Liputan6.com, Jakarta - Beberapa kali calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat mendapat pengadangan dari kelompok tertentu saat berkampanye. Dia mengaku berusaha sabar ketika hal itu terjadi.
"Diadang berapa kalipun kami sabar, karena kami taat hukum. Tapi, sabar itu juga ada batasnya. Melawannya lewat proses hukum, biar Pak polisi, Panwaslu, Bawaslu, dan jaksa yang menyelesaikannya," ungkap Djarot saat kampanye di Jalan Swasembada Barat, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (26/11/2016).
Menurut dia, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017 salah satu cara memberikan pendidikan politik bagi para warga yang tidak mengerti aturan hukum.
Advertisement
"Dengan pilkada, kita bisa mendewasakan proses demokrasi. Siapa pun boleh datang ke mana saja," ujar Djarot.
Dia pun berpesan kepada para pendukungnya untuk tidak melakukan penolakan bila ada pasangan calon lain datang ke wilayah mereka.
"Ibu-ibu, Bapak-bapak di sini, siapa pun boleh datang jangan diadang ya, meskipun di sini pendukung Basuki-Djarot, tidak boleh ya pasangan lain ditolak. Semua punya hak yang sama. Jangan disakiti jangan diganggu," tutur Djarot.
Dia mengingatkan tentang tujuannya datang berkampanye. Ahok-Djarot, lanjut dia, ingin dekat dengan masyarakat. Terlebih, kepala daerah merupakan pelayan masyarakat.
"Bapak Ibu kan pilih pelayan masyarakat, pengabdi kepada masyarakat, bukan yang minta dilayani, tapi mereka yang mau kerja keras. Kalau kita ingin melayani warganya, jangan ada jarak terlampau lebar antara pelayan dengan yang dilayani," tukas Djarot.
Sebelumnya, calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat kembali ditolak oleh sejumlah warga di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat saat kampanye pada Jumat 25 November 2016.