KPU DKI Akan Evaluasi soal Tingginya Angka Golput di Pilkada Jakarta

Diketahui angka partisipasi pemilih di Pilkada Jakarta 2024 tercatat hanya 53,05 persen dari 8,2 juta daftar pemilih tetap (DPT).

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 05 Des 2024, 08:01 WIB
Diterbitkan 05 Des 2024, 08:01 WIB
KPU Jakarta Pusat Gelar Pleno Terbuka Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2024
Untuk itu masyarakat pendukung salah satu pasangan calon dan pihak yang berkontestasi dapat menerima apapun hasil Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI akan melakukan evaluasi terkait tingginya angka golongan putih atau golput di Pilkada Jakarta 2024. Evaluasi itu akan dilakukan setelah KPU selesai melakukan rekapitulasi hingga tingkat provinsi. 

"Mungkin evaluasi itu bisa dilaksanakan setelah pilkada. Mungkin nanti untuk ke depan, bahan evaluasi ini bisa menjadi masukan juga bagi penyelenggaraan pemilu atau pilkada selanjutnya," kata Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat KPU Provinsi DKI Jakarta, Astri Megatari di Jakarta, Rabu, (4/12/2024).

Diketahui angka partisipasi pemilih di Pilkada Jakarta 2024 tercatat hanya 53,05 persen dari 8,2 juta daftar pemilih tetap (DPT).

 

Astri menyatakan telah mendengar banyaknya pandangan mengenai partisipasi pemilih yang rendah dari ahli maupun pengamat.

"Apapun hasilnya, tentunya hal ini akan menjadi bahan evaluasi bagi kami," ujarnya seperti dikutip dari Antara.

Sementara terkait tuntutan pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) yang mendesak pemungutan suara ulang (PSU), ia mengaku akan menerima masukan. 

"Adanya masukan dari paslon terkait hal tersebut, tentunya kami menerima masukan itu seluas-luasnya," ucapnya.

Diketahui KPU DKI Jakarta telah menetapkan tiga paslon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta.

Ketiga paslon tersebut adalah Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) nomor urut 1, Dharma Pongrekun-Kun Wardana (Dharma-Kun) dari independen nomor urut 2 dan Pramono Anung-Rano Karno (Pram-Doel) nomor urut 3.

KPU: Partisipasi Pemilih di Pilkada 2024 Hanya 68 Persen

Matangkan Kesiapan, KPU DKI Jakarta Gelar Simulasi Pemungutan Suara Pemilihan Gubernur
KPU RI menjadwalkan pemungutan suara Pilkada Serentak tahun 2024 berlangsung pada 27 November mendatang. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia membeberkan data tentang partisipasi masyarakat pada pemilihan kepala daerah (pilkada) 2024.

Ketua KPU M. Afifudin menyampaikan total partisipasi pemilih di pilkada se-Indonesia hanya 68 persen.

"Dalam catatan kami 68 persen se-Indonesia. Jadi rata-rata nasionalnya sekitar 68 persen," kata Afifudin dalam rapat bersama Komisi II DPR, Jakarta, Rabu (4/12/2024).

Afif mengakui persentase tersebut rendah dan pihaknya perlu melakukan evaluasi menyeluruh terkait pelaksanaan Pilkada Serentak 2024.

"Yang bisa kami sampaikan, pertama, tentu kita harus mengevaluasi secara menyeluruh. Apakah di internal kebijakan kami maupun di tingkat situasi yang lain," ujar Afif.

Menurut Afif, pilkada serentak dan Pemilu 2024 , baik pilpres maupun pileg, yang digelar di tahun yang sama juga menjadi catatan dan bahan evaluasi ke depan. Apakah hal tersebut mempengaruhi rendahnya partisipasi pemilih.

"Kita juga harus berpikir untuk lebih mengakselerasikan apa-apa yang bisa kita lakukan terhadap pemilih kita ketika pemilu dan pilkada diselenggarakan di tahun yang sama, berhimpitan dengan nuansa dan kemeriahan yang berbeda," ujar Afif.

Sebelumnya, Komisi II DPR dan KPU RI telah menyepakati jadwal pilkada ulang di wilayah kotak kosong menang pada Pilkada 2024. Tanggal pencoblosan pilkada ulang digelar pada 27 Agustus 2025.

Kesepakatan didapatkan dalam rapat kerja Komisi II DPR bersama KPU RI, Bawaslu RI, DKPP, dan Kemendagri di ruang rapat Komisi II DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (4/12/2024).

"Penyelenggaraan pemungutan suara pemilihan ulang gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta wali kota dan wakil wali kota pada hari Rabu, tanggal 27 Agustus 2025, sebagaimana ketentuan pada Pasal 54D Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016," kata Wakil Ketua Komisi II DPR Zulfikar Arse Sadikin, membacakan kesimpulan rapat, Rabu (4/12/2024).

Ketua KPU RI Afifudin menyampaikan ada dua opsi simulasi pencoblosan ulang yakni pada 27 Agustus dan 24 September 2025.

Untuk simulasi pencoblosan 27 Agustus 2025, persiapan pilkada ulang akan digelar pada bulan Februari 2025.

"Kami memberikan atau mengambil opsi tahapan pemilihan ulang di 27 Agustus 2025. Ini yang katakanlah disebut sebulan lebih cepat, begitu," kata Afif.

LSI Denny JA Ungkap Penyebab Golput Meningkat di Pilkada 2024

Ketika Warga Jakarta Tentukan Pilihannya pada Pilkada Serentak 2024
Warga menunjukkan jari yang sudah dioleskan tinta usai menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) TPS 046, Cipete Selatan, Jakarta Selatan, Rabu (27/11/2024). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby, mengungkap penyebab angka golput mengalami kenaikan pada Pilkada 2024 di 7 provinsi.

Faktor pertama karena jarak Pemilu 2024 dan Pilkada 2024 berdekatan, sehingga membuat daya tarik masyarakat menurun dan kelelahan.

"Pertama, kelelahan pemilu. Perhatian dan energi sudah terkuras dalam pilpres dan Pileg 2024. Pertarungan pilkada menjadi kurang daya tariknya," kata Adjie dalam rilis survei LSI Denny JA secara daring, Rabu (4/12/2024).

Faktor kedua, kandidat yang bertarung dianggap kurang pesonanya. Terutama terjadi di Jakarta dan Sumatera Utara.

"Kandidat yang lebih favorit di daerah itu seperti Anies Baswedan dan Ahok di Jakarta terlambat maju secara politik untuk maju," ucap Adjie.

Faktor ketiga penyebab tingginya golput dalam pilkada yakni, masyarakat semakin tidak yakin seberapa besar kepala daerah bisa mengubah hidup mereka. Menurut Adjie, rakyat semakin yakin keputusan penting yang berdampak dalam hidup mereka lebih ditentukan oleh pemerintah pusat.

"Karena banyak sekali sekarang program pemerintah pusat yang populis yang menyentuh masyarakat bawah," ucap Adjie.

Faktor terakhir karena bertambahnya apatisme politik. Hal ini terjadi karena ada polarisasi politik, korupsi dan gaya hidup mewah para pejabat negara.

"Isu polarisasi politik, korupsi di pemerintahan, kemewahan hidup sebagian pejabat negara, membuat apatisme politik meninggi," ujar Adjie.

Infografis Jurus 3 Calon Gubernur di Debat Terakhir Pilkada Jakarta 2024
Infografis Jurus 3 Calon Gubernur di Debat Terakhir Pilkada Jakarta 2024 (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya