Pengamat: Tidak Ada Lembaga Survei yang Mempengaruhi Pemilih

Tak sedikit pula yang menggunakan hasil survei untuk menggiring opini.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 21 Jan 2017, 12:06 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2017, 12:06 WIB
20161220- Lingkaran Survei Indonesia-LSI-Jakarta- Johan Tallo
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memberikan keterangan pers terkait survei Pilkada DKI Jakarta di Jakarta, Selasa (20/12). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Dirilisnya hasil survei terkait Pilkada DKI dari beberapa lembaga menimbulkan pro dan kontra, baik di kalangan masyarakat maupun para pendukung pasangan calon.

CEO PolMark Reseacrh Center (PRC) Indonesia Eep Saefulloh Fatah mengatakan, tidak ada satupun lembaga survei yang dapat mengubah pendirian masyarakat terhadap calon yang didukungnya.

"Hasil survei berbeda-beda bukan hanya sekarang, hampir di semua pilkada. Tidak ada lembaga survei berhasil mempengaruhi pemilih, untuk mengubah pilihannya," kata Eep dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu (21/1/2017).

Karena itu, dia menuturkan, lembaga survei harus jujur mengungkapkan hasil penelitiannya. Sehingga, tidak menimbulkan polemik.

"Kalau dapat data untuk elektabilitas, langsung itu disebut elektabilitas saja. Kalau dapat dari proses tidak akan memilih pasangan tertentu, ya harus disebutkan," jelas Eep.

Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudhya, menuturkan, yang paling besar mengubah pendirian pemilih itu adalah kampanye.

"Tentu yang paling besar pengaruhnya untuk mengubah pendirian pemilih itu kampanye kandidat, ketimbang menggunakan survei," tutur Hanta.

Meskipun, lanjut dia, tak sedikit pula yang menggunakan hasil survei untuk menggiring opini.

"Tapi memang secara fungsi survei ada yang digunakan untuk menggiring opini. Tapi menurut saya, bukan itu fungsi sebenarnya khittah dari survei," kata Hanta.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya