Liputan6.com, Jakarta - Warga Desa Parapatan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Subang terlihat haru sekaligus tertawa renyah. Suara tawa mereka pecah karena lawakan pelawak Sunda Ohang yang menghibur di acara syukuran tokoh masyarakat sempat, Rahmat (59).
Sementara suasana haru muncul, saat Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi meminta salah seorang warga secara acak untuk naik ke atas panggung. Warga tersebut bernama Rusminah (52), seorang penjual jagung keliling. Setiap hari, ia menjajakan jagung rebus yang hanya dihargai Rp 3 ribu.
Baca Juga
Dari atas panggung, menjawab pertanyaan Dedi, Rusminah berbagi cerita tentang getirnya kehidupan yang harus dia alami. Ibu delapan anak itu terpaksa banting tulang memenuhi kebutuhan keluarga. Dua kali dia menikah, dua kali pula bercerai karena suaminya enggan memberikan nafkah yang cukup.
Advertisement
"Mak inget ka salaki, salaki kahiji kabur ka Indramayu, malah ninggalkeun budak genep. (Mak ingat ke suami, suami pertama kabur ke Indramayu, malah meninggalkan enam anak),” kenang Rusminah, Sabtu, 3 Februari 2018.
Sementara itu, suami kedua Rusminah yang memberinya dua anak juga dianggapnya tidak bertanggungjawab kepada keluarga.
Setiap hari, ia hanya memberikan uang sebesar Rp10 ribu kepada Mak Rus untuk memenuhi risiko dapur. Padahal, jumlah tersebut jauh dari cukup. Belakangan, suami keduanya itu juga menceraikannya.
Kondisi inilah yang membuat wanita yang akrab disapa Mak Rus itu harus berjuang sendirian berjualan jagung rebus milik tuannya. Meski berusaha keras, penghasilan Rusminah hanya berkisar antara Rp10 – Rp15 ribu.
Jagung rebus dengan harga pokok Rp2,5 ribu itu ia jual kembali kepada pelangggan dengan harga Rp3 ribu. Artinya, Mak Rus mendapatkan keuntungan Rp500 dari setiap jagung rebus yang terjual.
“Ya dicukup-cukupkan saja. Mau bagaimana lagi," lirihnya yang semakin mengundang kesedihan warga yang hadir.
Nasib Berubah
Nasib Mak Rus sebagai penjual jagung rebus keliling nampaknya mulai besok akan berubah. Bermodal Rp5 Juta yang diberikan oleh Dedi Mulyadi, Mak Rus kini dapat membeli jagung sendiri untuk dijual kembali.
"Mak ini jauh berkualitas hidupnya, karena tidak pernah mengeluh. Ia terus bekerja keras,” tutur Dedi.
Dalam kesempatan tersebut, Dedi mengungkapkan, problem sejenis juga didera bukan saja oleh Mak Rus. Masyarakat pinggiran yang lain, menurut Dedi juga merasakan problem yang sama. Padahal, keinginan mereka itu tidaklah muluk-muluk.
“Orang seperti Mak Rus ini hanya ingin rumahnya yang tidak layak diperbaiki. Orang seperti Mak Rus ini juga hanya ingin kalau sakit ada yang mengobati, dokternya datang ke rumah. Orang seperti Mak Rus ini juga hanya ingin beras yang mereka konsumsi itu layak, kelas premium,” pungkasnya.
Advertisement