Romi PPP: Siapa Bersama Ulama dan yang Meninggalkan Ijtimak Ulama?

Romy menyebut narasi bersama ulama yang dibawa kubu Prabowo pada Pilpres 2019 malah kandas saat deklarasi pasangan capres-cawapres.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Agu 2018, 15:20 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2018, 15:20 WIB
PPP Kubu Romy Datangi Kantor KPU
Romahurmuziy menjawab pertanyaan wartawan saat mengunjungi kantor KPU. Romi menjelaskan perihal kedatangannya untuk membahas legalistas kepengurusan partai, Jakarta, Selasa (27/1/2015). (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PPP Romahurmuziy menilai Koalisi Indonesia Kerja tak bisa menganggap enteng pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019. Namun, dia memiliki beberapa alasan mengapa Joko Widodo-Ma'ruf Amin akan menang pada pesta demokrasi tahun depan.

"Kenapa? Karena penantang berasal dari satu partai politik yang sama. Kemudian penantang merupakan formasi yang kita tahu penyusunannya last minute," kata pria yang akrab disapa Romy di kantor DPP PPP, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/8/2018).

Menurut dia, pemilihan Sandiaga sebagai pendamping Prabowo dalam Pilpres 2019, mendadak, sehingga membuat pasangan Prabowo-Sandiaga tak optimal.

Poin penting yang membuat kubu Jokowi yakin menang adalah faktor ulama. Romy menyebut narasi bersama ulama yang dibawa kubu Prabowo malah kandas saat deklarasi pasangan capres-cawapres.

Justru, lanjut dia, kubu Prabowo-lah yang tidak menghiraukan rekomendasi Ijtima Ulama. Sementara, Jokowi menggandeng Rais Aam NU, yang juga Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019.

"Tentu bisa dilihat ketika isu narasi yang dibawakan kawal ulama, tapi ternyata siapa yang bersama ulama siapa yang meninggalkan Ijtima Ulama," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Santai

Romy menanggapi santai tudingan bahwa Jokowi yang malah membawa politik identitas. Menurut dia, itu bukan dibawakan siapa pun karena tidak ada identitas yang melekat pada satu entitas.

"Yang paling penting apakah identitas itu sesuai atau tidak. Misalnya ketika di sana membawa politik identitas membawa ulama ternyata malah hasil Ijtima Ulama dilirik saja tidak itukan menjadi ironi," pungkasnya.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya