Liputan6.com, Jakarta “Smart Building” atau bangunan pintar kini bisa dibilang sebagai salah satu fasilitas penunjang aktivitas perkantoran yang dapat mendukung pekerjaan karyawan. Seperti pengamatan Jones Lang LaSalle (JLL) yang dilansir dari laman Rumah.com, menyebutkan bahwa bangunan pintar bisa jadi daya tarik tersendiri bagi karyawan, bahkan sedari fase perekrutan pegawai.
Dengan begitu karyawan kian familiar dengan berbagai teknologi yang dianggap dapat membuat semua pekerjaan akan terselesaikan dengan cepat dan mudah. Terutama teknologi yang berkaitan dengan konektivitas.
“Majunya teknologi, bahkan bisa membuat karyawan tidak perlu datang ke kantor untuk bekerja. Uniknya, tidak sedikit juga yang bekerja di rumah, kafe, atau bahkan di taman. Itu sebabnya sebuah kantor perlu menawarkan sesuatu yang lebih,” kata Matt Clifford, Head of Energy and Sustainability Services, JLL Asia Utara.
Advertisement
Baca Juga
Bangunan pintar dengan teknologi yang juga pintar membuka lebar peluang untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan responsif. Dan hal ini tentunya juga dapat mempengaruhi terhadap kepuasan dan produktivitas karyawan.
“Generasi dengan teknologi mutakhir ini dapat memberikan rangsangan positif berupa umpan balik yang langsung terhubung dengan lingkungan karyawan. Berbeda dengan bangunan lama dengan sistem yang sudah usang yang kerap menimbulkan gesekan negatif yang menghambat kinerja,” tuturnya.
“Sekarang, misalnya, di seluruh Asia, khususnya Cina, klien kami menggunakan perangkat untuk memantau kualitas udara di dalam bangunan mereka untuk menyaring dan memurnikan udara. Perangkat pintar yang terhubung ke cloud untuk memungkinkan analisis waktu secara real time dan tindakan yang harus dilakukan, ” tambah Clifford.
Ke depannya pemilik bangunan, penyewa, dan manajer tentunya akan menyadari keunggulan kompetitif yang dimiliki dari teknologi bangunan pintar.
Menurut laporan itu, bangunan yang tidak memiliki perangkat pintar akan merasakan dampaknya, bisa dalam hal klasifikasi aset, penilaian, tarif sewa, atau bahkan persepsi merek (branding).
Bangunan pintar dengan cepat menjadi pembeda pasar, karena mereka cenderung memiliki penggunaan energi dan operasional yang lebih rendah biaya dari bangunan dengan sistem lama. Hal ini tentunya dapat memberikan keuntungan yang lebih besar dan meningkatkan nilai pasar.
Penelitian terbaru dari JLL juga menunjukkan bahwa bangunan baru dianggap cukup menjual sebab hemat energi sehingga bisa memangkas pengguunaan energi 2 sampai 17 persen lebih.
Terkait potensi sewa, bangunan pintar bisa menarik keuntungan 8 sampai 35 persen lebih tinggi, dan dengan tingkat hunian yang tinggi yang mencapai 9 sampai 18 persen. Hal ini mencerminkan tren pada permintaan masyarakat modern dengan fasilitas yang efisien.
“Perusahaan atau perkantoran saat ini dihadapkan dengan realita baru untuk menggabungkan teknologi smart building ke dalam strategi bisnis mereka. Sebab, teknologi dengan fitur mutakhir akan memenuhi kebutuhan kinerja mereka dan hal ini secara otomatis dapat memengaruhi prestasi kinerja mereka,” katanya.
Foto: International Financial Centre Tower 2