Liputan6.com, Jakarta - Banyak stakeholder properti memprediksi 2016 akan lebih cerah dibanding tahun ini. Lantas, apa indikasi akselerasi pasar properti Indonesia tahun depan?
Berbicara di hadapan 410 agen properti yang tergabung di acara Agent Summit Rumah.com , seperti ditulis Sabtu (12/12/2015) di CGV Blitz Grand Indonesia, Jakarta Pusat. CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, mengutarakan sembilan potensi seputar pergerakan properti pada 2016.
Baca Juga
- Segmen menengah masih primadona
- Pergerakan dimulai dari luar Jawa, khususnya Indonesia bagian Timur, Jabodetabek relatif masih jenuh namun potensi ada di Bekasi
- Rencana transportasi dan TOD (Transit Oriented Development) akan menjadi trigger pergerakan wilayah
- Pasar sekunder mulai naik mengimbangi pasar primer menuju keseimbangan pasar baru
- Pasar bukan tidak memiliki daya beli namun dalam posisi menunggu di semua segmen dan lebih selektif
- Arus investasi asing terus masuk di era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)
- Dimulai pergeseran pemerataan pembangunan dengan migrasi industri dan pertumbuhan wilayah
- Potensi KIK-DIRE (Kontrak Investasi Kolektif-Dana Investasi Real Estate)
- Persaingan digital property marketing semakin ketat
Untuk itu Ali meminta para agen properti segera mengubah mindsetnya dari generasi dikte ke era digital, agar siap menghadapi persaingan global yang semakin ketat.
Advertisement
"Mau tidak mau, siap tidak siap, semua agen harus masuk ke era digital. Sehingga para agen harus mampu mengendalikan peluang yang ada, salah satunya dengan memanfaatkan portal properti seperti Rumah.com, sebagai sarana untuk mengembangkan produk properti dengan jangkauan yang lebih luas," tutur Ali.
Dalam pemaparannya Ali juga mengungkapkan beberapa poin mengenai pergeseran pemasaran properti pada 2015, yakni digital property marketing masih tertinggal dibandingkan sektor lain.
Tahun ini, properti belum menjadi kebutuhan murni, sementara traffic yang cukup baik tak seimbang dengan transaksi penjualan. Selain itu, secondary market masih berada di angka 75 persen, serta tidak adanya tim penilai yang kompeten.
Ali berharap adanya inovasi dan diversifikasi, konten yang lebih interaktif, jaringan properti yang tak hanya berada di dalam negeri tapi di sektor internasional, serta basis data yang lengkap dan akurat.
"Saya optimistis di tahun 2016 yang tinggal menghitung hari ini, kondisi pasar properti Indonesia akan jauh lebih baik. Jika ada perlambatan properti itu wajar, karena merupakan sebuah siklus alami. Nah, yang tidak benar adalah fakta yang mengungkapkan bahwa pasar properti tengah berada di titik crash," tandas dia. (Fathia A/Ahm)