Liputan6.com, Jakarta Memiliki rumah yang luasnya memadai tentu menjadi harapan Anda. Namun keterbatasan lahan dan dana membuat Anda harus puas dengan rumah sederhana yang lahannya terbatas.
Rumah tumbuh adalah salah satu konsep rumah yang marak ditawarkan pengembang akhir-akhir ini.
Rumah ini biasanya memiliki luas tanah yang besar namun luas bangunan yang kecil, biasanya hanya terdiri dari dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Selain itu, pondasi bangunan ini dibuat dengan kemampuan untuk menyangga rumah dua lantai.
Advertisement
Rumah tumbuh menjadi solusi bagi mereka yang baru menikah, belum keluarga, atau keluarga kecil, dan ingin memiliki rumah dengan harga lebih terjangkau, namun punya prospek untuk dihuni saat telah berkeluarga nanti.
Saat anggota keluarga bertambah, pemilik rumah bisa memanfaatkan lahan terbuka yang ada atau menambah tingkat rumah untuk ruang tambahan. Agar makin kenal rumah tumbuh, simak tips ini.
Ada dua jenis
Rumah tumbuh memiliki dua jenis, yaitu rumah tumbuh horizontal dan rumah tumbuh vertikal. Rumah tumbuh horizontal tentunya cocok jika lahannya luas, dan biasanya tidak membutuhkan struktur bangunan yang sangat kuat karena menambahannya menyamping.
Proses pembangunannya pun cenderung lebih cepat dan mudah.
Jenis kedua adalah rumah tumbuh vertikal. Jenis rumah ini paling banyak disediakan oleh developer karena tak memakan banyak lahan.
Pengembangan rumah harus direncanakan dengan sangat matang, terutama kekuatan struktur bangunannya.
Jika memang Anda memiliki rencana menambah lantai, membeli rumah tumbuh vertikal bisa menjadi pilihan.
Siapkan desainnya
Saat Anda berencana mengembangkan ruangan—misalnya karena ada anak—sebisa mungkin Anda sudah menyiapkan desainnya.
Konsultasikan penambahan ruangan ini kepada arsitek agar Anda tak salah langkah atau perhitungan. Ingat, Anda harus mempertimbangkan beban ruangan tersebut.
Tentukan pula luas ruangan lantai atas tersebut. Sebaiknya memang tak sebesar ruangan yang ada di bawahnya agar bagian bawah rumah tetap mampu menahan beban yang ada di atasnya.
Pikirkan fungsinya
Cek kembali ruangan rumah Anda yang ada di bawah. Apakah sudah sesuai dengan fungsinya. Jangan sampai ada ruangan yang menganggur karena Anda ternyata tak pernah menggunakannya.
Jika memang masih ada ruangan yang cukup memadai sebagai ruang tambahan, Anda tak perlu buru-buru membangun ruangan di lantai atas, kan.
Pertimbangkan anggaran
Mengingat ruangan tambahan baru dibangun setelah rumah utama ditempati—biasanya bisa memakan waktu lebih dari setahun kemudian—biaya bahan bangunan dan upah ahli bangunan bisa jadi lebih mahal dibandingkan saat Anda membangun rumah utama.
Pertimbangkan dan siapkan anggarannya sejak Anda selesai membangun rumah utama. Hal ini untuk mencegah Anda kekurangan biaya atau terpaksa membobol tabungan saat berencana mengembangkan ruangan rumah.
Foto: Pixabay
Sumber: Rumah.com
Rina Susanto