Ternyata Ini Alasan Properti Bangkit Kembali di Tahun Tikus Logam

Sesuai perhitungan tahun dari penanggalan Tiongkok, tahun 2020 adalah tahun tikus logam. Di tahun ini akan ada dua sektor yang diperkirakan baik yakni properti dan tambang logam. Didukung oleh kebijakan pemerintah yang baik.

oleh Wahyu Ardiyanto diperbarui 28 Jan 2020, 11:48 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2020, 11:48 WIB
Ternyata Ini Alasan Properti Bangkit Kembali di Tahun Tikus Logam
Foto tata letak ibu kota Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta Sesuai perhitungan tahun dari penanggalan Tiongkok, tahun 2020 adalah tahun tikus logam. Di tahun ini akan ada dua sektor yang diperkirakan baik yakni properti dan tambang logam. Didukung oleh kebijakan pemerintah dalam sektor prroperti dan goyangnya investasi reksadana.

Hans Kwee, Direktur PT. Anugerah Mega Investama mengatakan, tahun tikus logam memiliki unsur tanah paling dominan. Sektor propeti mendapat dukungan dari suku bunga acuan yang turun 100 basis poin (bps) pada tahun lalu dan beberapa pelonggaran di kebijakan Loan To Value (LTV).

Pada tahun lalu, orang masih banyak yang menahan diri berinvestasi properti karena masih dalam masa Pemilihan Umum (Pemilu). Sekarang saatnya di tahun ini orang-orang mulai berpikir untuk investasi.

Hans mengatakan juga bahwa goyangnya investasi di produk asuransi dan reksadana sedikit banyak membuka angin segar bagi investasi properti. Peluang orang mengalihkan investasi sangat terbuka. Investor akan berhati-hati dengan penawaran fixed rate industri asuransi akibat kasus JiwasRaya.

Berdasarkan kasus JiwasRaya itu, karakteristik produk dari beberapa perusahaan asuransi yang menawarkan fixed rate lumayan tinggi. Namun, menempatinya di investasi saham dan pasar modal justru cenderung berisiko. Hal ini membuka kekhawatiran khusus sama seperti yang terjadi di beberapa perusahaan asuransi.

Industri reksadana juga terpukul akibat rontoknya lebih dari 35 produk reksadana pada akhir tahun lalu di beberapa manajer investasi. Selama ini investor percaya investasi reksadana berisiko lebih rendah dibandingkan dengan membeli sendiri saham.

Dia memperkirakaan investor akan memilih investasi yang menjajikan dan perlu waktu untuk memulihkan trauma yang ada. 

"Siklus properti kami perkirakan akan mencapai puncak di tahun 2012-2014 dan lalu berangsur turun maka dari tahun lalu kami melihat awal periode kenaikan sektor properti," jelas Hans.

Dengan demikian, target puncak sektor poperti akan terjadi pada tahun 2023-2025 dengan awal kenaikan pada tahun 2020. Menurutnya, selain membeli properti langsung, investor juga dapat membeli beberapa saham atau produk turunnnya seperti Real Estate Investment Trust (REIT) melalui pasar modal.

Temukan lebih banyak lagi panduan dan tips membeli rumah dalam Panduan dan Referensi. 

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya