertama istirahat untuk olahraga ringan, menghirup udara, kemudian refresh fisik pengemudi. Kalau mau tidur, 45 sampai 1 jam cukup. Tapi, idealnya harus tidur berkualitas, dengan badan rata. Sebaiknya cari musholah atau masjid. Tidur di mobil bisa, tapi tidak optimal. Tapi, berarti kan manajemen waktunya jelek, kecuali dalam situasi macet seperti lebaran," pungkasnya.

 

Infografis motor listrik

infografis motor listrik
motor listrik lebih murah dalam perawatan, tapi tidak untuk baterai (liputan6.com/abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya