Liputan6.com, Jakarta - Pilkada Kabupaten Kutai Kartanegara hanya diikuti oleh satu pasangan calon, yaitu Edi Damansyah Bupati Petahana berpasangan dengan politisi muda Golkar Kukar Rendi Solihin.
Edi Damansyah-Rendi Solihin berhadapan dengan kolom kosong atau jamak disebut kotak kosong imbas dari tidak ada satu paslon yang memenuhi syarat KPU untuk ikut Pilkada Kukar.
Baca Juga
Berdasarkan perhitungan cepat atau quick count yang dilakukan Tim Data Edi Rendi, Paslon tersebut unggul 74.9% berbanding kolom kosong 25.1%.
Advertisement
"Sampai data sample TPS Kukar ini masuk 100% persentase pencapaian dukungan terhadap paslon Edi Rendi adalah 74.9% sedangkan kolom kosong 25.1%. Artinya bisa dikatakan Edi-Rendi sudah memenangkan Pilkada Kukar ini" jelas Efendi Hariyadi selaku koordinator data tim Edi Rendi sekaligus koordinator quick count, Rabu (9/12/2020).
Sementara itu, metode quick count yang digunakan adalah systematic random sampling.
"Kami menggunakan metode quick count systematic random sampling sebagaimana umum metode statistik ini digunakan dalam tiap pemilu atau pilkada. Tingkat kepercayaan 95% dan margin of error sekitar 1%. Jadi berdasarkan perhitungan untuk Pilkada Kukar ini setara dengan 122 sample TPS atau setara 35.000 pemilih yg tersebar proporsional" Fendi menjelaskan.
Lebih lanjut Fendi menjelaskan bahwa hasil quick count ini bukan hasil resmi dan final dalam Pilkada ini.
"Quick count ini alat kontrol, bukan hasil final atau resmi. Yang final atau resmi ya perhitungan KPUD Kukar. Namun dengan perhitungan margin error sekitar 1% maka hasil akhir nanti kira-kira tidak akan jauh dari angka ini" Fendi melanjutkan.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tingkat Akurasi Tinggi
Sementara itu, praktisi survei dan quick count Ahmad T Wibowo menjelaskan bahwa quick count berbeda dengan survei dimana quick count memiliki tingkat akurasi lebih tinggi.
"Quick count berbeda dengan survei. Jika survei seringkali menggunakan sample kecil sehingga margin errornya biasanya yang dipilih di atas 3%. Sedangkan quick count ini basis samplenya adalah TPS, terhitung sample besar yg biasanya diambil sehingga errornya 1%.," ucap Ahmad.
"Yang kedua, survei adalah mengukur persepsi publik sementara quick count menghitung hasil final di masing-masing TPS jadinya hasil survei masih sering bias sementara quick count cenderung akurat. Karena alasan metode dan ilmiah, menang quick count hampir pasti menang Pilkada" lanjutnya.
Â
Advertisement