PDIP Tak Silau Elektabilitas Ahok yang Tinggi

Meski Elektabilitas Ahok tinggi hampir di semua hasil lembaga survei, hal itu tak lantas membuat PDIP silau.

oleh Audrey Santoso diperbarui 19 Agu 2016, 16:42 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2016, 16:42 WIB
PDIP Serahkan Susunan Kepengurusan ke Menkumham
Sekjen PDIP Hasto Kristianto saat mendatangi Kantor Kemenkumham, Jakarta, Rabu (6/5/2015). Kedatangan Hasto untuk menyerahkan susunan Kepengurusan DPP PDIP periode 2015-2020 kepada Menkumham. (Liputan6.com/ Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, mengakui elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok paling tinggi dibanding para penantangnya. Hal ini  berdasarkan hasil survei berbagai lembaga. Namun Hasto mengatakan, pertimbangan PDIP mengusung seorang calon pemimpin tak berdasarkan hasil survei.

"Wajar incumbent mendapatkan elektabilitas lebih tinggi. Apalagi dalam posisi partai politik lain belum mengumumkan calon gubernurnya, sehingga (hasil survei) ini masih dinamis. Survei bukan satu-satunya pertimbangan mengusung calon," kata Hasto di Buperta Cibubur, Jakarta Timur, Jumat (19/8/2016).

Hasto mengatakan, PDIP hingga kini belum menjatuhkan hati pada calon gubernur DKI Jakarta, periode 2017-2022, manapun. Partainya masih memetakan kekuatan politik dan memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di waktu mendatang.

"Kami menunggu momentum yang tepat (untuk menentukan pilihan). Jakarta ini sangat dinamis. Perubahan peta politik akan terjadi. Ya, kita lihat kan dalam politik sering muncul element of surprise, muncul varian-varian baru ya. Karena itu, masih kami cermati dan dialog ke partai politik lain," ujar Hasto.

Ahok sangat berharap mendapat dukungan PDIP pada Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Serangkaian pertemuan politik pun digelar Ahok. Pada Rabu, 17 agustus 2016 kemarin, Ahok datang ke Kantor DPP PDIP untuk meminta izin kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar bisa duet bersama Djarot Saiful Hidayat.

"Kalau mengajak Pak Djarot kan saya mesti sowan ke pemiliknya Bu Megawati sebagai ketum. Makanya saya datang kepada mereka, sampailah pada mereka boleh enggak Djarot ikut saya, kalau boleh kita gabung 4 partai," ujar Ahok.

Meski begitu, kata Ahok, di PDIP ada mekanisme sendiri untuk mengusung cagub-cawagub di Pilkada DKI Jakarta. "Mereka bilang kami ada mekanisme, tapi secara pribadi bu Mega katakan kami sama cocok," tandas Ahok.

Di tengah gerilya Ahok, kader banteng DKI menolak partainya mengusung Ahok. Puluhan kader PDIP bernyanyi "Ahok pasti tumbang". Lagu itu mengisyaratkan penolakan mereka terhadap Gubernur DKI Jakarta itu.

Para kader PDIP itu terlihat bernyanyi di dalam sebuah ruangan dengan podium berlatar spanduk bergambar Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno.

Tidak jelas siapa saja kader PDIP yang berada dalam ruangan itu, karena kualitas video yang kurang bagus.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya